Menuju Keluarga Sakinah Bukan Sekadar Impian, tapi Perjuangan Bersama Menuju Surga demi Menggapai Ridha Allah
Pondasi Islam salah satunya adalah beriman kepada takdir Allah SWT.
Sesungguhnya segala sesuatu diciptakan dengan takdir.
Tidak ada satupun peristiwa di dunia yang kebetulan.
Sesungguhnya segala sesuatu diciptakan dengan takdir.
Tidak ada satupun peristiwa di dunia yang kebetulan.
4 tingkatan takdir yang harus kita imani:
- Allah SWT yang mengetahui segala sesuatu sebelum itu terjadi (dahulu, sekarang, dan masa datang).
- Allah SWT yang telah menulis segala sesuatu di Lauhul Mahfudz (siapa jodoh kita, bagaimana proses kita bertemu dengan jodoh, seperti apa kelak rumah tangga kita). Semuanya sudah tertulis 50.000 tahun sebelum Allah SWT ciptakan langit dan bumi.
- Apa yang terjadi di permukaan bumi tidak keluar dari kehendak Allah SWT.
- Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu (termasuk karakter kita dan jodoh kita).
Bahagia itu bukanlah selalu mendapatkan setiap apa yang diinginkan, tapi kita selalu ridho dengan setiap ketetapan Allah SWT. #Yaa Allah berat, semoga Engkau mudahkan untuk menemukan pasangan hidup sesuai syari'at Islam
Pernikahan tidak menjadi ukuran seberapa sukses kehidupan seseorang.
Kesendirian bukanlah menjadi tanda gagal kehidupan seseorang.
Jika Allah SWT takdirkan kamu untuk menikah cepat maka bersyukurlah. Alhamdulillah. Allah SWT berikan sakinah kepadamu melalui pernikahan, Allah SWT jadikan pernikahan sebagai ladang pahala bagimu.
Tapi juga perlu diingat bahwa pernikahan tidaklah selalu kesenangan, akan ada ujian demi ujian.
Maka laluilah dengan kesabaran dalam perjuangan berumah tangga.
Jika Allah SWT takdirkan kamu untuk tidak menikah maka bersabarlah. Jika kamu sudah ikhtiar tapi jodoh belum kunjung bertemu. Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Yakin atas setiap yang Allah SWT takdirkan pasti terbaik untuk kita. Ada hikmah yang belum bisa kita pahami.
Allah SWT tidak akan dan tidak mungkin mendzalimi kita.
Tetaplah berprasangka baik pada-Nya, yang Maha Baik.
Karena ada sebagian orang yang rusak imannya ketika menikah.
Ada sebagian orang yang ketika bertemu dengan pasangannya, ia diajak maksiat, melalaikan sholat.
Bersyukurlah, bisa jadi Allah SWT melindungi kita dari hal seperti itu.
Bersyukurlah, bisa jadi Allah SWT ingin kita fokus melakukan amal sholeh lainnya.
Dalam penantian jodoh, semoga kita mendapatkan pahala sabar dan pahala husnudzon.
Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.
Yang berbahaya adalah bukan menikah atau tidak menikah.
Yang berbahaya adalah menikah tanpa iman atau tidak menikah tanpa kesabaran.
Yang aman adalah menikah dengan iman atau tidak menikah dengan kesabaran.
Yang berbahaya adalah menikah tanpa iman atau tidak menikah tanpa kesabaran.
Yang aman adalah menikah dengan iman atau tidak menikah dengan kesabaran.
Jika Allah takdirkan kita menikah. Lalu dalam prosesnya mulus. Proses ta’aruf lancar, orang tua langsung setuju, keluarga besar mendukung. Percayalah, itu karena pertolongan Allah SWT, bukan karena kemampuan diri sendiri atau strategi kita yang jitu. Itu karena pertolongan Al Muqtadir.
Jika kita berada di posisi sudah proses ta’aruf berkali-kali namun masih gagal menemukan jodoh. Janganlah berputus asa. Ingat Allah itu Ar-Rahmaan. Yang terjadi adalah kehendak Allah.
Allah ingin melihat kita terus berikhtiar, terus berdo’a, hanya bergantung pada Allah semata.
Tenang saja... Proses yang gagal itu tak akan sia-sia, ada pendidikan iman. Ada rahmat Allah di sana.
Tenang saja... Proses yang gagal itu tak akan sia-sia, ada pendidikan iman. Ada rahmat Allah di sana.
Kenapa pasangan yang sholeh(a) itu penting?
Karena pasangan yang sholeh(a) menjadi sebab ketakwaan seseorang.
Seperti perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk.
Teman kan gak 24 jam bersama kita, tapi sangat berpengaruh.
Nah apalagi pasangan yang selalu bersama. Pasti akan berpengaruh besar dalam hidup kita.
Semoga Allah anugrahkan kita pasangan (teman hidup) yang sholeh(a).
Pasangan yang menjadi penyejuk mata, penenang jiwa.
Pasangan yang menjadi partner untuk mendidik anak-anak kelak.
Tapi ada pula yang diuji oleh Allah SWT, pasangannya belum sholeh(a).
Jika dihadapi dengan iman, hal itu bukanlah masalah besar.
Jika dihadapi dengan iman, maka akan lahir kesabaran dan husnudzon.
Mungkin saja hidayah ke pasangan akan Allah turunkan lewat kita.
Bisa saja kita anggap ini adalah amanah dari mertua untuk pendidikan iman ke pasangan.
Sehingga ini menjadi ladang pahala yang besar.
Hasil akhirnya serahkan kepada Allah.
Coba kita ingat kisah istri Fir’aun. Allah takdirkan ia menjadi istri orang paling kufur sedunia.
Namun betapa sabar Asiyah. Sabar di atas sabar. Sabar level tinggi.
Betapa teguh ia mempertahankan iman melawan siksaan dari suaminya.
Darinya kita belajar derajat ketakwaan sesorang tidak bergantung pada kesholehan pasangan.
Darinya kita belajar derajat ketakwaan sesorang tidak bergantung pada kesholehan pasangan.
Orang beriman itu dalam keadaan apapun tetap akan merasa tenang dan bahagia.
Ketika Allah takdirkan jodoh kita tak luas rezekinya bukan berarti Allah menghinakan kita atau Allah tidak sayang pada kita. Bukan. Rezeki tidak menjadi ukuran rasa sayang Allah ke kita.
Bisa saja Allah ingin kita lebih banyak mengingat Dia. Karena tak sedikit orang yang berlimpah harta malah lupa sama Allah. Allah nggak mau kita seperti itu. Justru dengan menahan harta, itu cara Allah menunjukkan sayang ke kita.
Iman kepada takdir Allah bukan berarti kita pasrah. Justru dengan beriman maka kita akan semakin bersungguh-sungguh ikhtiar sesuai kemampuan. Karena dalam hati akan tumbuh rasa bahwa betapa butuhnya bergantung kepada Allah.
Bagaimana caranya untuk menemukan jodoh?
1. Ikhlaskan dan Luruskan Niat Kita untuk Menikah
Bukan sekadar hal duniawi, niatnya harus mulia. Menikah adalah ibadah terpanjang, masya Allah pahalanya juga pasti sebanding. Niatkan menikah untuk menjaga diri, menjaga kehormatan.
Bukan sekadar hal duniawi, niatnya harus mulia. Menikah adalah ibadah terpanjang, masya Allah pahalanya juga pasti sebanding. Niatkan menikah untuk menjaga diri, menjaga kehormatan.
2. Perbaiki Diri dengan Ilmu dan Amalan
Ilmu agama adalah cahaya bagi seseorang. Jika kelak dalam rumah tangga menghadapi ujian-ujian maka jika dihadapi dengan ilmu akan dilalui dengan tenang. Gak panik. Gak mudah bilang cerai. Saling jaga hak dan kewajiban.
3. Berdo’a kepada Allah
Karena jodoh itu Allah yang tentukan, bukan ortu/diri sendiri/aplikasi ta'aruf.
Yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar. Berdo’alah di waktu mustajab (sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqomah, setelah sholat fardhu, saat turun hujan, di hari Jum'at, saat berbuka puasa) dengan hati yang khusyuk, ikhlas, dan benar-benar pasrah ke Allah.
4. Aktif Berusaha dengan Cara yang Sesuai Syari’at
Cara yang halal insya Allah dapat ridho-Nya. Bisa tanyakan ke orangtua, guru/Ustadz(ah), sahabat, atau orang-orang yang amanah. Jangan menutup diri atau gengsi.
5. Aktif dalam Perkumpulan Baik
Komunitas yang baik akan menjaga iman kita, akan berbagi informasi yang bermanfaat, dan mungkin jika Allah izinkan bisa bertemu jodoh :)
6. Serahkan Hasilnya kepada Allah
Kita hanyalah hamba yang lemah, kemampuan kita terbatas, hanya bisa berusaha semampu kita dan berdo’a. Keputusan akhir ada di tangan Allah. Allah yang menyimpan hikmah di balik cepat/lambatnya kita menikah.
Semuanya ini kembali kepada tauhid.
Penantian ini bisa menjadi masa paling galau atau paling berpahala.
Dengan tauhid, iman kepada takdir Allah, maka:
- Menjadikan hati tenang dan tidak gelisah
- Terjaga dari kemaksiatan atau hal yang tak diridhoi-Nya
- Hidup optimis penuh harapan kepada Allah (jika tak bertemu di dunia, insya Allah dipertemukan di jannah-Nya)
- Akan lebih bersabar (kesabaran itu tak ada batasnya, batasnya adalah nafas kita)
- Fokus mendekatkan diri kepada Allah, karena tugas kita di dunia adalah untuk beribadah kepada-Nya
Sesi 2. Merawat Cinta & Iman di Tengah Ujian Keluarga - Ustadz Dr. Sufyan Baswedan, M.A.
Tidak ada iman tanpa ujian.Pasangan dan anak pun bisa menjadi ujian bagi kita. Tidak ada yang 100% nikmat.
Tak sedikit kasus seseorang melakukan hal yang tidak disukai Allah, gara-gara pasangan atau anaknya. Kita harus siap diuji.
Keluarga bisa menjadi penyebab kebaikan dan keburukan, maka harus disikapi dengan takwa.
Bagaimana agar bisa menjadi suami-istri yang bertakwa?
Dengan menegakkan aturan-aturan Allah dalam berumah tangga.
Jalani kewajiban, tunaikan hak pasangan.
Bagaimana cara merawat cinta dan iman dalam menghadapi konflik untuk mempertahankan rumah tangga?
1. Istiqomah di atas Aturan Allah SWT
Berusaha istiqomah, meski berat dan penuh tantangan.
Cara untuk istiqomah adalah dengan menuntut ilmu. Tidak hanya sekali dua kali, tapi terus menerus, karena ilmu perlu di-refresh. Karena manusia itu tempatnya lupa kalau tidak diulang-ulang.
Kita belajar hingga akhir hayat.
Allah tidak akan ingkar janji, dengan catatan S&K berlaku.
Apa S&K nya? Kita harus beriman dan istiqomah sampai akhir.
Ujian bukan hanya untuk kita manusia biasa. Rumah tangga Rasulullah SAW pun ada ujian.
Justru semakin tinggi derajatnya di sisi Allah, maka makin tinggi pula level ujiannya.
Bukankah orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan orang-orang shalih?
Rasulullah SAW juga pernah diuji dengan istri yang cemburu, istri yang protes, subhanallah.
Rasulullah SAW juga pernah diuji dengan istri yang cemburu, istri yang protes, subhanallah.
Jika Allah menguji kita dengan berat, mungkin Dia sedang menempatkan kita dalam barisan mereka.
Pada pasangan kita, pasti ada sisi positif dan sisi negatif.
Maka carilah dan fokuslah pada sisi positifnya, sabarlah pada sisi negatifnya.
Kalau ada sifat pasangan yang kita benci, pasti juga ada sifatnya yang kita sukai.
Jangan sampai kita buta melihat sisi positifnya karena terbutakan oleh sisi negatifnya.
Kalau kita mencintai seseorang, maka cintai dengan secukupnya saja. Jangan berlebihan.
Karena jika suatu saat kecewa, nanti kecewanya terasa sangat berat. Kalau terlalu cinta.
Boleh jadi suatu ketika dia yang kamu cintai menjadi orang kamu benci.
Begitu pula sebaliknya, janganlah benci 100%.
Karena boleh jadi suatu ketika dia yang kamu benci menjadi orang kamu cintai.
Ingat QS Al-Baqarah: 216. "Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
Sikap mukmin kalau menghadapi ujian adalah akan semakin tinggi dan kuat imannya.
Kalau mengaku mukmin namun menolak ujian, itu artinya gagal paham konsep iman-ujian.
Orang munafik pun Allah uji. Namun bukan untuk cek level keimanannya, namun untuk membongkar kemunafikannya. Subhanallah.
Kalau mengaku mukmin namun menolak ujian, itu artinya gagal paham konsep iman-ujian.
Orang munafik pun Allah uji. Namun bukan untuk cek level keimanannya, namun untuk membongkar kemunafikannya. Subhanallah.
2. Sabar
Kata yang sangat familiar di telinga kita. Namun sudahkah kita benar-benar paham maknanya?
Sabar itu pahalanya unlimited.
Sabar itu seperti kepalanya iman. Maka tak mungkin iman tegak, tanpa sabar.
"Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." QS. Al-Baqarah: 153
Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah pasti akan tolong kita, tapi kapan waktunya Allah tolong kita, itu hak prerogatifnya Allah, jangan kita yang malah ngatur minta segera.
Jadi tugas kita hanya sabar. Serahkan hasilnya ke Allah.
Kesabaran itu separuh iman. Semua ibadah butuh kesabaran.
QS. As-Sajdah: 24 "Kami menjadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami."
Di ayat tersebut Allah mengingatkan bahwa sabar dan keyakinan menjadi modal untuk kepemimpinan umat.
Nasihat dari Ustadz: carilah pasangan yang agamanya baik.
Karena dengan pemahaman agama yang baik, maka itu bisa menutupi kekurangan yang lain.
Rumah tangga pasti ada dinamikanya. Maka teruslah belajar dan jangan malu bertanya pada orang yang tepat.
Sesi 3. Warisan Dunia dan Akhirat - Ustadz Nizar Sa’ad Jabal, Lc., M.Pd
Harta itu seperti pisau bermata dua.Dunia ini seperti ular, saat dipegang halus mulus, tapi sebetulnya beracun dan berbahaya.
Di kisah Nabi Khidr dengan Nabi Musa, Allah memerintahkan Nabi Khidr untuk membangun tembok dengan tujuan untuk menjaga harta anak yatim yang masih kecil di bawah tanah tembok tersebut.
Kenapa sampai Allah jaga? Karena ternyata bapak anak itu orang shaleh.
Dari sini kita belajar bahwa kesalihan orangtua, keberkahan hidup orangtua semasa hidupnya akan dirasakan pula oleh anak keturunannya bahkan ketika mereka sudah meninggal. Masya Allah.
Seperti pepatah: apa yang kamu tanam, maka akan kamu tuai.
Maka kita harus yakin bahwa kebaikan akan melahirkan kebaikan pula, namun jika ada yang menyimpang (kebaikan tak melahirkan kebaikan) itu adalah takdir Allah. Begitulah manisnya iman.
Tadabbur QS Ali-Imran: 124-133
Di ayat 133, Allah memerintahkan kita untuk bersegera mencari ampunan dan mendapatkan surga-Nya. Kenapa diperintahkan untuk bersegera?
Coba kita mundur ke ayat 124, Jika kita bersabar dan bertakwa, maka Allah akan menolong kita.
Di sana kita harus sadar bahwa ada S&K untuk bisa dapat pertolongan Allah, yaitu dengan bersabar dan bertakwa.
Di ayat 130, Allah mengingatkan kita bahwa ada hal yang bisa menghalangi pertolongan-Nya. Apa itu? Baca lanjutan ayatnya. Riba dan obsesi dengan dunia. Astaghfirullah.
Nah sifat manusia ternyata suka males, mager, maunya ntar-ntar aja buat menghindari riba dan obsesi duniawi. Dengan alasan ini-itu. Merasa khawatir karena finansial belum stabil padahal Allah Maha Kaya.
Maka ayat 133 mengingatkan kita untuk bersegeralah! Gas! kalau bahasa sekarangnya.
Cepat lakukan kebaikan yang bisa menutupi kesalahan-kesalahn yang dahulu. Agar semua khilaf diputihkan sama Allah. Gunakan hartamu untuk setiap peluang kebaikan. Tobat sebelum terlambat dan kejar tiket surga-Nya.
Jangan sampai menyesal ketika harta tak membuat keluarga kita dekat dengan Allah.
Ingatlah kelak kita akan ditanya: Dari manakah hartamu? Untuk apa kau gunakan hartamu?
Ya Rabb, lindungi kami dari perbuatan sia-sia yang Engkau benci.
Tadabbur QS Al-Mu’minun: 51
Rasulullah SAW saja diperintahkan untuk makan yang baik-baik, apalagi kita?
Makanan yang kita makan, halal/haram, akan mempengaruhi terkabul do’a.
Ada hadits: Allah Maha Baik, maka Allah hanya akan menerima yang baik-baik saja.
Penghasilan yang baik > insya Allah keluarga dan keturunan jadi baik pula.
Dan sebaliknya, penghasilan yang buruk > keluarga dan keturunan jadi buruk pula.
Ustadz cerita ada seorang dokter yang anaknya susah sekali menghapal Al-Qur’an, ternyata usut diusut ruko yang dia sewa masih pake uang riba. Dokter tersebut bertobat, gak riba lagi. Alhamdulillah anaknya bisa lancar menghapal Al-Qur’an. Masya Allah.
Allah tidak menerima sedekah dari hal-hal yang kotor, seperti korupsi, curang, riba.
Itu seperti sholat tapi gak wudhu. Gak suci, Allah gak terima.
Sungguh tidak masuk surga, daging yang tumbuh dari harta yang haram.
Jadikanlah harta warisan kita kelak bersih, halal, berkah karena akan mempengaruhi anak keturunan kita juga. Sumbernya halal, pun digunakan untuk yang halal. Semoga Allah selalu jaga kita dan harta kita. Aamiin yaa Rabb.
Sesi 4. Pernikahan dan Tawakkal - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc.
Apa yang ada di benak kita tentang kehidupan Rumah Tangga?Complicated, jlimet, ada plot twist (?)
Akan ada banyak kejutan, banyak risiko, kayak roller coaster, banyak dinamikanya (?)
Road to marriage aja banyak kendala, apalagi pas masuk ke dunia rumah tangga :)
Sebelum menikah, mungkin salah satu poin checklist pasangan adalah rutin ke kajian.
Setelah menikah, siapa yang bakal menjamin pasangan kita bisa istiqomah kajian?
Istiqomah itu memang berat.
Pasangan kita gak bisa memastikan dirinya kelak bisa istiqomah, orang tuanya pun gak bisa menjamin dia istiqomah dengan segala sifat baik yang dia tunjukkan sebelum menikah.
Menikah itu inginnya seumur hidup kan?
Apakah kita sudah siap menerima perubahan pola pikir pasangan kita kelak? 1, 3, 10 tahun ke depan.
Akan menjadi hal yang sangat mungkin, di usia 20 tahun urusan baju dan sepatu harus matching sangat penting, namun belum tentu hal sama tetap penting ketika usia 30, 40, 50 tahun.
Contoh dari kisah nyata: istrinya mulai ikut kajian, tapi suaminya belum. Si istri mau coba implementasikan ilmu yang dia dapat. Dia mau berhijab. Tapi ternyata suaminya gak setuju. Padahal selama ini si istri selalu nurut sama suami, tapi untuk hal hijab dia kekeuh pada pendiriannya. Pola pokirnya berubah setelah ngaji. Ini hal positif sebenarnya, tapi ini menimbulkan cekcok, ini perubahan yang di awal pernikahan tak diduga.
Contoh lainnya dari kisah nyata: saat awal menikah, masih sama-sama berada di posisi karyawan biasa. Sabtu-Minggu bisa quality time berdua. Namun semakin lama karir tumbuh, posisi semakin tinggi. Kesibukan pekerjaan mencuri waktu yang awalnya untuk berdua. Apakah itu kepikiran saat sebelum menikah? Apakah kita siap dengan perubahan itu?
