Dalam Dekapan Ukhuwah
Ust. Felix Siauw
Masjid Agung Trans Studio Bandung
Sabtu, 10 Maret 2018


Bagaimana cara mendapatkan ilmu?
Ilmu datangnya bukan dari manusia, tapi dari Allah.
Ilmu adalah hidayah. Sesungguhnya Allah memberi hidayah pada yang Ia sukai.
Coba tanyakan pada diri sendiri, datang ke kajian ini karena siapa? 
Karena ustadznya atau karena Allah? *jlebbb
Perbaiki niatmu (sambil nunjuk diri sendiri)…
“Innamal A’malu Binniyat” 
Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. 
Kutipan hadits: HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits.
Kalo datang ke sini niatnya tidak benar, maka itu yang ia dapatkan. Begitupun sebaliknya.
Mari luruskan niat…

“Yang datang belum tentu lebih baik daripada yang tidak datang.”
Misalnya kejadian 212 dan 411. Meskipun disebut-sebut banyak yang datang, tapi tetap saja muslim yang tidak datang lebih banyak dibanding yang datang, karena banyak hal, kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan, masalah jarak, dll. Tapi bukan berarti hidayah hanya Allah berikan pada yang datang saja.
Buktinya?
Setelah kejadian itu, banyak yang dapat hidayah, dilihat dari semakin ramainya majelis ilmu dan kajian-kajian seperti ini. Masjid-masjid makin ramai. Semakin banyak orang yang ingin lebih dalam mempelajari Islam, lebih dekat pada-Nya. Masya Allah…
Hal itu menunjukkan kekuasaan Allah.
Bahkan ada juga loh, ada orang yang belum ketemu ustadz, baru datang ke kajian terus tiba-tiba harus langsung pulang tapi sudah mendapatkan hidayah (ilmu). Masya Allah… Jadi sekali lagi, ilmu itu datang bukan karena ustadznya. Kalo niatnya sudah betul, insya Allah bisa sebelum, saat, atau setelah kajian mendapatkan hidayah (ilmu). Ingat! Tipsnya (hanya) jaga niat!

UKHUWAH
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali-Imran: 102)
Yang perlu digarisbawahi dari ayat tersebut adalah:
Jangan mati kecuali beragama Islam. Tidak masalah miskin/kaya. Tidak masalah S1/S2/S3.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imran: 103)
Yang perlu digarisbawahi dari ayat tersebut adalah:
Tali agama Allah >> al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dulu kita bermusuhan >> Allah satukan hati kita >> Allah lembutkan hati kita >> kita menjadi bersaudara.
Sesungguhnya nikmat persaudaraan di antara kita tidak bisa dibeli dengan uang sebumi!

Jika keluarga tidak dalam satu akidah maka di akhirat akan saling menuntut, misalnya: “Dulu saya tidak diajarkan sholat dan puasa oleh orangtua saya.” Astaghfirullaah…

Hubungan muslim yang satu dengan muslim lainnya: nikmat saling berkasih di dunia & saling membela di akhirat. Cari aku di surga yaaa.😭😭😭

Hasan Al- Bashri berkata,
استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة
”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.” (Ma’alimut Tanzil 4/268)

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabatnya,
إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا: يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك
”Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”

Bagaimana cara mencapai surga?
Ada banyak caranya, bisa melalui jihad, puasa, dll.
Ada cara yang mudah loh, mau tahu?
Caranya adalah mencintai saudaramu karena Allah.
Siapa yang lebih mencintai maka posisinya akan lebih di atas.
“Ana uhibbukum fillah.”
Bersaudara itu maksudnya bersaudara tanpa memandang apapun (urusan bisnis, fisik, etnis, negara, atau anggota masjid).
Muslim, syahadatnya sama = persaudaraan Islam.

Maka, apakah kamu sudah merasa bersaudara dengan orang-orang di Syam?
Akhlak terbaik adalah di SYAM.
“Jagalah Syam! Sesungguhnya ia salah satu negeri pilihan Allah. Dia memilih Syam karena banyak [di negeri tersebut] hamba-hamba pilihan-Nya.” -HR. Abu Daud-
Mereka sangat yakin dengan keimanan dan ke-Islam-annya.
Masing-masing kita diuji dengan hal yang berbeda, misalnya: Syam dengan berjihad, Indonesia dengan ukhuwah, dan Arab dengan harta yang melimpah.

Jadi…
Jangan sombong dengan kedamaian yang kita rasakan di sini (Indonesia).
Belum tentu keadaan kita lebih baik daripada saudara-saudara kita yang sedang bergejolak di Syam & Palestina.
Bisa jadi itu cara Allah untuk memberikan mereka surga.
Sedangkan kita apa yang sudah kita lakukan untuk mendapatkan tiket ke surga?

Dari Abu Darda radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya tempat berlindung kaum Muslimin pada hari huru hara adalah di Ghouta, sebelah kota yang disebut sebagai Damaskus. Tempat itu adalah salah satu tempat terbaik wilayah Syam.” (HR. Ahmad No. 21725, Abu Dawud No. 4298)
Jika di akhirat nanti mereka ditanya: “Apa usahamu untuk mencapai surga tertinggi?”
Mereka dapat dengan yakin menjawab: “Ya Allah saksikanlah darah kami membasahi bumi Syam. Ya Allah saksikanlah dengan jiwa dan tubuh ini kami bela Islam.” Masya Allah…

Lalu kita, apakah pengorbanan kita sudah seperti orang-orang Syam?
Jika kita ingin ‘membeli’ surga Allah, maka harus disiapkan dari sekarang.
Maka sesungguhnya urusan mereka juga merupakan urusan kita!
Tugas kita adalah memperhatikan mereka, dengan do’a dan infaq terbaik.
"Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR Abu Ya'la)

Kita 1 umat, 1 tubuh, insya Allah 1 surga.

Kunci UKHUWAH ke-1. Keimanan
Kalo keimanan beres, insya Allah semua beres.
Maka bereskan aqidah Islam >> sumber segala-galanya.
Ikatan antarmanusia ada beberapa macam. 
Apa saja?
🌱Ikatan atas dasar Kesamaan
>> fisik, etnis (Jawa, Cina, Ambon) >> bikin masalah.
🌱Ikatan atas dasar Kebangsaan
>> juga bikin masalah baru, sesungguhnya ini malah memecah belah.
🌱Ikatan atas dasar Kekeluargaan
>> sama ini juga menyebabkan suatu keluarga merasa lebih tinggi daripada keluarga lainnya.
🌱Ikatan atas dasar Ukhuwah Islamiyyah
>> mengikat satu sama lain dan mengikat dengan Dzat yang satu. Menyatukan segala-galanya, tidak harus Arab, pake gamis/sorban, intinya kita diciptakan oleh Allah dan akan dikembalikan pada Allah.

Dunia boleh berputar di sekeliling Anda, dunia boleh berubah!
Apapun boleh diambil dari Anda, tapi ingat!
Islam tidak! Islam harus selalu Anda pegang teguh!
Maka belalah saudara muslim-mu!

Kunci UKHUWAH ke-2. Muhabbah
Kasih sayang/cinta tanpa mengharapkan balasan disebut rahmah.
Dakwah itu Cinta.
Karena ketika berdakwah artinya seseorang itu ingin berbagi sesuatu seperti yang ia dapatkan untuk dirinya sendiri. Itu namanya cinta. Dakwah artinya mencintai orang-orang di sekelilingnya. Kita ingin orang juga baik, mendapatkan apa yang kita dapatkan. Itu namanya rahmah. Dakwah intinya rahmah.
Dakwah itu mengingatkan kita tentang tujuan hidup.
Islam memberikan tujuan hidup. Jangan sampai berhasil dalam kehidupan, tapi tidak berhasil memaknai kehidupan.
Muhabbah artinya saling.
Ada resiprokal. Jadi ukhuwah memiliki makna saling memahami, saling mengerti, bisa juga dengan saling memberi hadiah.
Kalo tidak ada mahabbah, setan bisa masuk melalui perbedaan yang tidak saling dipahami.

Contoh kisah di zaman Rasulullah juga terjadi perbedaan. Bagaimana Rasulullah menanggapinya?

Kisah perbedaan waktu shalat Ashar saat pasukan muslim sedang menuju pemukiman Bani Quraizhah (lanjutan perang Khandaq). Sebelum berangkat Rasulullah memberi komando: “Barangsiapa mendengar dan taat, jangan sekali-kali mengerjakan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah,” Kelompok yang satu kekeuh belum mau shalat Ashar sebelum sampai, kelompok yang lain kekeuh pula mau sholat Ashar sekarang juga saat belum sampai tujuan karena sudah waktunya shalat. Lalu ketika mereka adukan ini kepada Rasulullah, apa yang beliau katakan? Jawabannya adalah: “La haroj.” (Tidak ada masalah). Masing-masing memiliki dalil yang benar. Jadi Rasulullah tidak ‘mengambil pusing’ masalah tersebut.

Kisah Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu yang selalu mengikuti shalat Isya dua kali, yaitu menjadi makmum Rasulullah lalu kemudian menjadi Imam di masjid desanya. Beliau meniru semua yang dibacakan Rasulullah saat shalat. Hingga suatu waktu ada jama’ah yang memisahkan diri dan shalat sendirian. Mu’adz menyebutnya munafik. Lalu orang yang disebut munafik tersebut mengadu kepada Rasulullah. Ia menjelaskan bahwa ia adalah petani, yang dari pagi sudah bekerja keras membanting tulang sehingga malam harinya ia sangat lelah, apalagi jika harus shalat Isya dengan bacaan yang panjang-panjang. Mendengar hal ini, Rasulullah segera memanggil Mu’adz dan menyampaikan apa yang dijelaskan orang tersebut. Rasulullah mengatakan ringankanlah bacaanmu, bacalah surat-surat pendek saja, karena makmum-ku adalah orang-orang seperti dirimu, sedangkan makmum-mu orang-orang seperti mereka.

Jadi pelajaran dari kisah tersebut >> sunnah zaman Rasulullah belum tentu bisa dipraktikkan di zaman kita >> kunci menghadapi perbedaan tersebut adalah saling memahami dan saling pengertian.
“Gak akan bisa kita semua sama, tapi kita bisa sama-sama pengertian.”

Kisah: Abdurrahman bin Auf yang meyerahkan segala harta bendanya ketika diancam karena ke-Islam-annya. Kemudian Sa’ad menawarinya bantuan harta. Namun Abdurrahman bin Auf menolak bantuan Sa’ad.
Pelajaran dari kisah tersebut: Ukhuwah itu tidak saling menyulitkan. Bersaudara maknanya tidak mau meminta, saling memberi, mengutamakan saudara di atas kepentingan sendiri.

Gunakanlah dalil yang tepat >> jangan kebalik dalilnya.
Misalnya:
Adab bagi tamu: Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka, hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam QS. Al Azab: 53.
Adab bagi penerima tamu: Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya: QS. Adz-Dzariyat: 26-27.
Jadi ketika menjadi tamu bukan menggunakan dalil sebagai penerima tamu, meminta makanan yang terbaik. Itu tugasnya penerima tamu, sebagai tamu silahkan menerima apapun yang dihidangkan.
Maka jangan gunakan dalil untuk orang lain menjadi dalilmu >> perbaiki lisanmu.

KESIMPULAN –UKHUWAH-
🌸Kuatkan iman kita.
🌸Tingkatkan muhabbah >> saling berbagi >> insya Allah barakah dari Allah.
Semoga Allah kuatkan ukhuwah kita.

PENUTUP
Seperti yang dijelaskan di awal tadi: 
Ilmu datangnya bukan dari manusia, tapi dari Allah.
Tapi bukan berarti kita ga perlu datang ke kajian.
Ilmu merupakan rezeqi.
Rezeqi akan Allah berikan sesuai kepantasan diri kita.
Kepantasan didapatkan dari usaha.
Apa usaha kita untuk mendapatkan ilmu?
Salah satunya dengan datang ke kajian.

Contoh usaha: kisah cicak.
Cicak selalu merayap di dinding, di plafon, bahkan kadang-kadang di lantai rumah. Cicak patuh sama Allah. Allah memerintahkan cicak untuk merayap (bukan terbang!). Bukan cicak yang mengejar nyamuk, nyamuk itu datang karena seizin Allah
*Jadi teringat tulisannya ust. Salim A. Fillah di buku Lapis-Lapis Keberkahan, bisa dibaca di link: https://salimafillah.com/cicak-di-dinding-dan-keyakinan-utuh/
Pelajaran dari kisah tersebut: Yakinlah rezeqi akan datang padamu di saat yang terbagus dan terindah. *termasuk jodoh…eeeh* Maka persiapkan dirimu, pantaskan dirimu.

“Pahala ada pada belajar, bukan pada ilmunya.”
Karena akan tidak adil kalo pahala ada pada ilmunya, nanti orang-orang Arab yang daya ingatnya super luar biasa kuat lebih banyak donk pahalanya karena kemudahan menghapal al-Qur’an, selain itu bahasa Arab adalah bahasa ibu mereka.
Jadi tenang saja… Allah Maha Adil. “Pahala ada pada belajar, bukan pada ilmunya.” Teruslah berusaha belajar al-Qur’an, berusaha menghapal al-Qur’an, berusaha memahami al-Qur’an. Pelajari juga bahasa Arab, karena itu akan memudahkan kita memahami al-Qur’an. Sesungguhnya bagi orang Indonesia insya Allah akan lebih mudah karena banyak kosa kata kita diserap dari bahasa Arab. Ingat! Allah menilai prosesnya. Jadi kalo kita merasa kesulitan saat mempelajari al-Qur’an dan bahasa Arab, insya Allah ada dua pahala di dalamnya.

Makin sulit dalam belajar agama, makin besar pahala. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
🌱Pesan tambahan tentang UKHUWAH:
Ketika kita BENAR dan saudara kita SALAH, inginnya bilang "Tuuuh kan kataku juga apa!"
Ups tahan dulu, ingat tujuan kita:
“Yang kita inginkan mereka berubah, bukan membuktikan bahwa mereka salah.”
SABAR >> ketika kita benar tapi kita tidak membuktikan orang lain salah atas kebenaran kita >> ujian UKHUWAH.


#DalamDekapanUkhuwah
#UstFelixSiauw

Wallahu a'lam Bishawab 

Tags: Palestina

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama