Jurnal Syukur | Memahami Kembali Makna Alhamdulillah


Jurnal Syukur - Berapa kali kita mengucapkan Alhamdulillah dalam sehari? Minimal 17x sehari saat sholat fardhu kan ya? Yup, Alhamdulillah termasuk kalimat yang sering kita ucapkan, tapi sudah pahamkah kita dengan maknanya? Bukan sekadar tahu bahwa Alhamdulillah artinya: “Segala puji hanya bagi Allah”, tapi benar-benar memunculkan rasa di dalam hati ketika mengucapkan Alhamdulillah.

Hmm atau kalaupun sudah paham, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat, terutama untuk diriku sendiri, juga untuk teman-teman yang membaca tulisan ini.

Btw, ini adalah tulisan pertamaku di blog untuk tahun 2019, semoga bisa menjadi awal yang baik ya, aamiin. Tulisan ini terinspirasi dari dua video kajian Ust. Nouman Ali Khan (NAK) yang mengajak kita untuk menyelami makna kalimat ‘Alhamdulillah’. Agar ketika kita mengucapkannya tidak sekedar menggerakkan lisan, tapi juga menggerakkan hati, insya Allah.
***

Di video yang pertama, Ust. NAK menjelaskan bahwa secara singkat ‘Alhamdulillah’ memiliki 2 makna, yaitu:
1. Thanks is for Allah
2. Praise is for Allah

Apa bedanya thanks (terima kasih) dengan praise (pujian)?
Ini bedanya:
Ketika kita melihat bangunan yang indah maka kita akan memuji bangunan itu, tapi kita gak berterima kasih pada bangunan itu kan?
Ketika kita melihat atlet yang penampilannya luar biasa maka kita akan memuji atlet itu, tapi kita gak berterima kasih pada atlet itu kan?
Ketika kita melihat mobil yang keren maka kita akan memuji mobil itu, tapi kita gak berterima kasih pada mobil itu kan?
Dan kadang ada kebalikannya…
Seperti yang sudah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an, setiap muslim harus berterima kasih kepada kedua orang tuanya meskipun kedua orang tuanya musyrik. Maka jika ada seorang muslim yang orang tuanya musyrik, maka ia tetap harus berterima kasih kepada kedua orang tuanya tetapi tidak memuji mereka.
“Sometimes in life you can have praise without thanks; sometimes in life you can have thanks without praise.” -Nouman Ali Khan
Contoh lainnya adalah
Fir’aun --suka atau tidak suka-- telah membesarkan Nabi Musa a.s., oleh karena itu Nabi Musa berterima kasih akan hal itu, tapi bukan berarti Nabi Musa memuji apalagi menaati Fir’aun.
“You can thank someone without praising them and you can praise someone without thanking them.”
Kita harus berterima kasih kepada orang-orang yang telah berbaik hati pada kita tapi kita tidak harus memuji mereka.

Nah, bagaimana ketika kita mengucapkan “Alhamdulillah”?
That means we are saying that we praise Allah for what whatever He’s doing.
Apapun yang Allah lakukan pasti itu yang terbaik untuk diri kita! It couldn’t be better, it’s perfect!
After we praise Him, we are also thanking Him that He did it.

Misalnya nih, kita lagi di suatu ruangan yang AC-nya ternyata gak cukup dingin untuk semua orang, jadi kita merasa kepanasan, lalu apa yang akan kita katakan?
Biasanya mah udah ngeluh duluah yah. Eits, tapiii sebagai muslim yang baik, seharusnya yang kita katakan adalah “Alhamdulillah terasa panas.” #emanggakgampangini
Loh kok Alhamdulillah? Kan panasss…
Apa makna Alhamdulillah meskipun kita kepanasan?
Kita berterima kasih pada Allah atas rasa panas tersebut dan kita memuji Allah bahwa saat itu panas.
Sesungguhnya dengan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ kita diajak untuk berpikir dengan cara berbeda.
((Islam mendidik pola pikir kita.))

Oke, ada contoh lainnya lagi nih.
Pernah ditanya gini gak:
👩: “Apa kabar?”
👧: “Baik Alhamdulillah, tapi lagi gagal terus nih apply beasiswanya.”
👧: “Baik Alhamdulillah, tapi belum lulus lulus nih.”
👧: “Baik Alhamdulillah, tapi belum dipertemukan sama pasangan hidup….” #ehbaper
Atau…
👨: “Gimana kabar keluarga kamu?”
👦: “Alhamdulillah” (tapi dijawab sambil lemes dan gak bersemangat gitu)

((Jadi bercermin pada diri sendiri))
Apakah selama ini aku sudah mengucapkan Alhamdulillah sesuai makna yang sebenarnya? #jleb
Jangan-jangan selama ini aku belum benar-benar memahami apa makna Alhamdulillah.
Jangan-jangan selama ini setiap mengucapkan Alhamdulillah selalu diiringi dengan keluhan, loh loh…
Padahal tadi kan maknanya berterima kasih dan memuji Allah kan ya? Tapi kok pake embel-embel mengeluh segala? #jleb
***
“Alhamdulillah yang berasal dari dalam hatimu maknanya adalah bersyukur atas semua yang terjadi padamu. Alhamdulillah ‘ala kulli hal (Segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan).”
Kenapa jangan diiringi dengan keluhan? Karena bukankah kita selalu menemukan kebaikan-kebaikan di balik sesuatu (yang awalnya) kita anggap keburukan?
“You are grateful for all the things that are going wrong, you are finding there are so many things that are right.” -Nouman Ali Khan
Coba kita lanjutkan cerita di atas tadi ya, ketika kita merasa kepanasan, paling tidak kita tidak merasa sakit kan?

Aaah jadi kontemplasi, ini ciri orang Indonesia banget gak sih sebenarnya, selalu merasa beruntung apapun yang terjadi. Mungkin kalian juga pernah denger ada orang yang bilang gini “Iya, rumah saya kebakaran tapi untung saya dan keluarga selamat.” atau pernyataan-pernyataan setipe yang biasanya muncul ketika terjadi bencana. Padahal semua harta bendanya ludes desdes, tapi ujung-ujungnya selalu muncul kata “untung”. Masya Allah!

Salahkan itu? Tentu tidak, karena itu artinya dia bisa melihat cahaya di balik kegelapan kan ya? Mungkin maksudnya “untung” adalah ‘Alhamdulillah’…
Yang salah adalah kalau setelah tertimpa bencana lalu pasrah gak belajar untuk bangkit atau bagaimana cara mengatasinya agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.

Baiklah, kembali lagi ke kajian Ust. NAK tentang 'Alhamdulillah'.
Ust. NAK memberi contoh lagi, misalnya ketika mobil kita mengalami masalah transmisi, tetap harus Alhamdulillah, karena paling gak tidak mengalami masalah yang lebih besar, yaitu masalah pada mesin.
“There are so many other things that are going right!” 
Kita harus bisa melihat dari sudut pandang itu.
Iya karena… 
We are people of Alhamdulillah.
That means we are constantly grateful; we are constantly positive.

Di zaman sekarang seringkali kita menemukan orang-orang yang mengeluh, dimana-mana, dengan mudahnya keluhan dilontarkan. Astaghfirullah…
Ini mungkin saatnya kita memaknai kembali Alhamdulillah dan kembali mendekat pada Allah.
Insya Allah kalau kita lebih memahami makna Alhamdulillah, kita gak akan mudah mengeluh, kita gak akan pernah depresi. 
The muslim cannot be depressed.
*******

Di video kedua, Ust. NAK mengajak kita untuk menganalisis kata ‘alhamd’ dari segi lingustik Arab.
Seperti yang dijelaskan di video pertama tadi, bahwa Alhamdulillah artinya praise and gratitude belongs to Allah
Kata kunci dalam kalimat tersebut adalah ‘alhamd’.
Menurutku agar lebih klik dengan penjelasan di video kedua ini, ada baiknya kita memiliki pengetahuan dasar bahasa Arab.

Fyi, kata dalam bahasa Arab terdiri dari 3 jenis, yaitu ism, fi’il, dan harf. Di kajian ini yang akan disinggung adalah ism dan fi’il.
Alhamd merupakan ism.
*Ism merupakan kata yang bisa berupa person, place, thing, idea, adjective, adverb, and more.
Alhamd is an idea. The idea of praise. The idea of gratitude.

Lalu mengapa kata yang digunakan untuk memuji dan berterima kasih (bersyukur) pada Allah menggunakan ism bukan fi’il?
*Fi’il merupakan kata yang terikat dengan waktu (masa lampau, masa kini, dan masa depan). Hampir seperti kata kerja.
Kalau dalam bahasa Inggris juga bahasa Indonesia biasanya kan kita gunakan kata kerja ya, “I praise = Saya memuji.” Tapi tidak dalam bahasa Al-Qur’an.

((Di sini bagian yang sangat menarik dan menurutku mind-blowing!))

Jadi apa bedanya antara ism dengan fi’il?
Kalau fi’il ada dalam bentuk past, present, and future. Stuck in time = not timeless = not permanent.
Nah, kalau ism tidak berbentuk past, present, and future. Not stuck in time = not limited by time = timeless = permanent.