Jika orang yang masuk ke ruang lingkup pernikahan hanya mengandalkan logika, intuisi, analisis sendiri. Kemampuan manusiawi. Maka itu akan menghancurkan dirinya.
Kita gak bisa jika hanya mengandalkan diri sendiri. Kemampuan kita terbatas.
Ada perubahan-perubahan di masa datang yang kita gak tau.
Jika kita hanya mengandalkan checklist kriteria (berdasarkan hasil belajar/ikut kajian dan tanya dari yang sudah berumah tangga). Gak bisa.
Kita harus bertawakkal pada Allah SWT.
Ini lebih penting daripada semua checklist kita dipenuhi.
Jangan pernah merasa aman dalam rumah tangga.
Bersandarlah pada pertolongan Allah SWT.
Jangan mengandalkan kemampuan diri sendiri.
Allah SWT tau hal-hal gaib, di luar prediksi, analisis, intuisi, logika manusia yang terbatas.
Allah SWT yang mengatur ini semua.
Allah SWT yang berkehendak di setiap kejadian.
Pernikahan adalah hal yang kompleks.
Kita gak bisa mengandalkan diri sendiri.
Harus kuat bergantung pada Allah. Kuat do’a. Kuat istikharah.
Pernikahan adalah hal yang kompleks.
Kita gak bisa mengandalkan diri sendiri.
Harus kuat bergantung pada Allah. Kuat do’a. Kuat istikharah.
Awal dari tawakkal adalah ma’rifatullah. Mengenal Allah lebih dalam. Connect to Allah.
Segala sesuatu, ending-nya adalah kembali ke Rabbul’alamiin.
Hati manusia rapuh tanpa Allah. Hati kita lemah tanpa Allah.
Apakah kamu pernah gagal ta’aruf? Atau gagal menjelang hari H? Atau bahkan gagal di hari H?
Bagaimana perasaan kamu? Terpuruk? Sediiih.
Sebenarnya yang bikin terpuruk adalah ketika urusan gagal itu dianalisis dengan penilaian diri sendiri. Terlalu berkutat dengan pikiran sendiri. Lupa gak dikembalikan ke Allah.
Ingat QS Al-Baqarah: 216. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah.
Dengan iman kita gak akan hancur. Seperti Asiyah RA, yang tetap strong karena kekuatan tawakkal.
Tawakkal itu adalah amalan hati.
Bukan sebatas ucapan lisan. Atau terlihat di anggota badan.
Hati yang hanya bergantung pada-Nya.
Nah, seringkali ini blindspot orang yang telah menikah, lupa untuk mengkondisikan dan mendidik hatinya, lupa untuk menyandarkan semua pada Allah SWT.
Rumah tangga itu adalah hal yang pelik. Setiap rumah tangga punya kasus unik masing-masing.
Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS kurang baik dan sabar apa coba, tapi istrinya gitu, tidak beriman.
Namun mereka tak hancur karena bersandar pada-Nya.
Maka perbanyaklah meminta, berduaan dengan Allah, curhat ke Allah di waktu 1/3 malam.
Do your best! And have tawakkal. Insya Allah, Allah kasih petunjuk.
Bias dalam hidup itu banyak, pernah gak kita merasa bisa melalui suatu masalah dengan kemampuan diri sendiri, padahal seharusnya harus bertanya ke ahlinya, lalu ujung-ujungnya kita malah meledak. Itulah pentingnya do’a, istikharah, biar Allah kasih petunjuk.
Mending salah timing bertanya daripada gak bertanya sama sekali.
Tapi bisa juga pas kita sedang berusaha tanya pendapat orang luar, malah mentok sana sini.
Ternyata itu cara Allah SWT untuk melakukan plot twist. Awalnya mau memutuskan cerai, lalu Allah gerakkan hati pasangan untuk bertobat nasuha, dia berubah menjadi lebih baik, tidak jadi cerai. Ini kisah nyata, bagaimana Allah memberikan solusi dan rezeqi dari arah tak terduga.
Ayat tentang plot-twist. QS At-Talaq: 2-3
"... Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. ..."
***
***
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.
Acara ini diselenggarakan oleh HSI Sakinah.
Jazaakumullahu khairan katsiiran para Ustadz dan tim HSI Sakinah.


0 Komentar