"Seberapa Penting Belajar Bahasa Arab Al-Qur’an bagi Kita?" Pernah terlintas pertanyaan itukah dalam pikiran kita? Lalu apa jawabannya?
A. Ah, gak terlalu penting kok. Kita serahkan saja itu ke para ulama. Aku kan hanya muslim biasa, yang penting bisa baca Al-Qur’an dan hapal untuk shalat dan do’a sehari-hari, cukup.
B. Kayaknya gak terlalu perlu deh. Kalau Allah mau kita paham bahasa Arab, maka Allah pasti menjadikan kita semua orang Arab kan ya, gak berbeda-beda bangsa seperti ini.
C. Gapapa kok gak belajar bahasa Arab. Allah kan menurunkan Al-Qur’an bukan hanya untuk orang Arab. Allah menurunkan Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia, ya nggak? Jadi yaudah gapapa kita baca terjemahannya aja.

Ada yang setuju dengan salah satu atau bahkan semua jawaban di atas kah?
Hmm….
Emang kita gak ingin seperti Rasulullah dan para sahabat yang bisa merasakan ada hubungan langsung dengan Allah saat me-recite dan mendengarkan Al-Qur’an?😞
Emang kita gak iri saat membaca kisah para sahabat yang bisa nangis sesenggukan bahkan gak bisa berdiri tegak saat menyimak salah satu surat dalam Al-Qur’an?😭

Atau sebaliknya, kita menolak semua jawaban di atas dan di dalam hati justru ada bisikan:
“Penting banget! Karena tidak ada yang sebanding dengan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, Allah pasti punya alasan yang spesial kenapa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab! Jadi, aku harus (mulai) belajar bahasa Arab!”
Masya Allah, Alhamdulillah jika di dalam hati kita ada dorongan untuk belajar bahasa Arab.

Di salah satu video lecture-nya, Ust. Nouman Ali Khan membahas tentang ini, tentang mengapa kita harus belajar bahasa Arab.
Jika kita tanyakan hal ini pada muslimin dari bangsa manapun di dunia ini, baik yang paham Islam atau yang tidak terlalu paham, baik yang religius atau yang tidak terlalu religius, sebagian besar mereka pasti akan memberikan jawaban yang sama: “Bahasa Arab itu penting karena Al-Qur’an.”

Oke, itu adalah jawaban yang singkat. Terlalu singkat malah.
Nah, di video itu Ust. Nouman mengajak kita untuk lebih dalam memahami penjelasan di balik kata “Mengapa?” bismillahirrahmanirrahiim aku coba tulis resume-nya di sini ya, semoga bisa menjadi motivasi kita bersama.


In Al-Qur’an, message and miracle are in one packet!

Setiap Rasul yang Allah utus akan diberikan mukjizat.
Apa tujuannya? Untuk membantunya dalam menjalankan tugas kenabiannya.
Karena gak gampang loh menerima pesan yang disampaikan sang Nabi ribuan tahun yang lalu.

Ust. Nouman memberikan permisalan kayak gini:
Coba bayangkan kita hidup 1000 tahun yang lalu, terus ada tetangga yang ngetok-ngetok pintu, pas pintu dibuka, dia bilang gini:
“Semalam ada malaikat datang kepadaku memberikan wahyu dan malaikat itu memberitahu bahwa aku adalah Rasul Allah. Mulai sekarang apa yang aku sampaikan adalah perintah Allah, jadi kamu harus melakukan yang aku perintahkan.”

Apa reaksi kita selanjutnya setelah mendengar pernyataan si tetangga?
(Bisa jadi beberapa detik akan terjadi keheningan…ziiing)
Bisakah kita dengan mudah mempercayai apa kata tetangga tersebut?
Atau bisa jadi kita menganggap itu bukan hal yang serius, bisa jadi kita menanggapinya dengan pertanyaan:
“Apa kamu baik-baik aja?”
“Makan apa sih kamu tadi malam?”
“Bisa ajak aku gak untuk melihat malaikat juga?”

Itulah yang terjadi saat Nabi Muhammad Saw. menyampaikan pesannya. Banyak yang tidak percaya, menganggap hal itu sebagai lelucon, bahkan menyebut Nabi kita sebagai majnun (gila), sahir (tukang sihir), dsb.😢
Yap, bukan hal yang mudah untuk mempercayai Rasulullah di zaman itu.
Percaya pada Tuhan itu mudah, lebih mudah daripada percaya pada manusia lain yang menjadi utusan Tuhan. Bagian inilah yang sulit, karena secara ilmiah, manusia tidak suka mengikuti manusia lainnya.
Oleh karena itu, Allah akan memberikan mukjizat untuk membantu tugas Rasul-Nya, sehingga apa yang disampaikan akan lebih mudah diyakini oleh kaumnya.

Contohnya nih…
✎Nabi Shales as. 
Allah memberikan kepadanya unta betina, naqatullah (Unta Allah), unta itu muncul dari bebatuan yang terbelah. Maka ketika kaumnya melihat peristiwa tersebut, mereka yakin bahwa Nabi Shaleh memang utusan Allah.
Nabi Musa as. 
Allah memberikannya tongkat yang bisa membelah lautan dan berubah menjadi ular. Bayangkan jika kita termasuk yang berada di belakang Nabi Musa saat lautan terbelah! Apa kita masih ragu kalau ia seorang rasul Allah?

Lalu bagaimana dengan Rasulullah Saw.?
Mukjizat apa yang Allah berikan untuk membantu tugas-tugasnya yang sangatt berat?
Allah memberikan pesan untuk beliau, yang kita sebut dengan Al-Qur’an. Allah juga memberikan mukjizat kepadanya, yang kita sebut apa? Al-Qur’an juga. Masya Allah, itulah spesialnya, pesan dan mukjizat Rasulullah Saw. dalam satu paket.


Apa perbedaan mukjizat Al-Qur’an dengan mukjizat nabi-nabi sebelum Rasulullah Saw.?

Ada cerita menarik dari Ustadz ketika beliau menjadi guru Agama Islam untuk kelas 6 SD.
(Iya loh, ternyata Ustadz Nouman pernah jadi guru SD! Masya Allah ya, Ustadz dikasih gift sama Allah, bisa ngajar Al-Qur’an dengan cara yang asyik untuk semua usia, dari anak-anak sampai usia dewasa, what a wonderful gift from Allah, semoga bisa belajar sama Ustadz Nouman lagi).

Salah satu anak muridnya bilang gini:
👦: “Ustadz Nouman, ini gak adil.”
👨: “Apanya yang gak adil?”
👦: “Nabi-nabi yang lain diberi benda yang keren, tongkat yang bisa jadi ular, orang mati bisa hidup lagi, laut yang terbelah, ini kan keren semua? Kok kita cuma dikasih “buku” doang?”
#ups
(Apa jangan-jangan ada dari kita yang juga punya pertanyaan yang sama dengan sang bocah?)

Penasaran gak sama apa jawaban Ustadz untuk pertanyaan anak kecil tadi?
Masa sih Allah cuma ngasih “buku” doang pada kita?

Jadi gini, ada perbedaan mendasar antara apa yang Allah berikan pada nabi-nabi sebelumnya dengan pada Rasulullah Saw.
Apa perbedaannya?
Yang Allah berikan untuk nabi-nabi sebelumnya adalah apa yang dapat dilihat untuk mata👀. Namun yang Allah berikan pada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagian besar adalah sesuatu yang dapat didengar untuk telinga👂.
Kita cek sama-sama di Al-Qur’an yuk!
Allah berkata:
Yasmauna (mereka mendengarkan👂),
fastamiulahu (dengarkan👂 dengan baik),
sami’na wa ata’na (kami dengar👂 dan kami taat),
inna sami’na Qur’anan ajaban (kami mendengar👂 Qur’an yang unik).

Kalau kita perhatikan baik-baik kata-kata di atas, yang ditekankan pada kita adalah mendengarkan.
Jadi, yang terpenting pada al-Qur’an adalah mendengarkan👂.

Nabi Muhammad tidak memberikan naskah untuk dibaca oleh para sahabat.
Al-Qur’an dalam bentuk buku itu belakangan.
Jadi, apa yang terlebih dahulu dilakukan oleh Rasulullah? Beliau membuat mereka mendengarkannya. Beliau menyampaikan Al-Qur’an melalui pendengaran. Sedangkan mukjizat nabi-nabi yang lain itu melalui penglihatan. 
Nah, kelihatan ya perbedaannya?


Yuk, Melihat Lebih Dekat Mukjizat Al-Qur’an

Masih ingat salah satu pernyataan jawaban di awal tulisan ini?
Mungkin ada yang beranggapan bahwa “Yaudah gapapa kita baca terjemahan Al-Qur’an aja.”

Hmm, ketika seseorang menerjemahkan Al-Qur’an, bahkan untuk terjemahan terbaik sekalipun. Si penerjemah berusaha untuk menerjemahkan pesan di dalam al-Qur’an.
Tapi mustahil bagi si penerjemah untuk ‘menerjemahkan’ mukjizat di dalam Al-Qur’an!

Kenapa?

Karena mukjizat di dalam Al-Qur’an hanya bisa dirasakan dalam kata-kata pilihan Allah, itulah yang membuatnya menjadi mukjizat.
Maka jika kita membaca terjemahannya dalam bahasa Indonesia, kita mungkin dapat memahami maksud pesan dari ayat tersebut. Tapiii, kita tidak akan bisa merasakan sisi mukjizat dari ayat tersebut, mustahil.

Salah satu mukjizat Al-Qur’an ada di surat al-Muddatsir:
“Wa Robbaka Fakabbir (QS 74: 3).

Dalam bahasa Inggris, yang semacam ini disebut Palindrome, kata yang sama saja kalau dibaca bolak-balik. Seperti kata ‘BOB’ atau ‘RACE CAR’.
Terjemahan sederhana ayat itu adalah “Nyatakanlah bahwa keagungan hanya milik Allah.”

[Tantangan] Coba deh cari dalam bahasa lain suatu kalimat yang menyatakan keagungan Allah dan itu bisa dibaca bolak-balik! 
Gak boleh buka kamus atau ditulis dulu ya. Bisa gak? Ketemu gak?
Nah, itu adalah salah satu contoh dimana mukjizat Al-Qur’an dapat kita rasakan hanya dalam bahasa Arab. Kalau pesannya, insya Allah kita paham yaa, tapi kalau dibaca dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya, bisa kita rasakan gak mukjizatnya?
Kata Ustadz Nouman, ini baru 1 contoh kecil loh.
Setiap ayat di Al-Qur’an memiliki mukjizatnya masing-masing!
Mukjizat lainnya itu menunggu untuk kita rasakan sendiri.
Syaratnya apa tadi? Belajar bahasa Arab Al-Qur’an.


Perbedaan antara Keimanan Kita dan Keimanan para Sahabat Nabi

Sedihnya di zaman sekarang, banyak orang yang tidak mengetahui pesan dari Al-Qur’an (Al-Qur’an hanya sekadar dibaca), dan bagi orang yang paham pesan Al-Qur’an, kebanyakan dari mereka tidak dapat merasakan mukjizat dari Al-Qur’an.
Padahal Al-Qur’an punya 2 hal sekaligus: Pesan dan Mukjizat.
Inilah yang menjadi perbedaan antara keimanan kita dan keimanan para sahabat nabi.
Salah satu dari banyak sebabnya adalah, ketika mereka mendengar Al-Qur’an mereka mendengar pesan dan mukjizat-Nya sekaligus. 
Sedangkan kita?
Paling hanya mendapat 1 halnya saja.
Ini salah satu alasan mengapa kita harus belajar bahasa Arab, karena kita ingin menghargai pesan dari Al-Qur’an, serta kita ingin merasakan keindahan dari mukjizatnya.


Keindahan Mukjizat yang Hilang dari Al Qur’an 

Ada yang suka membaca karya sastra dalam bahasa asing? Seperti William Shakespeare?
Lebih memilih yang mana, baca dalam versi aslinya karya sang penulis atau baca terjemahannya?
Aku yakin, pasti kalian pada kompak lebih memilih dalam versi aslinya kan ya.
Kadang kalau membaca yang versi terjemahan jadi “aneh” rasanya, kayak ada sesuatu yang hilang.
Mungkin bisa saja pesan dari sang penulis tetap bisa tersampaikan jika penerjemahnya ahli di bidang itu juga, tapi kalau gak ahli, suka bikin mengerutkan dahi dan perlu dibaca berkali-kali agar lebih ngerti gitu. Kadang akhirnya bisa ngerti, tapi gak jarang juga jadi di-skip aja, heu.
Nah, ini baru karya antar manusia loh. 
Keindahannya bisa hilang ketika diterjemahkan.
Lalu bagaimana dengan Al-Qur’an?
Kata-kata yang ada di sana adalah kata-kata Allah.
Apakah ada yang meragukan keindahan bahasa-Nya?
Jika kita terjemahkan kata-kata Allah, apakah akan ada keindahan yang hilang?


Darimana Kita Tahu bahwa Bahasa Arab itu Penting?

11x Allah mendeskripsikan Al-Qur’an bersamaan dengan bahasa Arab.

Jika Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu adalah Al-Hakim seperti di surat Yasin.
“Yaasin wal Quranil hakim” (Demi al-Qur’an yang penuh hikmah), itu artinya kita tak akan bisa memisahkan antara Al-Qur’an dan hikmah, karena Allah meletakkannya bersamaan.

Begitu pula ketika Allah katakan, “Quranan Arabiyan”, maka apa 2 hal yang tidak bisa dipisahkan?
Al-Qur’an dan Bahasa Arab.
Ditambah pula Allah katakan “la’alakum ta’qilun”.
Terjemah sederhananya adalah: “Sesungguhnya Kami menjadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (QS. 43: 3).
Allah tidak hanya meletakkan kata ‘memahami ‘di dekat kata ‘al-Qur’an’, tapi Dia juga letakkan kata itu di dekat kata ‘al-Qur’an dalam bahasa Arab’.
Maka kunci untuk memahami Al-Qur’an itu apa? Bahasa Arab.


Keindahan Kosa Kata Al-Qur’an

Pernah mendengar kata ‘Nafs’ dan ‘Ruh’?
Ustadz membacakan 2 ayat ini:
“Kullu nafsin dzaiqatul maut.” (QS. Ali Imran: 185), di sini ada kata ‘Nafs’.
“Yas’alunaka anniruh” (QS. Al-Isra': 85), di sini ada kata ‘Ruh’.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk dua ayat di atas adalah:
“Setiap yang berjiwa (soul) pasti akan merasakan mati.”
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh (soul).”
Ada yang menarik di sini, yaitu 2 kata ini = ‘Nafs’ dan ‘Ruh’, yang dalam bahasa Inggris arti keduanya sama saja, ‘Jiwa (soul)’.
Padahal Allah gunakan 2 kata yang berbeda loh dalam bahasa Arab. Di sini jelas kita kehilangan sesuatu.
Arabic language is sooo deep and rich, gak ada bahasa lain yang bisa mensubstitusikannya.
Setiap kata dalam bahasa Arab memiliki rasa dan konotasinya masing-masing.

Ini contoh penjelasan 3 kata bahasa Arab yang artinya sama tapi maknanya berbeda, dari salah satu akun IG favoritku @thequranjournal.id


View this post on Instagram

#QURANWORDS 1 (I'm not teaching The Qur'an. I'm just sharing my own learning.) . . Apa perbedaan النظر، الرؤية ، dan البصر? . Ketiganya mengandung makna 'penglihatan', tapi di mana letak perbedaannya? . . Pertama, perbedaan النظر dan الرؤية (asal katanya رأى). النظر meski juga bermakna refleksi, namun di Al-Qur'an kata ini umumnya digunakan untuk aktivitas melihat dengan mata, yakni sekedar penglihatan biasa. Sementara الرؤية mengandung makna penglihatan yang lebih dalam, yang dengannya seseorang dapat berkontemplasi/mengambil pelajaran. Biasanya terkait juga dengan perkara ghaib. Contoh penggunaan keduanya ada di surah Al-A'raf: 143. Coba deh dibuka ayatnya, dan teliti bedanya. Contoh lain penggunaan kata رأى ada di surah Al-Waqiah: 63-71. . Sementara البصر diartikan sebagai fungsi intelek yang berhubungan dengan ayat-ayat ilahi. البصر adalah penglihatan yang menjangkau perkara ghaib, ia terkait dengan fungsi hati (qalb). Karenanya di dalam Al-Qur'an Allah Swt mengunci penglihatan (البصر) orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia. Bukan membutakan penglihatannya secara fisik, tapi membuatnya tak mampu mengambil pelajaran dari apa yang disaksikannya. . . Sudah bisa membedakan ketiganya? :) awalnya memang bingung, tapi coba dibaca lagi contoh-contoh ayatnya. Biar lebih mudah, pakai aplikasi Qur'an word to word translation. . . Sumber: - Youtube Channel LearnQuranicArabic - Kamus Lughatul Quran. . . Anw, setuju gak kalau #QuranWords ini saya share secara berkala? Jika ada setidaknya 10 komen SETUJU, inshaAllah akan saya share meski tidak setiap hari :)
A post shared by Personal Qur'an Journal (@thequranjournal.id) on


Masih mau contoh kosa kata yang lain?
Di Al-Qur’an, Allah mengucapkan kata ‘Ins’, ‘Nas’, ‘Basar’, ‘Insiya’.
Semua kata tadi itu artinya sama, manusia!
Tapi kok Allah menggunakan kata yang berbeda ya?
Jika Dia menggunakan kata yang berbeda, artinya ada pesan yang berbeda juga kan ya?

Dalam bahasa Arab, 1 kata digunakan khusus untuk maksud tertentu.
Ada 10 kata bahasa Arab yang artinya ‘Kemarahan’, juga ada banyak sekali kata yang artinya ‘Kesabaran’.
Allah menggunakan kata yang berbeda-beda di berbagai tempat.
Bahkan dalam QS. Al-Qashash 28: 10, apabila kita membaca terjemahannya, kita akan menemukan kata ‘Hati’ dua kali, lalu jika kita baca bahasa Arabnya, ternyata itu 2 kata yang berbeda loh, yaitu ‘Fuad’ di awal ayat dan ‘Qalb’ di akhir ayat. Kenapa ya?
Allah pasti tidak memaksudkan hal yang sama. Karena bila Dia bermaksud memberikan arti yang sama, maka akan pakai kata yang sama. Ya nggak?
Masya Allah, jadi semakin penasaran kan ya untuk belajar bahasa Arab!


Susunan Kata, Tata Bahasa, dan Struktur Kata

Pernah membaca/mendengar ini: ‘wallahu khobirun bima ta’malun’? (QS Ali 'Imron ayat 153)
Coba kita bagi kalimat tadi menjadi 3 bagian: 1. Allah 2. Khobir 3. Bima Ta’malun.

Pernah juga membaca/mendengar ini: ‘wallahu bima ta’maluna khobir’? (QS Ali 'Imron ayat 180)
Coba kita juga bagi kalimat tadi menjadi 3 bagian: 1. Allah 2. Bima Ta’malun 3. Khobir.

Apa kedua kalimat tadi tersusun dari bahan dasar yang sama?
Yap! Kata ‘Allah’ ada, kata ‘Khobir’ ada, kata ‘Bima Ta’malun’ juga ada.

Terus bedanya apa? Pasti ada bedanya kan?
Tapi dalam bahasa apapun (Indonesia, Inggris, Urdu, Spanyol, Farsi atau Bahasa Jerman), kita akan mendapati artinya sama persis untuk 2 ayat ini. Yaitu “Allah sungguh amat mengetahui segala yang kamu lakukan”.

Tapi apakah Allah mengatakan 2 hal yang sama? Tidak, Dia mengatakan 2 hal yang berbeda.
Di Al-Qur’an, Allah mengubah urutan kata. Tidak hanya sekali dua kali. Tapi berkali-kali. Di berbagai kesempatan di Al-Qur’an.

Jadi… Kata Ustadz Nouman,
kalau kita merasa cukup hanya sekadar membaca terjemahannya saja atau bilang “Ah… aku udah pernah baca semua bagian Al-Qur’an terjemahan.” Itu artinya kita belum membaca Al-Qur’an yang sesungguhnya. 😭😭😭
Al-Qur’an perlu dibaca terus-menerus, jika kita benar-benar ingin memahaminya.
Kita tidak bisa baca sekali atau iseng-iseng sekilas aja, lalu langsung paham.
Sesungguhnya memahami Al-Qur’an itu bukan ‘barang murah’, ini ‘mahal harganya’.
Kita harus membayar itu dengan waktu dan usaha, serta niat!


Niat karena Allah, yang membuat kita sangat sangat ingin belajar bahasa Arab.

Kita bisa aja berdebat teoritis, apakah Bahasa Arab itu penting atau tidak.
Banyak ulama yang telah membuktikan bahwa Bahasa Arab itu penting.
Tapi kalau kecintaan pada Al-Qur’an dan keinginan untuk mempelajarinya belum menyentuh hati kita. Maka pengetahuan, dalil atau fatwa apapun tidak akan dapat membantu kita. 
Kita harus berhasrat kalau kita ingin sholat kita lebih baik, lebih khusyuk, lebih dinikmatin.
Kita ingin menangis ketika membaca Al-Qur’an karena kita paham perkataan Allah.
Hasrat seperti itulah yang membuat kita mau belajar.
Kita ingin merasakan mukjizat Al-Qur’an dalam bahasa Allah.


Hilangkan dulu pikiran bahwa yang berhubungan dengan Al-Qur’an itu sulit. 

Karena janji Allah ada di QS. Al-Qamar: 17.
Allah sendiri yang berjanji “Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk mengingat-Ku.”
Allah telah menjamin, bahwa Al-Qur’an akan dimudahkan.
Allah nggak bilang bahwa akan dimudahkan hanya untuk orang Arab.
Allah nggak bilang bahwa akan dimudahkan untuk yang bisa bahasa Urdu.
Allah mengatakan, Allah akan memudahkan bagi semua orang.
Dia cuma minta satu syarat. 
Apa syaratnya? Jika tujuan kita belajar Al-Qur’an adalah untuk mengingat Allah (dzikr).💗 
Jika itu tujuan kita, maka Allah yang memberikan jaminan kemudahan mempelajarinya.

Semoga kita menjadi generasi yang tidak hanya membaca dan menghapal, tapi juga memahami Al-Qur’an. Aamiin Yaa Mujiib.

Sumber video:


Wallahu a'lam bishawwab
Tags: Nouman Ali Khan

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama