Ini adalah pertanyaan berat yang selalu mengusikku sejak mau berangkat umroh, terlebih lagi sejak
tanggal keberangkatan semakin dekat, dan semakin terasa berat ketika mau meninggalkan tanah Haram
balik ke Indonesia.
tanggal keberangkatan semakin dekat, dan semakin terasa berat ketika mau meninggalkan tanah Haram
balik ke Indonesia.
Takut… kalau umroh yang membutuhkan energi, waktu, dan biaya yang tidak sedikit ternyata tidak
meninggalkan jejak kebaikan dalam diri.
Ya Allah, ‘oleh-oleh’ apa yang akan kubawa pulang?
Takut… saat sudah di sana, takut meninggalkan semua ketenangan, kenyamanan, dan kekhusyukan. Itu
semua priceless. Pengen terus di sini ajaa.
masya Allah di rumah-Mu jam biologisku otomatis menyesuaikan. Semuanya dimudahkan. Secapek
apapun, pasti kebangun 1-2 jam sebelum Shubuh. Dalam keadaan fresh. Gak ada tuh badan sakit-sakit,
atau mata merem melek.
desain bangunannya, adalah ketersediaan al-Qur’an di mana-mana, dalam kondisi yang amat sangat
baik. Dan sebanyak apapun orang yang sedang membaca al-Qur’an, stok yang ada di rak-rak juga tetap
terlihat banyak, masya Allah. Bahkan ada petugas di beberapa titik yang siap mendistribusikan jika ada
yang rak yang kekurangan dan mereka juga membantu meletakkan kembali ke rak ketika waktu sholat
telah tiba. Masya Allah!
Sebenarnya dari rumah aku membawa al-Qur’an sendiri juga, buat dibaca di perjalanan dan di hotel.
Tapi pas masuk sini, inginnya baca al-Qur’an yang ada di masjid, rasanya lebih spesial. Apalagi
membayangkan sudah berapa banyak orang dari berbagai negara di seluruh dunia yang juga membaca
al-Qur’an yang aku pegang. It’s cool.
pasti ada saat beribadah, itulah bedanya. Ketika sampai ke Saudi Arabia, semua distraksi itu lenyap.
Rasanya semua itu sangat jauh seperti jarak yang memisahkan Jakarta dengan Makkah dan Madinah.
Tapi ketika kaki kembali menginjakkan bumi pertiwi, perlahan satu per satu tugas yang ditinggalkan
muncul pop-up di pikiran, wkwk. Well, this is life. Justru dengan hiruk pikuk dunia mengingatkan kita
ketika lelah segera kembali pada-Nya, berlama-lama sujud mencurahkan segala keluh kesah pada-Nya,
recharge diri dengan meminta pertolongan-Nya.
semua priceless. Pengen terus di sini ajaa.
Ya Allah, akankah aku merasakan semangat ke masjid seperti di Haramain?Jujur, aku tuh pelor banget, ibadah yang paling berat bagi tubuhku adalah bangun malam tahajud, tapi
masya Allah di rumah-Mu jam biologisku otomatis menyesuaikan. Semuanya dimudahkan. Secapek
apapun, pasti kebangun 1-2 jam sebelum Shubuh. Dalam keadaan fresh. Gak ada tuh badan sakit-sakit,
atau mata merem melek.
Ya Allah, akankah aku semangat untuk berduaan mindful dengan al-Qur’an seperti di Haramain?Yang membuatku terpesona ketika masuk ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, selain suasana dan
desain bangunannya, adalah ketersediaan al-Qur’an di mana-mana, dalam kondisi yang amat sangat
baik. Dan sebanyak apapun orang yang sedang membaca al-Qur’an, stok yang ada di rak-rak juga tetap
terlihat banyak, masya Allah. Bahkan ada petugas di beberapa titik yang siap mendistribusikan jika ada
yang rak yang kekurangan dan mereka juga membantu meletakkan kembali ke rak ketika waktu sholat
telah tiba. Masya Allah!
Sebenarnya dari rumah aku membawa al-Qur’an sendiri juga, buat dibaca di perjalanan dan di hotel.
Tapi pas masuk sini, inginnya baca al-Qur’an yang ada di masjid, rasanya lebih spesial. Apalagi
membayangkan sudah berapa banyak orang dari berbagai negara di seluruh dunia yang juga membaca
al-Qur’an yang aku pegang. It’s cool.
Ya Allah, bisakah aku berlama-lama sujud seperti di sini saat pulang nanti?Kembali ke Indonesia artinya kembali ke realita. Distraksi pekerjaan kantor atau pekerjaan rumah itu
pasti ada saat beribadah, itulah bedanya. Ketika sampai ke Saudi Arabia, semua distraksi itu lenyap.
Rasanya semua itu sangat jauh seperti jarak yang memisahkan Jakarta dengan Makkah dan Madinah.
Tapi ketika kaki kembali menginjakkan bumi pertiwi, perlahan satu per satu tugas yang ditinggalkan
muncul pop-up di pikiran, wkwk. Well, this is life. Justru dengan hiruk pikuk dunia mengingatkan kita
ketika lelah segera kembali pada-Nya, berlama-lama sujud mencurahkan segala keluh kesah pada-Nya,
recharge diri dengan meminta pertolongan-Nya.
Semoga Allah mudahkan, izinkan kita semua, untuk selalu mengingat-Nya di setiap aktivitas, di setiap helaan nafas.
0 Komentar