Alhamdulillah hari Minggu, 28 Syawal kemarin mendapat kesempatan belajar di Half Deen Series, sebuah seminar Rumah Tangga dari Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, yang bertujuan untuk memberikan fondasi dalam membangun keluarga yang Allah ridhoi, dan mempunyai visi misi untuk berlabuh di surga-Nya.
Judul Half Deen Series kali ini adalah Syiar Cinta. Kita diajak belajar memahami makna seperti apa keluarga terbaik itu? Siapa yang bisa kita ambil contoh sebagai profil keluarga terbaik? Seperti apa kisah dari keluarga terbaik yang Allah abadikan di Al-Qur'an.
Bismillah berikut catatannya:
Keluarga yang terlihat harmonis, solid, kompak di depan layar.
(Foto keluarga lengkap, ada Ayah - Ibu - anak laki² - anak perempuan, mereka pake baju warna dan motif yang sama, tersenyum ceria di depan kamera)
Pertanyaannya...
Apakah kondisi seperti itu juga berlaku di belakang layar?
Apakah seperti itu picture perfect family?
Coba deh tanyakan ke pihak suami, apakah nyaman pake baju dengan motif warna pink kayak gitu? Dipake demi konten keluarga bahagia.
Seperti apa keluarga yang terbaik itu?
Versi 1.Keluarga yang terlihat harmonis, solid, kompak di depan layar.
(Foto keluarga lengkap, ada Ayah - Ibu - anak laki² - anak perempuan, mereka pake baju warna dan motif yang sama, tersenyum ceria di depan kamera)
Pertanyaannya...
Apakah kondisi seperti itu juga berlaku di belakang layar?
Apakah seperti itu picture perfect family?
Coba deh tanyakan ke pihak suami, apakah nyaman pake baju dengan motif warna pink kayak gitu? Dipake demi konten keluarga bahagia.
Versi 2.
Keluarga yang selalu tampil bersama, semua kegiatan dilakukan bareng.
Mulai dari makan bareng, ngumpul di ruang keluarga melakukan aktivitas bersama, merayakan prestasi salah satu anggota keluarga dengan kumpul.
(Foto keluarga di kaleng biskuit Khong Guan, salah satu karya ikonik picture family tapi diedit tambahin sosok Ayah hehe)
Apakah ini keluarga sempurna? Harus bareng selalu.
Versi 3.
Keluarga terbaik adalah yang meninggalkan legacy, ke anak keturunannya.
Namun berdasarkan penelitian hanya sedikit yang mempertahankan kekayaan dan bisnis keluarga ke generasi selanjutnya.
Kalau nilainya rapuh, lalu ada perubahan gaya hidup, maka itu susah diturunkan, gak akan bertahan ke generasi anak cucu.
Jadi seperti apa ya profil keluarga terbaik?
Seperti apa sih rumah tangga idaman?
Nah, yang paling mengerti itu adalah pencipta keluarga, Dialah Allah SWT.
اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰۤى اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰ لَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing),"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 33)
Kita highlight di sini, keluarga Nabi Ibrahim lah yang dipilih Allah dari sekian jutaan keluarga di muka bumi.
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّا تَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗ وَا تَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-(Nya)."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 125)
Masya Allah...
Dari ayat di atas, siapa yang disebutkan memiliki keimanannya terbaik? Secara zahir dan bathin.
Ya, dialah yang harus kita ikuti, beliau adalah Nabi Ibrahim.
Jadi,
Keluarga terbaik adalah yang mengikuti konsep keluarga Nabi Ibrahim dalam membangun rumah tangganya.
Kalau ingin menjadi ayah terbaik bukan hanya baik, maka ikutilah konsep dan metode Nabi Ibrahim ketika menjadi ayah.
Kalau ingin menjadi suami terbaik bukan hanya baik, maka ikutilah konsep dan metode Nabi Ibrahim ketika menjadi suami.
Kalau ingin menjadi anak terbaik bukan hanya baik, maka ikutilah konsep dan metode Nabi Ibrahim ketika menjadi anak.
Bagi sisters/ladies, kalau ingin menjadi istri terbaik bukan hanya baik, maka ikutilah konsep dan metode istri Nabi Ibrahim, Sarah dan Hajar ketika menjadi istri.
Seharmonis apa Nabi Ibrahim dengan keluarganya?
Yuk, kita simak kisahnya...
Bagian 1. Ketika Harus Memilih
Nabi Ibrahim kecil sudah tampak berbeda dengan yang lain.Saat yang lain berdo'a dengan menunduk pada patung, ia menatap langit, mencari Tuhan yang sesungguhnya.
Nabi Ibrahim khawatir pada ayahnya yang membuat patung² untuk dijadikan sesembahan.
Nabi Ibrahim bertanya pada ayahnya: "Wahai ayahku tersayang, mengapa engkau menyembah pada sesuatu yang tak bisa mendengar, tak bisa melihat, tak bisa pula menolongmu."
Nabi Ibrahim bersedih melihat kondisi ayahnya.
Nabi Ibrahim kecil tak ingin melawan ayahnya, ia hanya ingin menyelamatkan ayahnya.
Percakapan Nabi Ibrahim dengan ayahnya diabadikan di QS Maryam: 42-48.
Dialog yang Nabi Ibrahim lakukan dengan ayahnya sangat santun, berhati-hati tidak menyinggung perasaan ayahnya.
Pilihan kata²nya sangat lembut.
Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk tak menyembah syeitan.
Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk tak menyembah syeitan.
Meskipun respon ayahnya buruk.
Nabi Ibrahim tak membalas makian dengan makian, kekerasan dengan kekerasan.
Nabi Ibrahim menahan tangis melihat kondisi ayahnya.
Ia sampaikan dengan halus... "Salaamun 'alaika"
Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu.
Aku akan setia mencintaimu, wahai ayahku tersayang😭
Aku akan selalu memohonkan ampunan untukmu.
Sesungguhnya Allah sangat baiik kepadaku.
Aku tidak pernah dikecewakan oleh Rabb-ku.
Sesungguhnya Nabi Ibrahim sangat mencintai ayahnya.
Meski diusir, disakiti, ayahnya tetap sangat ia cintai, itulah yang membuat semakin menyayat hati dan membuat luka menganga ketika orang yang dicintai tapi berbeda jalan.
Di sini kita belajar...
Bahwa cinta kepada Allah harus lebih tinggi daripada cinta kepada manusia.
Cinta sejati adalah yang membimbing kepada kebenaran walau harus meneteskan darah dan air mata.
Namun Nabi Ibrahim membawa satu cahaya, sebuah harapan bahwa suatu hari ayahnya akan mengerti, semoga ayahnya akan terima cintanya untuk menyembah Allah, bukan patung.
Nabi Ibrahim tak berhenti mendo'akan ayahnya.
Do'a khusus untuk ayahnya.
Ia selalu meminta ampunan untuk ayahnya.
Cinta kepada Allah menuntut keikhlasan yang paling agung, ikhlas merelakan orang yang dicintai karena ia berjalan di jalur tak sama.
Di sini bentuk cinta jadi berbeda.
Tetap mencintai dengan do'a, mencintai dalam sujud, bukan dengan peluk erat dan kebersamaan.
Di kisah ini, ada rindu yang tak pernah terjawab.
Ada do'a dan tangisan yang tak pernah berhenti, kurang lebih 80 tahun.
Ada cinta yang tetap setia meski harus merelakan.
Refleksi buat kita:
Mungkin kita pernah kecewa dengan ayah kita.
Dulu ayah kita pernah melakukan kesalahan².
Bukan kesalahan kecil, berulang pula. Sakit hati ini.
Tapi itu tak seberapa, dengan apa yang dialami Nabi Ibrahim.
Maka ma'afkanlah ayah kita.
Sebagaimana Nabi Ibrahim mema'afkan ayahnya.
Do'akan selalu beliau.
Bagi yang masih memiliki ayah yang baik, bersyukurlah karena itu anugrah yang besar.
Apabila beliau sudah meninggal maka do'akanlah beliau selalu.
Selagi mampu, angkatlah do'a² terbaik kita untuk ayah kita.
Bagian 2. Perpisahan di Sebuah Lembah
Nabi Ibrahim melanjutkan kehidupan beliau.Beliau menikah dengan Siti Hajar.
Nabi Ibrahim berangkat dengan Hajar dan Ismail, dari Syam ke Bakkah.
Berjalan kaki sejauh 2000an km, 21 hari, 509 jam.
Sesampainya di Bakkah.
Beliau meninggalkan istri dan anaknya di tengah padang pasir.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Nabi Ibrahim meninggalkan mereka karena perintah Allah.
Hajar bertanya berkali-kali kepada Nabi Ibrahim kemana ia akan pergi meninggalkan istri dan anaknya, tapi tak dijawab.
Hingga akhirnya ketika tahu itu perintah Allah, Hajar terdiam dan patuh karena yakin Allah tak akan meninggalkannya.
Sesungguhnya hati Nabi Ibrahim tak kuasa menahan sedih dan sakit, bagaimana mungkin seorang suami dan ayah meninggalkan keluarga tercintanya di lembah yang tak ada kehidupan.
Namun ia tetap berjalan, hingga 700 m beliau berhenti, dan berdo'a menumpahkan semua isi hatinya pada Rabb. Do'anya ada di QS Ibrahim: 37-38.
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Ibrāhīm [14]:37
رَبَّنَآ اِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنُۗ وَمَا يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Ibrāhīm [14]:38
Bahkan dulu saat mau dilempar ke api, beliau tidak menangis, tetap tegar.
Juga menolak bantuan malaikat Jibril.
Tapi saat ini beliau menangis terisak bukan karena lemahnya iman, bukan.
Tapi karena besarnya cinta pada keluarga, namun ia harus tunduk pada perintah Allah.
Tapi saat ini beliau menangis terisak bukan karena lemahnya iman, bukan.
Tapi karena besarnya cinta pada keluarga, namun ia harus tunduk pada perintah Allah.
Nabi Ibrahim adalah pecinta, dan seorang pecinta adalah pejuang.
Tidak ada dalam kamus beliau meninggalkan istri dan anak di lembah gersang tanpa kehidupan, apa yang dia alami saat itu adalah antitesa dari prinsipnya selama ini.
Baginya ia harus memperjuangkan anak istri dengan segenap jiwa raga.
Rela berkorban level tinggi.
Seringkali kita berhenti di bagian kisah meninggalkan istri dan anak.
Banyak dari kita lupa ada hal yang lebih mendalam dari sebatas meninggalkan istri dan anak.
Perintah ini berkaitan dengan masa lalu beliau.
Kembali ke cerita bagian pertama, apa yang beliau alami ketika masih kecil?
Beliau diusir, diancam dibunuh, dieksekusi dengan dilemparkan ke api.
Apa esensi dari pengusiran?
Hidup terpisah dari ayah.
Sehingga bisa berakibat:
1. Mental illness (akan melakukan hal sama ke anaknya kelak) atau
2. Tidak akan mau menjadi ayah seperti ayahnya (yang suka menyakiti bahkan tega mengusir), harus menjadi lebih baik bahkan terbaik
Apa yang Nabi Ibrahim pilih? Tentu yang kedua.
Ini menjadi prinsip hidupnya, menjadi ayah terbaik.
Jadi bagi Nabi Ibrahim, ini bukan sekadar meninggalkan anak tapi menabrak prinsip yang sudah mengakar puluhan tahun.
Nabi Ibrahim tak kuat harus melakukan hal yang sama seperti yang ayahnya lakukan dulu, meninggalkan anaknya, yang sudah sangat ditunggu² kehadirannya berpuluh² tahun.
Tapi Nabi Ibrahim berhasil melewatinya, karena cintanya kepada Allah lebih tinggi.
Bagian 3. Sang Kekasih
Apa pelajaran hidup yang bisa kita petik dari kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam?Kisahnya membuka mata kita bahwa keluarga terbaik bukanlah keluarga yang sempurna tanpa konflik, tanpa masalah, tanpa problematika.
Keluarga terbaik bukanlah keluarga yang harus selalu bersama setiap saat, tanpa ada dinamika.
Sesungguhnya tidak ada kehidupan yang sempurna dalam keluarga.
Masing² kita punya kekurangan, masing² anggota keluarga punya kekurangan kan.
Kekurangan dengan kekurangan bertemu, ya pasti akan ada masalah.
Buanglah jauh² fantasi kehidupan sempurna dalam rumah tangga.
Yang menghancurkan rumah tangga seringkali bukan kekurangan namun ekspektasi dan harapan yang berlebihan.
Kenapa kita kecewa?
Apakah karena suami egois, disakiti anak? Bukan.
Kekecewaan itu berkaitan dengan ekspektasi.
Kenapa Nabi Ibrahim tidak kecewa dengan ayahnya?
Karena tidak ada ekspektasi.
Beliau mencintai ayahnya tapi harapannya diserahkan pada Allah.
Bentuk cintanya tampak dari panggilannya: "Yaa Abati" Oh my beloved father.
Berhati²lah pada memberi standar pada pasangan.
Tontonan dan cerita yang kita konsumsi dapat membuat bias dalam menentukan ekspektasi keluarga.
Jaga ekspektasi dan jaga harapan kita.
Rumah tangga adalah panggung ujian.
Rumah tangga adalah cobaan yang harus kita lalui.
Jadikan rumah tangga sebagai sarana mencintai Allah.
Tidak ada kehidupan rumah tangga yang sempurna.
Jangan pernah berpikir ada kesempurnaan dalam keluarga.
Kisah Nabi Ibrahim membuat kita tetap berharap dengan hubungan antar keluarga.
Kisah beliau dekat dengan realitas sehari².
QS. An Nisa: 125
Nabi Ibrahim sebagai khalilullah. Kekasih Allah.
Tidak ada para Nabi yang diuji seperti Nabi Ibrahim.
Apa saja ujian beliau?
Konflik karena berbeda keyakinan dengan ayah hingga mau dibunuh ayahnya sendiri, meninggalkan keluarganya di gurun gersang tiada kehidupan, bahkan perintah memyembelih anak yang sudah lama dinanti.
Ya Rabb..betapa berat ujian beliau.
Ujian cinta. Ini ujian CINTA.
Ketika Nabi Ibrahim sangat mencintai ayahnya, Allah uji dengan ayahnya.
Ketika Nabi Ibrahim sangat menginginkan anak, maka Allah uji dengan Ismail. Yang diperintahkan Allah untuk ditinggalkan dan disembelih adalah Ismail kan bukan Ishaq.
Kenapa? Karena Ismail adalah anak pertama yang ditunggu 80-an tahun.
Allah ingin melihat apakah cinta nomor satu Nabi Ibrahim tetap cintanya pada Allah.
Jadi kalau mau memprediksi ujian Allah datang dari mana ke depan nanti?
Cek siapa yang paling kita cintai.
Itu adalah pintu ujian yang paling rentan.
Apakah yang paling kita cintai orang tua kita?
Apakah pasangan kita atau kita terlalu cinta pada diri sendiri?
Atau dengan harta...
Allah ingin melihat, cinta kita nomor satu ke siapa/apa?
Coba kita jujur, apakah Allah yang kita cintai sebagai prioritas atau ...?
Nabi Ibrahim punya kemampuan yang spesial.
Beliau mampu menangkap, memahami, dan merasakan kasih sayang Allah meski di saat² terberat.
Ketika diusir oleh ayahnya, beliau masih bisa merasakan cinta Allah.
Dalam Al-Qur'an diabadikan perkataan beliau: sesungguhnya Allah sangat baik kepadaku. Padahal itu posisinya disakiti dan diusir sama ayahnya.
Kemampuan itulah yang menentukan seberapa besar cinta kita kepada Allah.
Nikmat yang paling Nabi Ibrahim rasakan bukanlah nikmat materi tapi nikmat iman.
Salah satu faktor utama konflik atau keluarga berantakan adalah kita tidak menyadari nikmat hidayah.
Ketika dalam konflik namun kita masih bisa mendirikan sholat, itu berarti nikmat dari-Nya.
Jadi seharusnya bukan membawa suasana konflik dalam sholat. Malah jadi gak khusyuk.
Tapi bawalah efek sholat ke dalam konflik. Konfliknya memang gak lenyap, tapi dalam menghadapi jadi lebih tenang.
Dalam sholat kita membaca Al-Fatihah kan?
Pasti baca "Alhamdulillahirabbil'alamiin".
Sebesar apapun konflik kita, kita pasti baca itu dalam sholat kita.
Kalau lagi dalam konflik gak bisa diganti dengan inna lillahi wainna ilayhi roji'un, gak bisa kan?
Tapi kenapa dalam sholat kita baca Alhamdulillah, lalu dalam menghadapi konflik hati kita masih gak tenang...
Apakah kita sudah membaca Al-Fatihah dengan menghadirkan hati?
Pasti baca "Alhamdulillahirabbil'alamiin".
Sebesar apapun konflik kita, kita pasti baca itu dalam sholat kita.
Kalau lagi dalam konflik gak bisa diganti dengan inna lillahi wainna ilayhi roji'un, gak bisa kan?
Tapi kenapa dalam sholat kita baca Alhamdulillah, lalu dalam menghadapi konflik hati kita masih gak tenang...
Apakah kita sudah membaca Al-Fatihah dengan menghadirkan hati?
Ketika menghadapi berbagai macam konflik dalam hidupnya, Nabi Ibrahim meresapi & mengimplementasikan:
inna ma'al-'usri yusroo
"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Beliau yakin seyakin²nya bersama kesulitan ada kemudahan dari Allah.
Setiap pecinta punya bahasa khusus.
Pecinta dengan yang ia cintai tidak menggunakan bahasa normal, ada bahasa khusus.
Allah itu Ar Rahmaan...Ar Rahiim...Al Waduud...
Kita mengaku cinta pada Allah, tapi kita gak paham apa love language kepada Allah?
Siti Hajar bisa tenang saat ditinggalkan Nabi Ibrahim di tengah gurun gersang bersama anaknya yang masih bayi, kenapa bisa tenang begitu?
Karena telah dikonfirmasi bahwa itu adalah perintah Allah.
Itu bagian dari love language Allah.
Allah gak akan pernah menghancurkan wali²nya.
Pasti ada hikmah, meski kita belum tau saat itu.
Di Bakkah saat itu gak ada air, hewan, bahkan manusia juga gak ada.
Tapi Hajar bisa tenang karena ada konfirmasi dari suaminya bahwa itu perintah Allah.
Kata Rasulullah:
Allah kalau mencintai seseorang maka Allah akan uji orang tersebut.
Jadi ujian adalah love language-nya Allah ke kita hamba-Nya.😭
Masya Allah.
Jadi ketahuilah, lalu pahamilah love language pasanganmu.
Karena bisa jadi masalah besar kalau tidak dipahami.
Kalau ke manusia saja bisa gitu, apalagi ke Allah.
Bagian 4. Syiar Cinta
Tiba saatnya kita membicarakan legacy.Allah memberikan legacy terbaik dalam peradaban manusia.
Apa sajakah legacy terbaik itu?
1. Kakbah yang dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
2. Haji yang merupakan ibadah yang sangat indah dan spektakuler
Haji itu...
Ibadah yang merupakan syiar cinta.
Ibadah yang merupakan DNA Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Sa'i berasal dari perjuangan Hajar menyelamatkan Ismail.
Memotong hewan Qurban berasal dari perintah Allah untuk menyembelih Ismail yang akhirnya Allah ganti dengan hewan Qurban.
Melempar jumrah berasal dari peristiwa Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail melempar syeitan dengan batu², mengusir syeitan yang menggoda untuk tidak taat pada Allah
Ini adalah ibadah cinta.
Coba kita ingat², kata apa yang dipilih dan sering kita dengar tentang haji?
Rindu tanah suci.
Yang diangkat bukan tentang keharusannya.
Padahal itu wajib bagi yang mampu.
Kita lebih suka menggunakan kata rindu.
Rindu itu erat dengan cinta.
Hanya pecinta yang punya kerinduan.
Haji adalah tentang rasa cinta dan kerinduan.
Seringkali air mata lebih efektif dibandingkan harta untuk bisa berhaji.
Ketulusan kitalah yang ingin Allah lihat.
Air mata dan do'a adalah formula untuk naik haji.
Haji adalah tentang bukti cinta kepada Allah.
Haji bukan tentang mampu atau tidak mampu.
Bahkan ada yang rela berjalan kaki melewati border negara yang berkonflik.
Baginya tak masalah, bahkan ketika sampai ia tak merasa capek. Itu karena cinta.
Hidup cuma 1x jangan sampai kita tak merasakan indahnya berdo'a saat wukuf di Arafah.
Jangan sampai kita gak pergi haji karena kita lalai, bukan karena kita gak mampu haji.
Tidakkah kita ingin menjadi bagian dari legacy Nabi Ibrahim?
Haji... ibadah yang bikin speechless.
Bagian 5. Perjalanan Pulang
Dikala tubuh melemah dimakan waktu.Beliau sadar waktunya semakin dekat.
Malaikat Maut pencabut nyawa datang ke kekasih Allah.
"Wahai kekasih Allah aku datang untuk mencabut ruhmu."
Nabi Ibrahim mengangkat wajahnya, matanya teduh.
"Apakah engkau pernah melihat seorang kekasih mencabut nyawa kekasihnya sendiri?"
Malaikat Maut bungkam tak bisa menjawab.
Malaikat Maut kembali ke Allah.
Ya Allah engkau telah mengutusku untuk mencabut nyawa Nabi Ibrahim tapi ia bertanya:
"Apakah engkau pernah melihat seorang kekasih mencabut nyawa kekasihnya sendiri?"
Dan aku tak bisa menjawab pertanyaannya.
Allah menjawab: "Wahai malaikat, kembalilah kepada Ibrahim dan tanyakan padanya:
Wahai Ibrahim apakah engkau pernah melihat ada seorang kekasih yang tidak mau bertemu kekasihnya?"
😭
Dan saat Nabi Ibrahim mendengarnya, kedua matanya memerah, air mata mengalir.
Ia menunduk dan mengatakan:
"Jika demikian, cabutlah nyawaku sekarang juga."
Beliau tau ini bukan perpisahan tapi pertemuan yang dinanti, pertemuan dengan kekasih sejati, pertemuan dengan Allah yang seumur hidupnya ia taati, selalu ia nomor satukan.
Karena-Nya, ia menghadapi ayahnya, meninggalkan anak istri, memutuskan memyembelih anaknya sendiri.
Pada hari itu, langit memyambutnya, bumi mengantarkannya, dan surga membuka pintunya untuk Nabi Ibrahim, sang kekasih Allah.
Kematian adalah satu-satunya jalan untuk bertemu dengan Allah.
Semoga kita pun bisa membuktikan cinta kita pada Allah.
Semoga kita pun bisa membuktikan cinta kita pada Allah.
0 Komentar