Ust. Felix Siauw
Masjid Asy Syifa Wal Hidayah
Selasa, 13 Maret 2018
Alhamdulillaah…
Salah satu nikmat yang harus kita syukuri
adalah nikmat keimanan.
Mengapa?
Karena itulah
yang membedakan kita dengan mayit.
Bedanya lagi
adalah mayit tak berdosa, kita?😭
Malaikat belum akan membukakan pintu surga
sebelum diketuk oleh Rasulullah.
Rasulullah
sengaja menunggu umatnya… Rasulullah belum mau masuk duluan…
Semoga kita akan
masuk surga bersama Rasulullah, bisa bersama-sama melihat wajah Allah…😍
Hadits dicabutnya ilmu dari ulama.
Ilmu tidak sekali
waktu dicabut, tapi dengan wafatnya para ulama.
Maka jika itu
terjadi, merajalelalah kebodohan dimana-mana, pemimpin jahil diangkat,
fatwa-fatwa sesat dikeluarkan.😭😭😭
Ulama wafat
>> ilmu tercabut.
Sesungguhnya ilmu
yang bermanfaat adalah ilmu yang membuat kita takut pada Allah SWT. Ulama
berbanding lurus dengan ilmu.
1. Kesalahan pendidikan di negeri ini:
ilmu adalah segala-galanya.
Dalam Islam,
bukan transfer of knowledge, tapi transfer of character.
Kalo transfer of knowledge, non-muslim dan
google juga bisa.
Transfer of character >> melalui al-Qur’an, kisah Islami,
dan para ulama.
Kisah Majelis Imam Ahmad
Majelisnya selalu
ramai, hingga puluhan ribu!
Tapi ternyata
yang membawa catatan mungkin hanya sekitar 100-200 orang.
Lalu apa yang
dilakukan oleh sisanya? Mereka ingin melihat karakter Imam Ahmad.
Bagaimana Imam
Ahmad berbicara dan bersikap ketika di dalam majelis.
Kisah Pendidikan Muhammad Al-Fatih
Umur 8 tahun ia
sudah menghapal al-Qur’an.
Ia bercerita
bahwa karena pukulan dari gurunyalah (Syeikh Ahmad bin Ismail Al Qurani) dia bisa
menaklukkan Konstantinopel, pukulan itu merupakan titik balik dari si anak
bandel menjadi murid yang patuh dan taat pada guru.
Sultan Murad II
(ayah Muhammad Al-Fatih) ketika bertemu dengan Syeikh Ahmad bin Ismail Al
Qurani menitip pesan agar mendidik anaknya dengan baik dan sekaligus memberikan
kewenangan penuh untuk memukulnya jika si anak tak patuh. Hal tersebut
disampaikan di depan si anak sambil Sang Khalifah menyerahkan sebuah cemeti
kepada sang guru. Tentu saja, amanah orangtua yang sepenuh hati, tak
tanggung-tanggung kepada sang guru merupakan modal penting bagi guru manapun
untuk mendidik muridnya. Apalagi sang guru tahu dan mengerti cara mendidik yang
baik, menegur hingga memukul murid yang bersalah dengan pukulan yang sesuai
aturan dan terukur.
2. Kesalahan pendidikan di negeri ini:
adab tidak didahulukan daripada ilmu.
Jadi apabila kita
amati, pendidikan zaman now lebih
mementingkan pengembangan kurikulum, program sekolah, fasilitas, dan bangunan
dibandingkan pengembangan gurunya.
Sesungguhnya yang
mengajarkan adab siapa? Guru! Transfer of
character!
3. Kesalahan pendidikan di negeri ini:
ditanamkan kisah-kisah yang salah.
Jadi jangan kaget
kalo anak-anak lebih mengidolakan tokoh-tokoh fiksi di buku cerita yang mereka
baca/film yang mereka tonton daripada mengidolakan manusia yang paling mulia di
muka bumi ini. Maka tanamkanlah kisah-kisah Rasulullah dan para sahabatnya.
Berikanlah waktumu untuk mendampingi anak dengan kisah yang sesungguhnya.
Contoh kisah yang populer di negeri ini: kancil mencuri mentimun disebut cerdik,
seorang pemuda mencuri selendang bidadari lalu menikahi bidadari. Apa efeknya?
Secara tidak langsung memberikan penanaman nilai pada anak yang membaca cerita bahwa
mencuri itu ‘keren’.
Contoh kisah yang
sebaiknya diceritakan pada anak sejak kecil yaitu kisah Muhammad Al-Fatih yang menaklukan Konstantinopel.
Jika seorang anak
terbiasa menerima kisah yang benar dan nyata >> akan tertanam di
kepalanya menjadi sebuah referensi >> jadi sumber gerakan dan ucapan
(akan keluar di saat terdesak). Sesuatu yang berulang didengar dan dilihat
ketika berada dalam keadaan terdesak >> akan keluar cerminan dari kisah
tersebut.
Penelitian yang dilakukan di Inggris:
Ada dua kelompok
anak TK yang diberikan kisah yang berbeda. Dua kelompok tersebut diceritakan
kisah tentang seorang prajurit yang ingin menyelamatkan putri di menara namun
dihadang oleh naga. Bedanya adalah di kisah untuk kelompok pertama, ketika sang
prajurit melawan naga, hingga pedangnya patah, terjatuh berkali-kali, terkena
api naga, tapi prajurit tersebut terus berusaha, pantang menyerah hingga
akhirnya berhasil menyelamatkan sang putri. Sedangkan kisah untuk kelompok yang
kedua, ketika sang prajurit melawan naga, hingga pedangnya patah, terjatuh
berkali-kali, terkena api naga, akhirnya sang prajurit memutuskan untuk mundur
karena misi ini terlalu sulit dan tidak mungkin diselesaikan. Lalu 20 tahun
kemudian dilakukan survey lagi pada 2 kelompok tersebut, hasilnya adalah
kelompok yang pertama merupakan anak-anak yang yakin dan tough!
Alasan lainnya kenapa kita harus
menceritakan kisah kepada anak-anak kita?
Karena 1/3 al-Qur’an adalah kisah yang
berfungsi untuk menguatkan hati Rasulullah SAW dan umatnya. Maka bacalah Sirah Nabawiyah. Buku Sirah
Nabawiyah yang bisa digunakan sebagai referensi adalah Ibnu Hisyam (2 jilid) dan Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury (lebih
ringkas, hanya 1 jilid).
Dari kisah-kisah tersebut insya Allah anak-anak dan kita sendiri juga akan ikut belajar, mungkin
meskipun pernah dibaca sebelumnya tapi Alhamdulillaah
biasanya ada pemahaman baru lagi.
Semoga
dengan membacakan Sirah Nabawiyah, maka Rasulullah dan para sabahat menjadi
idola anak-anak kita, role model/panutan/teladan.
Baca Lalu Ceritakan Kisah-kisah Islami
Ingat kisah itu
bukan hanya tersimpan rapi, tapi juga untuk diceritakan >> menjadi
teladan.
“Apa yang masuk ke dalam diri, itulah yang
akan kita keluarkan dari diri kita.”
Seperti kisah tentang Al-Hasan bin Ali bin
Abu Thalib, cucu Rasulullah saw, yang sedang berjalan bersama anaknya, Muhammad, menuju pasar. Maka datanglah seseorang
yang tak dikenal oleh beliau, lalu mencaci maki beliau, panjang serta banyak
caciannya, lagi menyakitkan bagi yang mendengarnya.
Al-Hasan bin Ali
hanya diam saja, sementara Muhammad hanya mendengar tanpa komentar. Hingga
selesailah semua cacian itu setelah lamanya. Bertanya sang anak pada ayahnya,
"Duhai ayahku, mengapa engkau tak membalas atau membela diri?",
tanyanya dengan penuh kebingungan, mencari penjelasan.
Jawaban Al-Hasan
sangatlah indah, "Sebab aku tak tahu bagaimana cara membalasnya".
MasyaAllah, keindahan akhlak cucu Nabi. Sebab ia tak temukan kosakata kotor di
dalam dirinya yang bisa digunakannya untuk membalas.
Begitulah
keagungan akhlak yang dibentuk Islam, bila yang memenuhi hati adalah ayat Allah
dan hadits Rasul-Nya, lalu mana lagi tempat untuk kata-kata kotor?
Apa perbedaan ketampanan Nabi Yusuf dengan
Rasulullah?
Ketampanan Nabi
Yusuf membuat orang-orang di sekitar beliau tidak lagi terlihat dan merasa
tampan. Sedangkan ketampanan Rasulullah membuat orang-orang di sekitar beliau
terangkat derajatnya, merasa tampan juga, merasa sangat nyaman, merasa
dihargai, dan merasa dirinya penting bagi Rasulullah… Masya Allah… Betapa Allah jaga fisik dan akhlak Rasulullah SAW.
Kemuliaan Makna Nama dan Nasab Rasulullah
Nama Muhammad/Ahmad memiliki makna: pujian yang tiada henti, puji-pujian
yang paling tinggi, puji-pujian yang paling banyak sampai akhir zaman. Nama ini
adalah pemberian dari kakeknya.
Nasabnya adalah yang terbaik dari yang
terbaik.
Beliau bersabda: “Aku
diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga
sampai pada kurun dimana aku dilahirkan” (HR. Bukhari 3557)
Allah memilih
Bani Ismail >> Allah memilih Bani Kinanah >> Allah memilih Bani Quraisy
>> Allah memilih Bani Hasyim >> Allah memilih Rasulullah, Allah
memuliakan Rasulullah dari jalur nasab.
Kakek Rasulullah
(Abdul Muthalib) adalah seorang penjaga Ka’bah. Abdul Muthalib sangat sayang
dan perhatian pada Rasulullah. Disebutkan bahwa Abdul Muthalib memiliki tempat
duduk khusus yang tidak pernah diduduki oleh orang selain dirinya. Tapi ketika
Rasulullah kecil duduk di sana, Abdul Muthalib membiarkannya seraya berkata
pada anak-anaknya:
"Biarkan anakku (Muhammad) berada di tempat dudukku. Sungguh dia tahu tempat yang pantas untuknya. Demi Allah, dia memiliki sesuatu yang luar biasa!"
Sungguh
Rasulullah tumbuh dengan kemuliaan yang luar biasa, disenangi banyak orang dan
menjadi pemberi solusi berbagai macam masalah, seperti kisah sengketa pemasangan
Hajar Aswad setelah Ka’bah direnovasi akibat banjir, hampir saja terjadi perang
apabila tidak ada saran dari Rasulullah.
Tapi mengapa dengan segala kebaikan pada
diri Rasulullah, kemuliaan nasab beliau, pesona parasnya, keindahan akhlaknya,
lalu mendadak dibenci ketika ia membawa Islam?
Karena kalimat “La Ilaha Illallah.”.
Apa makna dari “La Ilaha Illallah”?
Biasanya arti
yang sering kita dengar atau baca adalah “Tidak ada Tuhan selain Allah”
Itu tidak tepat.
Karena kalo ini artinya maka bagi kaum kafir Quraisy itu tidak menjadi masalah,
mereka setuju dengan itu, mereka sudah mengakui ada Allah.
Lalu apa masalahnya?
Arti yang tepat
adalah tidak ada sesembahan yang benar
dan berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja.
Karena kata-kata
“tidak ada sesembahan” inilah menjadi masalah bagi kaum kafir Quraisy untuk
membenci Rasulullah. Mereka sudah mengakui ada Allah, tapi mereka juga memiliki
sesembahan lainnya (berhala-berhala yang jumlahnya sangat banyak).
Petinggi Arab
takut tidak populer lagi apabila semua orang hanya menyembah Allah saja.
Mereka takut akan
terjadi perubahan besar dalam kehidupan bangsa Arab, seperti: wanita diangkat
derajatnya, budak juga diangkat derajatnya. Orang-orang kafir Quraisy sangat
marah karena budak-budak mereka menjadi berani pada mereka. Intinya ajaran yang
dibawa Rasulullah akan mengubah struktur masyarakat Arab, tidak ada kasta-kasta
lagi, semua sama dihadapan Allah, yang membedakan adalah ketakwaan. Kaum kafir
Quraisy merasa terancam kedudukannya.
Maka apa yang dilakukan oleh kaum kafir
Quraisy?
Para petinggi
rapat lalu memutuskan berbagai cara untuk mencegah ajaran Rasulullah.
Cara-cara orang kafir Quraisy untuk
memadamkan cahaya Islam yang dibawa Rasulullah:
Tahap 1. Memberi sebutan yang buruk
Mereka menyebut Rasulullah: dukun, tukang
sihir, penyair, dan akhirnya orang gila.
Tapi sesungguhnya
mereka sendiri tidak mampu menutupi diri dari kemuliaan Rasulullah, dari
kata-kata salah satu petinggi:
“Demi Allah, dia bukanlah seorang dukun.
Kita tahu apa yang dibaca dan bagaimana kondisi seorang dukun. Namun apa yang
dikatakan Muhammad tidak sama seperti komat-kamit ataupun mantra para dukun.”
“Tidak! Demi Allah! Dia bukan orang gila.
Kita mengetahui apa itu gila dan telah mengenal ciri-cirinya, sedangkan apa
yang dikatakan oleh Muhammad tidak termasuk tanda-tanda gila.”
“Dia bukan seorang penyair. Kita telah
mengenal semua bentuk syair: rajaz, hajaz, qaridh, maqbudh, dan mabsuth,
sedangkan yang dikatakannya bukanlah syair.”
“Dia bukan tukang sihir. Kita telah
melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka, sedangkan yang Muhammad
katakan bukan jenis nafts (embusan) pada ‘uqad (buhul-buhul) tukang sihir.”
“Demi Allah! Ucapan yang Muhammad katakan
itu sangat manis, dan punya daya magis karena indahnya. Akarnya ibarat
tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon rindang. Kalian tidak akan merangkai
sesuatu pun yang mirip dengannya melainkan diketahui celanya. Sesungguhnya,
pendapat yang lebih cocok mengenai Muhammad adalah dengan mengatakan bahwa dia
adalah tukang sihir yang mengatakan mantra yang dapat memisahkan seseorang dari
bapaknya, saudaranya, dan pasangannya,” jawab Walid bin Mughirah (Ibnu Hisyam).
Sumber:
The Great Story of Muhammad SAW oleh Ahmad Hatta, dkk
Tahap 2. Melakukan fitnah dan cercaan
Rasulullah pernah
diuji dengan fitnah perselingkuhan istri beliau, Aisyah RA yang terkenal dengan
kisah Haditsul Ifki.
Di satu sisi Nabi
Muhammad SAW sangat sayang pada Aisyah dan berpikir bahwa tak mungkin Aisyah
melakukan tindakan hina tersebut. Di sisi lain, Nabi sungguh tak berdaya menghadapi
fitnah yang sudah menyebar luas. Begitu pula Aisyah; ia sangat terpukul karena
fitnah tersebut, apalagi kemudian sikap Nabi kepadanya menjadi berubah: tak
seperti biasanya. Hanya sabar dan sabar yang bisa dilakukan oleh Aisyah. Setiap
malam Aisyah menangis merasakan derita akibat fitnah tersebut.
Sebulan lebih
fitnah itu menyebar dan kehidupan rumah tangga Nabi dan Aisyah cukup terganggu.
Sampai akhirnya Allah menyelamatkan Aisyah dari fitnah itu dengan menurunkan
wahyu: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi
kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat
balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil
bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
(QS An-Nur: 11-21)
Baca lebih lanjut
di: http://www.nu.or.id/post/read/74599/haditsul-ifki-hoax-di-masa-rasulullah-saw
Tahap 3. Melakukan deraan/siksa fisik
Salah satu yang merasakan
penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun adalah Bilal.
Orang Quraisy
yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para
algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun
Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada
telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad,
Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap
mengatakan, “Ahad, Ahad….”
Baca lebih lanjut
di: http://kisahmuslim.com/700-kisah-perjuangan-bilal-bin-rabah-radhiallahu-anhu.html
Tahap 4. Mengancam untuk menggoncangkan
keluarga
Ketika
usaha-usaha sebelumnya tidak memberikan hasil yang berarti, kaum kafir Quraisy
mulai menggoncangkan Rasulullah dengan gangguan yang ditujukan pada keluarga
beliau. Karena mereka tahu mungkin gangguan pada diri bisa diabaikan tapi kalo
gangguan pada keluarga akan sulit untuk diabaikan.
Kaum kafir Quraisy
dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk membujuk Rasulullah SAW dengan harta
dengan janji berapapun Nabi meminta maka akan diberikan. Bahkan mereka
membujuknya untuk menjadikan Nabi sebagai raja dan diiming-imingi wanita-wanita
yang tercantik di seluruh Arab asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya
menyebarkan agama Islam. Namun semuanya ditolak oleh Rasulullah.
Kafir Quraisy
menawarkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk saling bertukar sesembahan. Dimana mereka meminta Nabi untuk menyembah
tuhan Latta dan Uzza dalam beberapa hari, untuk kemudian mereka bersedia
menyembah Allah. Namun usaha ini ditolak Nabi melalui firman Allah SWT dalam QS
Al-Kafirun [109]: 1-3
Tindakan langsung terhadap Nabi selalu menghadapi kegagalan,
maka kafir Quraisy mulai beralih untuk mempengaruhi dan membujuk paman Nabi
(Abu Thalib) agar memerintahkan Nabi berhenti berdakwah. Mereka memprovokasi
dengan memberikan ganti Rasulullah dengan seorang pemuda yang gagah dan
ganteng, dengan syarat Abu Thalib tidak menghalangi mereka membunuh Nabi. Namun
usaha mereka ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib. Provokasi lainya adalah
membujuk Abu Thalib dengan pernyataan bahwa Nabi telah membawa ajaran yang
bertentangan dengan ajaran para pendahulu dan nenek moyang bangsa Arab. Taktik
ini juga gagal. Bahkan Nabi mengatakan: “Senadainya matahari di letakkan di
tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti
menyampaikan dakwah sehingga berhasil atau aku mati karenanya”.
Para kaum
musyrikin pernah berembuk dalam sebuah tempat pertemuan tentang rencana
menghabisi nyawa Nabi Muhammad. Mereka mengumumkan hadiah mewah bagi siapapun yang
berhasil menggorok leher Nabi. Kelompok ini menjanjikan seratus unta merah
berbiji mata hitam (terbaik dan termahal) untuk orang yang sanggup menyerahkan
tubuh atau kepala Nabi. Suraqah ibn Malik. Dialah orang pertama kali berdiri
dan menyanggupi sayembara jahat tersebut. Namun usahanya selalu gagal, setiap
ia sudah dekat dengan Rasulullah setiap itu pula kudanya amblas masuk ke tanah.
Kemudia ia bertanya kepada Rasulullah tentang Tuhan dan Islam. Hingga akhirnya
ia masuk Islam.
Baca lebih lanjut
di: http://www.nu.or.id/post/read/52091/kisah-percobaan-pembunuhan-terhadap-rasulullah
Tahap 5. Melakukan pemboikotan
Ini merupakan
goncangan yang sangat dahsyat, yang tidak hanya dialami oleh kaum Muslim tapi
juga kaum yang toleransi terhadap ajaran agama Islam.
Apa yang terjadi
di kala itu?
Selama 3 tahun
susahnya luar biasa, tidak ada makanan (akhirnya mereka hanya bisa makan
dedaunan dan kulit binatang), tidak ada pakaian yang layak.
Ini merupakan
tahun-tahun kesedihan, disusul oleh meninggalnya Khadijah dan Abu Thalib.
Baca lebih lanjut
di: https://almanhaj.or.id/1942-kaum-musyrikin-quraisy-melancarkan-pemboikotan.html
Lalu setelah peristiwa pemboikotan itu, Allah
muliakan Rasulullah dengan peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dari peristiwa ini, Rasulullah mendapat
perintah untuh shalat 5 waktu.
Coba kita
bayangkan di saat terjadi kesusahan yang amat sangat kemudian turunlah perintah
shalat.
Seandainya kita
berada di posisi itu, apa yang kita rasakan?
Senang kah? Atau
malah mengeluh karena lagi susah koq malah disuruh sholat….
Sesungguhnya umat Muslim di kala itu
merasa senang luar biasa atas perintah shalat.
Mengapa?
Karena itu
seperti by pass, kita bisa minta
tolong langsung ke Allah, biasanya kan lewat Rasulullah, nah ini bisa langsung
loh! Masya Allah! “Ilmu itu mengubah
prilaku.”
Samakah perasaan
umat Muslim saat itu dengan perasaan kita sekarang ketika diingatkan untuk
shalat?
Padahal sholat
itu ibadah yang sangat susah, kecuali bagi yang khusyuk.
Ya Allah… Ya
Rahman… Ya Rahim…
Bantulah kami menata hati kami untuk lebih khusyuk dan merasa
bahagia ketika memenuhi panggilan-Mu…
Sesungguhnya Isra’ Mi'raj merupakan tanda
kemenangan bagi umat Islam saat itu.
Jika ada pertanyaan: “Mau
dilarang/diizinkan/diperintah sama Allah?”
Maka sebagian
besar menjawab: “Mau diizinkan.”
Benarkan itu jawaban yang tepat?
Coba kita cek dulu:
Diizinkan >> semua manusia diizinkan hidup oleh Allah,
tapi tidak semua manusia diberikan hidayah-Nya, jadi ada manusia yang hanya
diizinkan untuk hidup dan beraktivitas, tapi tidak mendapat cahaya-Nya.
Dilarang >> Allah melarang kita untuk melakukan
perbuatan yang tidak Ia sukai, itu artinya Allah sayang sama kita.
Diperintah >> Allah memerintahkan kita untuh beribadah
pada-Nya, untuk hidup sesuai dengan apa yang telah Ia perintahkan, karena sudah
diperintah maka insya Allah hidup
kita telah dijamin sama Allah. Masya
Allah.
Jadi coba
kembalikan lagi ke pertanyaan yang tadi: “Mau dilarang/diizinkan/diperintah
sama Allah?”
Maka jawaban yang keluar sekarang pasti:
“Mau diperintah.”
Kita coba sama-sama bercermin pada sejarah,
yuk!
Sejarah itu pasti berulang, Allah ingin
kita belajar dari sejarah umat-umat yang terdahulu.
Sekarang kita
sudah mau memasuki partai final, yaitu akhir tahap ke-4 menuju tahap ke-5.
Di tahap ini
tidak ada yang abu-abu, semuanya semakin tampak jelas!
Maka perbanyaklah
shalat, minta tolong sama Allah, bersabarlah…
Dakwah terus
berjalan dengan apapun yang kamu bisa, lisan atau tulisan, teruslah jaga
ukhuwah, kuatkan dirimu dalam menghadapi ujian ukhuwah…
Mungkin bersama
dengan orang mukmin kadang ada aja yang sifatnya ‘nyebelin’. Tapi janganlah
mudah terprovokasi, mereka tetap saudara kita. Harus sabar…
Jika kamu sedang
sedih, futur, bacalah sirah Nabawiyah, insya
Allah ada hidayah dibalik setiap kisah…
Mengadulah hanya
pada Allah.
Jalan dakwah adalah jalan yang mulia.
Bahkan seekor
anjing Ashabul Kahfi dapat diabadikan di al-Qur’an hanya karena nongkrong di
gua. (Kisah Ashabul Kahfi dan anjing dalam Al-Quran terdapat pada surat
Al-Kahfi ayat 10-26.)
Jadi kalo kamu
merasa belum melakukan apa-apa, yakinlah Allah melihat setiap tindakan terkecil
kamu untuk berdakwah. Yakinlah Allah selalu melihatmu.
Jalan dakwah itu tidak selalu seperti yang
kita inginkan. Seperti kisah Rasulullah ingin berdakwah di Tha’if. Yakinlah
Allah akan menghibur kita di saat jalan yang kita pilih terasa berat dan sukar.
Bukankah kita selalu memohon jalan yang
lurus?
Setidaknya 17x
dalam sehari kita memohon: “Ihdinash
shirathal mustaqim.”
Apakah kita
membayangkan jalan yang lurus itu jalan yang bagus, halus, dan mulus?
Apakah kita
membayangkan jalan yang lurus itu jalan yang bebeas hambatan, tiada sesak, dan
tanpa rintangan?
Sesungguhnya
jalan yang lurus itu “Jalan orang-orang yang telah Kau beri nikmat. Bukan jalan
orang-orang yang Kau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
Jalan itu adalah
jalan dakwah.
Jalan itu ada di
atas ilmu dan hujjah.
Jalan itu adalah
perjuangan dalam ukhuwah dan jamaah.
Jalan itu penuh
perencanaan dan kehati-hatian untuk menjaga kemuliaan tauhid dan sunnah.
Seperti kisah Nabi
Yusuf, inilah jalan lurus itu; meski berkelok dan menikung, menanjak dan
melongsor, membentang dan menghimpit.
Seperti kisah Nabi
Yusuf, inilah jalan lurus itu; meski curam dan terjal, seras dan gumuruh, keras
dan runcing.
Sebab pangkal
kelurusan itu ada di dalam keyakinan.
Sebab hanya pada Allah tunduknya, taatnya,
dan tentramnya.
-Kutipan [Buku]
Salim A. Fillah & Felix Siauw: Bersamamu, di Jalan Dakwah Berliku-
Jalan dakwah ini adalah jalan yang
panjang…
Bersiteguhlah dan matilah di jalan dakwah
Istiqamah
di jalan dakwah, tenang saja karena kita tidak harus sampai pada ujungnya…
“Duhai pemilik hati, wahai pembolak balik
jiwa, teguhkanlah hati dan jiwa kami untuk senantiasa berpegang teguh pada
agama-Mu dan ketaatan di jalan-Mu”.
Wallahu
a'lam Bishawab
0 Komentar