The Story of Our Spaghetti Bridge



Apa itu Spaghetti Bridge?
Spaghetti: nama salah satu jenis pasta.
Bridge: bahasa Inggris dari ‘jembatan’.
Jadi…, mau membuat jembatan dari spaghetti?
Hmmm emang bisa?

Beberapa orang yang mendengar bahwa kami akan mengikuti lomba ini langsung bertanya:
Spaghetti-nya dimasak dulu terus dibikin jembatan?”
Hehehe, kalo lembek yaa ga bisa sekokoh jembatan atuh

Mungkin yang ada di pikiran mereka, kami akan membuat spaghetti matang menjadi bentuk tertentu. Dalam hal ini menjadi bentuk jembatan.
Mungkin yang ada di pikiran mereka, seperti lomba menghias kue ulang tahun, yang bisa divariasikan menjadi bentuk kastil, taman, bahkan bisa dibentuk menjadi wajah super hero atau tokoh kartun favorit.

Bukan! Hehehe, walau kalau dipikir-pikir lucu juga yah spaghetti yang sudah dimasak lalu dihias…

Tapi ini bukanlah lomba FOOD and BAKERY, walaupun bahan dasarnya FOOD *sebenarnya sayang sih yaa, tapi insya Allah gapapa karena buat belajar…


Lomba ini adalah lomba bertema:
STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATHEMATICS) yang diadakan oleh Sekolah Taruna Bakti.
Cerita awalnya, aku diajakin sama Miss Dahlia dan Miss Gina (English teachers). Tim English berencana mendaftar pada lomba Spelling Bee dan Story Telling. Ternyata lomba yang diadakan oleh Tarbak sangat bervariasi, dari seni, bahasa, sampai sains serta teknologi. Seru aja kan kalo kita rombongan gitu mengikuti perlombaan.😆😉😊

Jadi tantangan di lomba Spaghetti Bridge ini adalah merancang jembatan berbahan dasar spaghetti (mentah tentunya, jadi seolah-olah spaghetti ini adalah rangka besi jembatan) yang beratnya harus seringan mungkin untuk menahan beban seberat mungkin!



WOW!😲

Langsung teringat tugas mata kuliah Fisika saat TPB dulu, namanya RBL (lupa singkatannya apa *setelah nanya om Google baru inget singkatannya adalah: Research Based Learning). Intinya kami diberi tantangan untuk merancang benda silinder yang bisa menggelinding secepat mungkin di bidang miring. Seingatku, seru aja saat-saat berdiskusi & merancang, saat-saat kebingungan karena kalah cepat sama kelompok lain, saat-saat degdegan sebelum waktu tes tiba!

Dan entah kenapa aku berpikir sepertinya ini akan menjadi proyek yang (bisa) seru (juga) bareng anak-anak, ala-ala Research Based Learning, jadi aku pun memutuskan untuk mendaftar. Bismillahirrahmanirrahiim…


TERNYATA!😩
Membuat Spaghetti Bridge tidak semudah yang dipikirkan dan dibayangkan (termasuk untuk orang dewasa!). Salah satu penyebabnya adalah perekat yang hanya boleh digunakan (syarat dari panitia) adalah super glue. Butuh keterampilan untuk bisa menggunakan lem ini dengan baik, kemampuan motorik halus anak-anak dituntut harus baik!

Sebenarnya aku sudah ‘tahu’ (tapi belum ‘sadar’, heu, dan berusaha berpikir positif ‘tidak ada salahnya mencoba’) bahwa kemampuan motorik halus anak-anak sekarang ‘kids zaman now/Z generation/digital native’ tidaklah sebaik anak-anak dulu ‘X or Y generation’. Ini terlihat dari setiap membuat proyek model 2D atau 3D sains di kelas, beberapa anak tampak masih kesulitan untuk menggunting/memasang suatu benda dengan rapi, menggambar dengan proporsional, dan hal-hal lain berkaitan dengan handmade things/DIY projects. Atau tugas yang kertas tugasnya dibentuk dengan menggunakan teknik origami, beberapa anak masih kesulitan untuk melipat dua (lipatan yang paling sederhana), untuk membuat lipatan yang ujungnya runcing, untuk mempertegas lipatan (atau istilah yang sering digunakan adalah ‘menyeterika’). Atau bisa juga dilihat dari bentuk tulisan anak-anak, rasanya masih banyak yang bentuk tulisannya masih ‘abstrak’, hehe. Tapi yaa itu tadi, aku berusaha untuk berpikir positif, berusaha yakin anak-anak pasti bisa, harus dicoba dulu, sekalian latihan motorik halus ya, nak!


HEBOH!😬
Yup! Itulah yang terjadi saat kami berlatih membuat Spaghetti Bridge di ruang sains. Hampir sebagian besar waktu digunakan oleh anak-anak untuk ‘heboh’ berteriak:
“Aaaa tangan aku kena lem”,
“Aaaa tangan aku nempelll”,
“Aaaa spaghetti-nya nempel di jari aku”,
(kemudian mereka sibuk berusaha melepaskan lem-nya, kami menemukan informasi di internet bahwa kulit yang terkena super glue dapat dilepaskan dengan cara menggosoknya dengan garam+air >> https://www.wikihow.com/Remove-Super-Glue)
“Aaaa baju aku kena lem, bisa hilang ga ya, Bu?”,
“Bu Miranti, lihat tangan aku kena lem lagi!” (setelah berkali-kali panik akhirnya dia menganggap ini hal yang ‘menarik’ -_-‘)

Antara kesel, kasihan, dan lucu deh melihat kehebohan mereka…
Astaghfirullah…

Bahkan ada ‘drama’ tangan seorang anak yang melepuh karena kena lem tembak T_T (awalnya kami berlatih menggunakan lem tembak sebelum menggunakan super glue), dan setelah ditelusuri penyebabnya adalah ada temannya yang main-main. *BENER-BENER HARUS EKSTRA HATI-HATI*😓😓😓

Awalnya aku berusaha memaklumi bahwa mereka butuh waktu untuk terbiasa menggunakan super glue. Walaupun disebutkan cepat mengering dan menempel, tapi tetap butuh waktu beberapa detik untuk bisa merekat dengan kuat. Karena lemnya cair, jadi bisa mengalir dengan bebas apalagi kalo kebanyakan. Dan dalam waktu beberapa detik itulah teriakan anak-anak bermunculan karena lemnya mengalir ke tangan mereka. Duh!

Bahkan aku dan Pak Agung (my COSMIC partner) juga membutuhkan waktu untuk bisa menempelkan spaghetti dengan cepat. Aku merasa awalnya emang sulit, spaghetti-nya geser-geser lah, netesinnya kebanyakan lah, nempel ke jari lah, awalnya terlihat sudah lurus tapi koq jadi miring yah (ternyata emang ada spaghetti yang cetakannya miring, jadi harus diseleksi dulu). Percobaan pertama emang sulit dan berat T_T! Akhirnya setelah berkali-kali mencoba baru deh menemukan: ada tekniknya! Alhamdulillaah…


😏Tips menggunakan super glue pada Spaghetti Bridge:
  • Keluarkan tetes demi tetes, jangan menekan botol terlalu kuat nanti keluarnya ngocorrr
  • Posisikan spaghetti yang mau ditempel agak miring agar super glue mengalir tidak terlalu cepat jika dibandingkan posisi yang tegak lurus
  • Sebaiknya carilah penerangan tambahan, bisa lampu belajar, karena super glue itu bening jadi butuh cahaya yang lebih terang dari biasanya agar cairannya terlihat
  • Bersabarlah untuk menunggu super glue mengering dengan cara ditiup-tiup, hehehe *setelah lomba kemaren dan melihat-lihat kelompok lain, ada yang keidean donk bawa kipas kecil jadi kan ga usah capek niup-niup XD. Baiklah ini dicatet yaaa untuk bekal kalo ikut lomba yang sama tahun depan :)


TANTANGAN!😵
Berdasarkan Technical Meeting (yang dihadiri miss Gina dan miss Dahlia, makasiiih yaaa miss-miss sudah bersedia menggantikan aku), untuk level anak SD diberi privilege yaitu diperbolehkan membawa spaghetti yang sudah ditempelkan beberapa sekaligus (belum membentuk rangka), jadi mereka tidak mengerjakan dari 0 banget.

Setelah mendapat info ini langsung kepikiran “Oke berarti ini dikerjakan oleh gurunya.”😅😏

*Semangat Mirrr, ini konsekuensi-nya, menyemangati diri sendiri, siap-siap lemburrr :p
Ketika melihat video Technical Meeting, ada seorang bapak yang memperagakan teknik menempelkan spaghetti, terlihat gampaaang banget gitu, iiish kesel ngeliatnya (karena setelah beberapa kali nyoba, belum bisa sejago itu!), butuh berapa kali latihan ya biar bisa master kayak gitu😝

LATIHAN TAMBAHAN
Seperti biasa, untuk mempersiapkan lomba tidak cukup hanya memanfaatkan waktu saat COSMIC (Collaboration of Science and Mathematics Club) yang hanya 1 minggu 1x. Butuh waktu tambahan untuk berlatih.

🌱Latihan Tambahan Pertama (Rabu, 14 Feb 2018)
Anak-anak dibebaskan mau mengerjakan seperti apa. Mereka bebas melakukan eksplorasi. Ada yang menggabungkan beberapa spaghetti menjadi bentuk silinder sehingga menjadi lebih besar diameternya. Ada yang menggabungkan ujung spaghetti terlebih dahulu. Ada pula yang random menempel ditumpuk-tumpuk yang penting terlihat lebih besar, hehehe. *TRIAL and ERROR*

🌱Latihan Tambahan Kedua (Kamis, 15 Feb 2018)
Anak-anak mencoba meniru desain yang ada di internet.

[Break] Setelah sholat Ashar, ada anak yang melihat buku the Little Prince versi anak-anak dalam bahasa Indonesia di library (ruang sains bersebelahan dengan library, jadi setiap jadwal COSMIC kami sholat Ashar-nya di library). Karena the Little Prince merupakan salah satu film favorit aku, jadi terdistraksi deh ngobrol tentang itu dan menunjukkan filmnya ke anak-anak sambil membuat Spaghetti Bridge.


🌱Latihan Tambahan Ketiga (Rabu, 21 Feb 2018)
Anak-anak menonton video penjelasan panitia saat Technical Meeting. Lalu mencoba beberapa desain konstruksi penggabungan spaghetti. Dari yang rapi seperti rumahnya lebah, sampai yang asal yang penting nempel semua, hehe. Kemudian dari hasil penggabungan itu kita coba untuk menahan beban. Dari beberapa kali ekperimen, disimpulkan bahwa semakin rapi dan tertata padat seperti desain rumah lebah maka beban yang bisa ditahan pun semakin banyak.

Jadi teringat video tentang “Why do honeybees love hexagons? - Zack Patterson and Andy Peterson”



🌱Latihan Tambahan Keempat (Kamis, 22 Feb 2018)
Karena selain mengikuti lomba Spaghetti Bridge, kami juga berencana mengikuti lomba STEM RACE. Maka aku dan Pak Agung berbagi tugas, aku mendampingi anak-anak yang mau lomba STEM RACE dan Pak Agung mendampingi anak-anak yang mau lomba Spaghetti Bridge.

Anak-anak melihat dan memilih beberapa desain jembatan dari internet. Intinya di latihan ke-4 ini kami masih *TRIAL and ERROR*.


Jujur aku sebenarnya panic mode: ON, lombanya 2 hari lagi, terus kita belum berhasil membuat jembatan secara utuh!😵😰😭, anak-anak masih harus selalu diingatkan untuk konsentrasi dan komunikasi yang baik selama proses pengerjaan, dan anak-anak masih ‘heboh’ setiap kali terkena super glue.

*Gemesss ngeliatnyaaa….arrrrghhh…. Mau marah tapi ga bisaaa, apalagi kalo udah lihat Andra 😇, hiburan banget kehadiran dia di COSMIC ^-^
*Tarik napas, lepaskan perlahan… Tarik napas, lepaskan perlahan… Tarik napas, lepaskan perlahan… Istighfar banyak-banyak, ya Mirrr… 
*Berusaha menenangkan diri sendiri…

Setelah anak-anak pulang, aku dan Pak Agung berdiskusi dan memutar otak untuk mendesain Spaghetti Bridge yang sederhana buat mereka, yang kira-kira bisa beres dalam waktu 2 jam! Sebenarnya yang lebih banyak mikir Pak Agung, hehe. Sampe dianalisis titik tumpu, titik beban di bagian mana aja, semakin panjang lengan beban (atau kuasa yah) pengaruhnya seperti apa, dan seterusnya… Sedangkan aku, ketika diskusi sambil berusaha menggali-gali ‘kenangan’ pelajaran fisika di otak dan membayangkan hubungannya dengan jembatan yang ingin kami buat.

*Makasiiih ya Pak Agung, aku ga nyangka proyek Spaghetti Bridge ini benar-benar ‘menantang’! Tidak hanya bagi anak-anak, bagiku juga. Aku menyadari kalo mengerjakan proyek konstruksi atau yang berbau fisika gini ga terlalu jago (butuh loading yang lebih lama untuk mengingat rumus dan istilah tentang itu lalu menganalisisnya), lebih memilih kimia dan biologi deh, tapi entah kenapa suka aja kalo melihat anak-anak teknik sipil atau arsitek mengerjakan proyek konstruksi gitu, pada bawa tabung gambar, terlihat keren, hehe.

🌱Latihan Tambahan Kelima (Jum’at, 23 Feb 2018)
*Aaaarrrghhh H-1!!!, Alhamdulillaah-nya hari ini ga ada jadwal ngajar, niat awal sih mau meriksa tugas anak-anak dulu, tapi akhirnya dari pagi ‘ngulik’ spaghetti XD
Hari ini anak-anak gladi bersih berdasarkan desain yang sudah ditentukan (yang tentu saja diprakarsai oleh pak Agung ^-^).

Akhirnya jadi juga satu jembatan utuh oleh tim level 5 (walau jam sudah menunjukkan pukul 17.00)! Kemudian kita uji dengan meletakkan beban! Alhamdulillaah hampir 1500 gram! *sama dengan berapa batang coklat yaaah

*Terharuuu, mulai merasakan ada setitik terang cahaya setelah dari kemaren gelappp kalo hanya melihat hasil kerjaan anak-anak yang selalu tampak ‘berantakan’ sebelum mereka pulang T_T…

Lalu bagaimana dengan tim level 4? Belum beresss donk T_T, mereka baru menyelesaikan salah satu sisi jembatan. Tapi yaaa (khasnya anak-anakkk) mereka ga terlihat stress tuh! Besok mau lomba tapi belum berhasil di H-1. Bahkan masih terlihat happy, ikutan excited saat mencoba memberikan beban jembatan yang punya kakak-kakak level 5. Duh! Bocaaah bocaaah…


😎HARI H PERLOMBAAN
Hwaaa karena lagi ga sholat dan beberapa hari tidur kemaleman, aku bangunnya jadi telattt, jam 6 lewat! Sempet beberapa detik panik, tapi kemudian berhasil menenangkan diri…

*Tenang Mir, masih cukup waktu koq untuk mandi, siap-siap, dan minum susu lalu langsung cusss naik grab, insya Allah ga macet kalo sabtu pagi mah…*

Sampailah aku di Tarbak jam 7.25, Alhamdulillaah… Baru ada 1 anak yang datang.
Setelah mendengar (rantai) sambutan sambil disinari ‘hangat’nya sinar matahari pagi (yang udah kayak lampu sorot karena pas banget para penonton menghadap ke arah timur!) akhirnya perlombaan dimulai juga jam 09.00! (Di jadwal seharusnya jam 8 loh)

Perlombaan Spaghetti Bridge diadakan di aula lantai 2, ternyata mereka duduknya ngampar gitu…
Para guru yang mendampingi diperbolehkan melihat anak-anak yang sedang berlomba, jadi bisa sekali-kali ngecek mereka sudah mengerjakan sampai mana…
Terharuuu, dalam waktu satu setengah jam mereka sudah hampir selesaiii! 
Dan yang membuat lebih terharu adalah level 4 juga sudah mau selesaiii!
Bahkan Andra sempet-sempetnya makan bekel (mie goreng) di sela-sela perlombaan XD. Terus Arya nyeletuk: "Lihat Bu, Andra makannya udah habis aja tuh... Laperrr ternyata."


Tibalah saatnya pengujian Spaghetti Bridge!
Hasilnya adalah….
🌸🌸🌸Mereka JUARA! Alhamdulillaah…🌸🌸🌸
Tim level 4 juara 2 dan tim level 5 juara 4.

Masya Allah…
Alhamdulillaah rasanya terbayar ngelembur 2 malam untuk mempersiapkan spaghetti buat mereka, huhuhu. Jadi teringat ungkapan: “Setiap usaha yang kamu lakukan tidak akan pernah mengkhianati hasil yang akan kamu peroleh.”




Sebenarnya berat Spaghetti Bridge buatan tim level 4 dan level 5 sama, yaitu 93 gram. Tapi berat beban yang mampu ditahan oleh Spaghetti Bridge buatan tim level 4 lebih banyak daripada tim level 5, beda 9 coklat (9 x 35 gram = 315 gram).

Kenapa bisa begitu padahal desain Spaghetti Bridge­-nya sama?

Kalau berdasarkan observasi aku, Spaghetti Bridge yang level 5 agak miring ke luar salah satu sisi jembatannya, sedangkan Spaghetti Bridge yang level 4 tegak lurus jadi lebih kokoh menahan beban.

*Gapapa yaaa Nak, juara itu bonus, yang terpenting adalah pengalaman kita selama membuat Spaghetti Bridge, banyak hikmah yang bisa diambil. Dari belajar bekerja sama, menjadi pendengar yang baik, berhati-hati saat menggunakan super glue, serta belajar ‘membawa’ diri saat berkompetisi.


Aaaah anak-anak, selalu memberi kejutan tak terduga. Level 5 yang sesungguhnya lebih diharapkan jika dilihat dari proses selama latihan, eh ternyata yang lebih baik hasil Spaghetti Bridge-nya level 4.😌
Aaaah anak-anak, kadang membuat diri ini merasa bersalah karena sempat terbersit ‘kayaknya ga akan beres ni Spaghetti Bridge-nya’.😩
Aaaah anak-anak selalu sukses membuat diri ini melakukan refleksi… 😭😍😊

FYI, di beberapa negara ternyata membuat Spaghetti Bridge benar-benar sebuah kompetisi yang serius loh!

Tulisan ini memang (bermula dari) cerita tentang Spaghetti Bridge.
Cerita yang akhirnya membuatku merenungkan banyak hal, tentang hari-hariku menjadi guru di SD Mutiara Bunda, tentang betapa banyak eksperimen sains yang sudah dilakukan bersama anak-anak (semoga tidak hanya ilmu yang kalian dapatkan tapi juga nilai-nilai kehidupan yang kelak akan bermanfaat, apapun bidang yang kalian dalami), tentang celotehan anak-anak yang seringkali membuatku melakukan kontemplasi di malam hari, tentang pertanyaan ajaib anak-anak yang beberapa kali membuatku berlama-lama mencari jawabannya di internet bahkan sampai membaca jurnal-jurnal ilmiah (haha, jadi kangen kuliah), tentang betapa serunya belajar sains ketika sudah diintegrasikan menjadi STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATHEMATICS), dan akan panjang daftarnya kalo ditulis di sini semua (disimpen dulu buat tulisan selanjutnya, hehe).


Aaaah, anak-anak…, kalian telah mengubahku dengan cara yang tak kalian sadari.

Jadi teringat di salah satu latihan kita sempat membicarakan tentang buku the Little Prince lalu ditonton sedikit film-nya, terus sekarang bukunya lagi aku baca ulang (saat tulisan ini dibuat, pas banget lagi mendengarkan lagu ‘Pangeran Kecil’-nya Banda Neira, kalo ga salah baca di tumblr mereka, buku ini juga favorit mereka), dan salah satu favorit quote-ku adalah:

“The most beautiful things in the world cannot be seen or touched, they are felt with the heart.”
― Antoine de Saint-Exupéry, The Little Prince

Seolah-olah anak-anak ingin memberikan pengalaman kepadaku tentang memaknai quote ini.
Aaaah, anak-anak…, karena berinteraksi dengan kalian quote ini jadi menari-nari lagi dalam pikiran dan hatiku.
Seolah-olah kalian ingin berkata: bukan juara (piala dan hadiah) yang kami inginkan Bu, tapi bermain, belajar, dan bersenang-senang bersama…

*Pantesan mereka ga terlihat gimana-mana (baca: tertekan) saat H-2 Spaghetti Bridge-nya belum berhasil, yang stress-nya mah aku aja -____-‘

Walau akhirnya kalian mendapatkan itu semua, belajar, bermain, bersenang-senang, dan tentu saja menjadi JUARA!!! Alhamdulillaah…


Cerita tentang Spaghetti Bridge ditutup dengan evaluasi bersama di pertemuan COSMIC selanjutnya pada hari Rabu, 28 Februari 2018.
Pak Agung mengingatkan anak-anak bahwa kemenangan ini bukan semata-mata usaha anak-anak. Karena siapa? Seorang anak menjawab: “Karena seizin Allah…” Iya benar :). Selain itu siapa yang paling berhak atas uang hadiah kalian? “Orangtua”. Iya kalian harus bersyukur memiliki orangtua yang mendukung kalian, selalu ada untuk kalian, yang kemaren mengantarkan kalian lomba, yang menyekolahkan kalian di sini. Terus ada anak yang nyeletuk “Uang aku udah dipake buat nraktir ayah aku” 😇. Selain itu ada hak orang lain juga ya, Nak, di uang ini. Setelah berdiskusi, anak-anak tim kelas 4 memutuskan untuk menyumbangkan ¼ hadiah uang mereka ke komunitas Sungai Cikapundung *aaah terharuuu, semoga hati kalian selalu ‘kaya’ ya, Nak… Barakallah 💗💖💕

Ohiya seperti yang telah aku tulis di awal, tim COSMIC mengikuti 2 lomba. Selain mengikuti Spaghetti Bridge, kami juga mengikuti STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) RACE.

Kalo mendengar cerita anak-anak tentang lomba ini, kayaknya seru banget. Jadi mereka harus memecahkan masalah (berhubungan dengan STEM) di 5 pos. Lokasi pos harus mereka cari sendiri dari clue yang sudah diberikan oleh panitia, tersebar di ruangan yang ada di Tarbak *sekalian jalan-jalan*.

🌸Alhamdulillaah yang STEM RACE berhasil menjadi JUARA 1.🌸

Ini terharunya lebiiiih lebiiiih lagi karena yang ikut adalah anak-anak kelas 6 yang insya Allah sudah mau lulus. 2 anak yang ikut STEM RACE adalah anggota COSMIC yang sudah dari level 4, tapi mereka belum pernah menang di salah satu perlombaan yang kami ikuti. Walaupun menang bukanlah segala-galanya, tapi karena sudah sering ikut perlombaan dan belum pernah menang, koq rasanya greget yaaa pengen menang 😅

Akhirnya setelah penantian panjang, ikhtiar, dan do’a, Ahamdulillaah hari itu (Sabtu, 24 Februari 2018), Allah mengizinkan mereka menjadi juara, juara yang pertama pula.

Teringat saat menghampiri mereka ke lantai 5, langsung pada berlarian ke arahku dan berteriak: “BU MIRANTIIII, KITA JUARA PERTAMA, BU…” Terus ‘drama’ berpelukan dan berkaca-kaca 😭😍😭😍. Aaaah terharuuu… Barakallah yaaa Khansa, Kishan, dan Kia *eh baru sadar huruf awal nama kalian semua sama-sama “K”.



Bandung, Februari 2018
Miranti Banyuning Bumi


Tags: Teacher Journal

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Kalau gak baca judulnya aku kira sumpit mbak 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhaha mirip yaaa mbak, bedanya kalo spaghetti mah lebih langsing, hhihi

      Hapus
  2. Keren banget mbak miraaa �� perpaduan antara sains, art dan ilmu teknik sipil ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa mbak Emiria, keren yaaaa, sekarang perpaduan ilmu gini sudah semakin akrab dan dikenalkan sejak dini, jadi mereka insya Allah sudah lebih siap nanti ke depannya, zaman yang akan penuh dengan kolaborasi :)

      Hapus
  3. Keren,,

    Ini namanya art of sains,hehe

    BalasHapus

Langsung ke konten utama