Kelihatan kan ya perbedaannya?
Jadi ketika kita mengucapkan Alhamdulillah maka maknanya kita memuji Allah tanpa batas waktu. Masya Allah! Absolutely timeless.
Tidak sampai di sana saja Ust. NAK menjelaskan tentang makna Alhamdulillah dari segi perbedaan penggunaan ism dengan fi’il.
Kalau fi’il sudah pasti membutuhkan subjek pelaku kan, seperti saya makan, saya tidur, saya memuji, dst. Subjek pelakunya adalah saya. Kita gak bisa hanya menggunakan kata makan, tidur, memuji tanpa ada pelakunya. Jadi gak bermakna nanti katanya.
Tapi tidak kalau ism, kita tidak membutuhkan subjek pelaku.

Jadi intinya adalah Allah sungguh tidak membutuhkan siapapun untuk memuji-Nya.
Keagungan Allah tak akan berkurang meski makhluk di seluruh alam tidak memuji-Nya.
Allah tidak membutuhkan siapapun untuk memuji-Nya dan untuk membuktikan bahwa Dia ada!
Itulah makna dari timeless tadi, pujian pada Allah tak bergantung pada apapun dan siapapun.

Jika kita membandingkan dengan manusia, kita tidak mungkin mendapat pujian jika tidak ada orang lain yang memuji kita, ya kan? Bedanya kalau Allah selalu mendapat pujian dengan atau tanpa siapapun yang memuji-Nya. Masya Allah!
Allah itu independent, kitalah yang dependent, kitalah makhluk yang selalu bergantung pada-Nya, selalu membutuhkan pertolongan-Nya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dengan lisan dan hati kita.
Aamiin Yaa Rabb…

Sumber tulisan:
Video Ust. Nouman Ali Khan yang berjudul “The Power of Being Positive (The People of Alhamdulillah)” dan “The Timeless Praise of Allah - Arabic with Husna (bayyinah.tv)”

Wallahu a'lam Bishawab

Tags: Nouman Ali Khan

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Sejujurnya saya penasaran banget kenapa orang-orang gandrung sekali dengan Nouman Ali Khan. Bedanya dengan ustadz-ustadz yang ada di sini apa ya Mbak? Soalnya kan kalo mau denger ceramah beliau harus langganan gitu,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mbak Zuzu :) ((Pertanyaan baguss)) Nah, aku awalnya termasuk yg juga penasaran mbak, hehe. Setelah mendengarkan beberapa kajian beliau, menurut aku salah satu kelebihan beliau adalah sudut panjang kajiannya dari sisi linguistik Bahasa Arab, karena beliau emang expert-nya di sana. Jadi aku merasa dapat pencerahan yang berbeda kalo dibandingkan dg ustadz2 lainnya bahwa iyaya masya Allah kenapa Allah memilih kata tertentu dalam Al-Qur'an ternyata penjelasannya bisa panjang dan dalemmm banget. Aku merasa sejak dengerin kajian beliau jadi lebih semangat lebih terkoneksi sama Al-Qur'an dan juga belajar bahasa Arab :) Alhamdulillaah... Dan satu lagi, cara ust. NAK menyampaikan kajiannya menurut aku lebih pas aja buat generasi milenial sekarang, gak terkesan menggurui tapi lebih ke ngajak ngobrol, gaya story telling gitu, contoh-contohnya dekat sama kejadian yg kita alami sehari-hari :). Hmm, gak harus langganan kok mbak, bisa lewat youtube juga, kalaupun mau lewat bayyinah.tv kita bisa request semacam "beasiswa" biar dapet akses gratis, beliau memudahkan banget buat muslim di mana pun berada untuk dapat belajar di Bayyinah :) *jadi promosi*

      Hapus
  2. segala sesuatu emang tergantung gimana cara kita melihatnya ya mbak. Pasti ada hikmah yg bisa kita pelajari

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, saya beroleh ilmu baru darei segi linguistik mengenai makna kata alhamdulillah. Saya senang bacanya. Itu bisa jadi pengibngat agar diri selalu bersyukur dan memuji Allah. Hem, saya harus membenahi diri. Terima kasih. Salam kenal, Mbak Miranti. Nama Anda indah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... Iyaya mbak ternyata bahasa Arab itu dalem banget makna per-katanya. Salam kenal juga mbak :)

      Hapus
  4. Alhamdulillah terimakasih ilmunya mbak. Semoga Allah selalu meridhoi dan memberikan berkah kepada mbak. Saya jadi tambah ilmu tentang kata Alhamdulillah.. Semoga kata ini terus terucap dimulut kita ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... Do'a yg sama juga untuk mbak :) Semoga selalu dalam lindungan Allah ^-^. Iya, mbak, dan terucap di hati juga ya :)

      Hapus

Langsung ke konten utama