Jatuh Hati pada Heidi ‘Little Girl with Big Heart’ dan Pegunungan Alpen!


Aku selalu menikmati saat-saat berinteraksi dengan alam, terutama gunung! 🌲🌷🌳🌻🍄🍀 Saat-saat ketika menghirup udara yang segar perlahan memasuki paru-paru, merasakan aliran air pegunungan yang jernih di sela jemari, atau sensasi memeluk pohon di hutan tuh rasanya tak tergantikan! Alhamdulillah selalu sukses mengisi energiku kembali. Beneran loh, memeluk pohon sambil menempelkan pipi ke kulit batangnya yang lembab dan sekaligus langsung menghirup oksigen yang fresh from the oven, rasanya susah untuk dilukiskan! Bagi yang sedang hiking maka seketika rasa capek bakal hilang, ini ajaran salah satu sahabatku, hehe. Resep yang manjur kalau misalnya pas hiking terus sempet kepikiran ‘mau nyerah ajah’, cepet-cepet deh cari pohon buat recharge diri. Mau coba?

Nah, buku Heidi ini berhasil banget membuatku membayangkan sedang berinteraksi langsung dengan alam, di Pegunungan Alpen! Pemandangan yang dideskripsikan penulisnya bikin kabita berattt. #kesel 😅

Iya nih, lagi-lagi aku jatuh hati pada buku klasik anak-anak😍
Buku ini ditulis pada tahun 1880 (Masya Allah, udah 100 tahun lebih donk ya), bahkan hingga kini masih diterbitkan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa!
Buku yang tidak hanya menginspirasi tapi juga menghangatkan hati anak-anak dan orangtua.

Sekilas cerita dari buku berjudul HEIDI
Tentang seorang anak yatim piatu bernama Heidi, yang tinggal bersama kakeknya di Pegunungan Alpen, Swiss!
Awalnya Heidi hidup bersama bibinya, Dete, tapi karena bibinya mendapat pekerjaan di Frankfurt, Jerman, maka ia harus dititipkan ke sang kakek―yang terakhir menemuinya ketika Heidi masih bayi.

Sang kakek dikenal tidak ramah dan memiliki masa lalu yang kelam oleh penduduk desa Dorfli (desa di kaki gunung Alpen). Tetapi melalui sikap Heidi yang periang, mandiri, dan cerdas, akhirnya dapat meluluhkan hati sang kakek.
((Ada beberapa sweet moments antara Heidi dan kakek yang sukses bikin terharu, suatu bukti bahwa kekerasan hati bisa diluluhkan oleh kelembutan))

Di tengah hubungan Heidi dan kakek yang semakin harmonis, serta Heidi yang semakin betah berpetualang bersama Peter dan kambing-kambingnya di alam liar Pegunungan Alpen, tiba-tiba bibinya datang kembali untuk membawa Heidi. Bibinya ingin Heidi 'bekerja' menemani seorang gadis kaya yang lumpuh bernama Klara di Frankfurt.

Awalnya Heidi tampak bahagia bisa menemani Klara belajar, bermain, dan berpetualang! Ia juga berteman baik dengan Omanya Klara dan salah satu pelayan di sana, Sebastian. Tetapi lama-kelamaan rasa kangennya pada Pegunungan Alpen dan orang-orang yang ia sayangi di sana semakin besar hingga membuatnya sakit.

Lalu, apakah Heidi akan kembali bersama kakeknya?
Bagaimana persahabatannya dengan Clara?
((Harus baca sendiri bukunya yaaa, hehe, atau nonton filmya! Film keluarga yang recommended banget))

Bagian paling menarik dari buku ini adalah bagaimana penulis mendeskripsikan pemandangan di Pegunungan Alpen dengan begitu nyata sehingga membuat siapa pun yang membaca pasti terpikat dengan suasana khas pegunungan dan ingin berkunjung langsung ke sana! 

Indahnya lembah dan puncak Pegunungan Alpen ditambah wanginya bunga-bunga liar yang berwarna-warni. Matahari bersinar cermerlang di atas padang rumput hijau. Bunga-bunga mekar dimana-mana! Bagaikan permadani bunga! 
Bunga primrose, gentian biru, rock-rose kuning yang mungil, bunga centaury, bunga lonceng, bunga coklat kecil dengan kepala bundar yang baunya harum, bunga primula. Dan semakin lengkap dengan hembusan udara yang jernih dan sejuk. 
Aaah, jadi kangen mendaki gunung deh!



Kenapa ini buku yang bagus buat anak-anak?
Karena ada banyak sikap yang bisa dicontoh dari si kecil Heidi.

🌺Kemandirian
[Bayangkan] Heidi ditinggal kedua orangtuanya sejak umur 1 tahun, lalu tinggal bersama bibinya hingga umur 5 tahun, kemudian dititipkan begitu saja pada kakek yang baru dilihatnya lagi. Tetapi Heidi tetep happy-happy aja tuh, bahkan seneng banget mengeksplor lingkungan barunya, seolah-olah ia memang dilahirkan di sana. Ia tahu apa yang benar-benar dibutuhkannya dan apa yang ingin ia lakukan.

🌺Empati
Heidi memiliki hati yang sangat lembut. Ia dapat merasakan kekhawatiran Nenek Peter saat musim gugur tiba, ia segera meminta tolong pada kakeknya untuk memperbaiki gubuk nenek. Heidi begitu sedih ketika Nenek Peter cerita bahwa ia tidak bisa melihat untuk selamanya. Heidi tidak tega sebenarnya meninggalkan Klara tapi ia juga tidak bisa menahan rasa kangennya pada Alpen dan orang-orang yang ia cintai.

🌺Bersyukur
Hal yang begitu kecil sangat Heidi syukuri. Selalu ikut kabita saat membaca ia begitu menikmati makanan dari kakeknya, susu segar, roti empuk, dan keju buatan sendiri yang dipanggang hingga berwarna kuning keemasan! Katanya udara gununglah yang membuat semua makanan terasa lebih lezat. Udara pegunungan itu tidak hanya sejuk, segar, tapi juga memiliki harum yang khas! 
Juga saat Heidi yang begitu bahagia ketika membuat tempat tidur sendiri (hanya) dari jerami di loteng gubuk kakeknya. Gubuk kakek yang sederhana dan bisa dibilang sempit tapi tidak membuat penghuninya berhati sempit pula, barang-barang yang ada hanya 1 meja, 1 kursi, 1 tungku, 1 lemari, dan 1 tempat tidur, tapi kemudian kakek membuatkan 1 lagi untuk Heidi, ternyata itu cukup untuk membuat mereka berdua hidup bahagia. Yup, kuncinya adalah bersyukur.

Bagian mana saja yang menjadi cerita favoritku? 
🐑Peter yang jealous sama Klara. Tapi sikapnya ini malah membuat Klara bisa berjalan kembali! *ups maaf jadi malah spoiler.😜
🐑Saat Heidi membuat tempat tidurnya sendiri dari jerami. Kebayang asyiknya punya kamar di loteng yang ketika malam tiba kita bisa melihat bintang-bintang bertaburan dengan jelas dari jendela. ((star gazing)) 🌟🌟🌟
🐑Persahabatan Heidi dengan Klara. Kebayang aja yang satu gadis desa dan yang satu gadis kota tapi dengan perbedaan itu mereka bisa cocok dan bersahabat. Lucu saat membayangkan Heidi berusaha beradaptasi dengan tata krama di rumah Klara. Dan sebaliknya ketika Klara juga beradaptasi saat berkunjung ke rumah Heidi di gunung!

🐑Titik balik saat kakek akhirnya kembali mengingat Tuhan dari kisah di buku yang dibawa Heidi, kisah yang mirip dengan kisah Kakeknya. *ini sedihhh dan haru jadi satu, akhirnya kakek diterima kembali oleh penduduk desa.

Pelajaran dari Kisah Heidi
"Jangan terlalu mudah percaya dengan apa kata orang.”
Harus dicek dan ricek dulu, atau istilahnya= tabayyun.
Kalau kata Kakek dan Omanya Clara: harus percaya dengan apa kata hatimu, harus mencobanya sendiri.
Ternyata perkataan orang-orang tentang Kakek terbukti salah bahwa Kakek adalah orang yang menyeramkan dan tidak ramah selalu. Buktinya dengan adanya Heidi membuat Kakek menjadi orang yang penuh kasih sayang.
Ternyata perkataan Peter bahwa membaca itu susah terbukti salah. Dengan tekad yang kuat karena ingin bisa membaca buku dari Omanya Klara, membuat Heidi segera bisa membaca! Bahkan akhirnya bisa membantu Nenek untuk membacakan buku lamanya.

Pelajaran Lainnya dari Kisah Heidi
🌼Memang ada baiknya Tuhan tidak langsung memberikan apa yang kita minta meskipun kita sudah berdoa dengan tekun, bukan? Dia tahu ada sesuatu yang lebih baik bagi kita.
🌼Jangan melupakan orang lain ketika kita sedang bahagia. Berbagilah💖
🌼Bersyukur, meskipun kita mengucapkan sesering mungkin itu tetap tidak akan sebanding dengan banyaknya karunia-Nya pada kita.

Yuk kenalan lebih dekat dengan sang penulis Heidi: Johanna Spyri!😍
Awalnya Johanna Spyri selalu menulis inisial dalam karyanya, hingga akhirnya Heidi terkenal dan makin banyak yang penasaran tentangnya, maka kesuksesan Heidi membuatnya memgungkapkan nama aslinya.

Dia tinggal di Swiss, dengan padang rumput yang hijau dan pemandangan Alpen dan danau Zurich, tempat yang indah bagi anak-anak untuk tumbuh. Ayahnya dokter. Ibunya orang yang taat dan penulis puisi-puisi religius.
Dia belajar di bawah asuhan guru pribadi, tapi di masa itu perempuan tidak diperkenankan masuk ke universitas.

Salah satu penulis favoritnya adalah Goethe. Johanna mulai menulis di usianya ke 43. 1880 kisah Heidi muncul di usianya yang 53 tahun. ((Nah, pelajaran penting bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu yang baru!))

Dia menulis dalam genre literatur Jerman yang memusatkan perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan karakter individu. Jadi awalnya judul bukunya: Heidi's years of learning and travel dan Heidi makes use of what she has learned.
Heidi merupakan cerita anak-anak yang mengajari para pembaca dewasa tentang sifat anak-anak dan bagaimana mereka berkembang.
Sebagian besar cerita karyanya sudah terlupakan, tetapi Heidi masih dibaca oleh jutaan anak sampai hari ini.
Johanna Spyri ingin dikenang bukan karena siapa dia, melainkan karena buku-bukunya dan melalui kepopuleran Heidi yang tak lekang oleh zaman, harapannya tercapai!💕

Tags: Book Review

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama