Saya percaya bahwa “Every Child is a Scientist”. Bukan hanya dari quote yang beredar di dunia maya, atau membaca hasil penelitian di beberapa jurnal ilmiah, tapi saya juga menyaksikan sendiri ketika saya mengajar anak-anak. Masya Allah! Seringkali saya merasa mereka lah yang lebih banyak memberi pencerahan pada saya, banyak “aha moment” selama saya membersamai mereka sebagai teman belajar dan bermain.
Bagi saya, belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan harus dinikmati. Terutama mengenai sesuatu yang saya sukai. Meskipun seringkali kita (baca: saya) dipaksakan untuk mempelajari yang tidak disukai (awalnya), tapi akhirnya kita (baca: saya) pun menyadari bahwa selalu ada kebaikan di dalamnya, selalu ada hikmah yang ingin Allah sampaikan, dan akhirnya saya memutuskan untuk selalu menikmati setiap proses belajar. Oleh karena itu, saya juga ingin anak-anak didik saya merasakan apa yang saya yakini benar, bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan harus dinikmati.
Belajar itu adalah salah satu fitrah. Pertanyaan-pertanyaan polos yang seringkali diajukan anak-anak mengenai hal di sekelilingnya membuktikan bahwa ada rasa ingin tahu dalam diri mereka. Rasa ingin tahu itu adalah bibit pohon belajar. Maka tugas kita lah, para orang dewasa di sekeliling anak-anak, untuk memberi nutrisi yang terbaik pada bibit itu agar tumbuh menjadi pohon belajar yang kokoh.
Saya percaya bahwa nutrisi yang baik bersumber dari rumah dan lingkungan terdekat (contohnya sekolah). Salah satu contoh nutrisi yang baik adalah menciptakan suasana yang mendorong rasa ingin tahu mereka dan membimbing mereka dalam menjawab rasa ingin tahu mereka. Tentu jawaban itu tidak didapat dengan instan atau dalam satu kali waktu langsung terjawab semuanya, tidak! Bahkan sebaiknya biarkan pertanyaan-pertanyaan rasa ingin tahu itu sebagian tidak terjawab karena nantinya akan mendorong mereka untuk menemukan jawabannya. Kita akan tahu sejauh mana rasa ingin tahu itu membuat mereka mandiri belajar atau berjuang menemukan jawaban atau hanya sekedar letupan rasa ingin tahu yang bersifat sementara.
Saya ingin berbagi pengalaman mengenai salah satu kegiatan saya membersamai anak-anak klub prestasi COSMIC (Collaboration of Science and Mathematics Club). Judul eksperimen yang kami lakukan adalah tensile bubble. Yup! Kami bermain gelembung sabun. Siapa sih yang tidak bersemangat ketika mendengar: “Yuuuk kita main gelembung sabun!” Bahkan saya yang orang dewasa juga membayangkan eksperimen kali ini pasti seru dan menyenangkan, hehe. Tapi ini bukan sekedar meniup gelembung sabun seperti yang dilakukan anak-anak di taman bermain. Setelah anak-anak membuat cairan sabun, saya meminta mereka membuat bangunan geometri dari kawat yang dilapisi sedotan plastik. Jadi tongkat peniup sabun yang biasanya diganti dengan bangunan geometri ini. Kemudian setelah bangunan geometri jadi, anak-anak memasukkannya ke dalam cairan sabun dan TARAAA mereka terpesona dengan gelembung sabun yang terbentuk di dalam bangunan geometri. Beberapa komentar yang muncul adalah:
“Kerennn, Bu!” (lalu mencoba beberapa kali dengan bentuk bangunan geometri yang berbeda)
“Koq bisa ya Bu...” (sambil memasang ekspresi wajah serius)
“Eh koq yang aku bentuknya seperti ini, tapi yang temenku beda ya Bu?” (sambil mengamati perbedaan hasil percobaannya dibandingkan dengan yang punya temannya)
“Eh cobain lagi yuk! Dimasukkin ke cairan sabun terus bisa berubah tidak ya...” (lalu mencoba lagi... lagi... dan lagi... sambil mengamati perubahan yang terjadi)
“Eh coba ambil sedotan terus kita tiup bagian dalamnya yuk!” (waktunya bereksplorasi)

Dari komentar-komentar spontan itu saya seperti melihat para saintis yang begitu bersemangat dengan eksperimennya. Mereka menerapkan metode saintifik, walaupun saya belum pernah mengajarkan pada mereka. Mereka sudah melakukan pengamatan (make an observation), membuat dugaan sementara (form a hypothesis), melakukan percobaan (perform the experiment), membahas hasil percobaan (analyze the data), menceritakan hasil percobaan (report your findings), dan mengajak temannya untuk melakukan hal yang mereka lakukan (invite others to reproduce the results). Masha Allah! Ternyata Allah sudah menginstal kemampuan berpikir saintifik pada kita untuk memahami lingkungan sekitar kita.
Sesungguhnya dari eksperimen ini selain belajar tentang ‘apa itu sabun’ dan tegangan permukaan, anak-anak juga belajar bahwa banyak teknologi di sekitar kita yang terinspirasi dari fenomena sederhana seperti mainan gelembung sabun ini. Pernahkah kita mengamati atap bangunan yang melengkung dan terlihat sangat artistik? Yup! Ternyata para arsitek yang membuatnya terinspirasi dari tensile bubble.



Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama