Sebuah Pesan dari Syeikh Asal Palestina

Kemarin saat sedang asyik mengupas kentang, tanpa sengaja jariku ikut tersayat. Ugh, untungnya hanya sebagian kecil yang kena. Alhamdulillah gak berdarah, biasanya kalau ada luka yang berdarah, kepalaku bisa ikut pusing, mataku berkunang-kunang, lemes. Tapi walaupun hanya ujung kuku yang tersayat, rasa sakitnya bisa menjalar. Kalau terkena sabun, jadi perih, pengen nangis. Kalau gak sengaja keselip rambut, nyerinya kemana-mana. 

Ya Allah, dan rasa sakit di jari telunjuk ini mengingatkanku pada pesan seorang Syeikh asal Palestina saat #SmartClass "Al-Qur'an, Ramadan, dan Gaza" via Zoom beberapa hari yang lalu (16 Mei 2020), yang diadakan oleh SMART 171.

Pesan yang jleb banget dari Prof. Dr. Zakria Zamily adalah muslim ini seperti jari-jari tangan, harus bersatu dan bekerja sama agar tetap tangguh. Ketika ada satu bagian terkena masalah, maka yang lain harus harus siap (gercep) untuk menolong.

Kajian itu seperti sentilan bagiku, membuatku bertanya-tanya pada diri sendiri:
Sudah berapa kali menyelipkan saudara-saudara kita di Gaza dalam doa selama Ramadan ini?
Sudah berapa dalam pengetahuanku tentang apa yang terjadi di Palestina?
Sudah berapa banyak sedekah yang aku berikan untuk membantu perjuangan mereka sampai detik ini?

Memang di masa pandemi ini kita semua merasa berat. 
Ada yang Allah kasih ujian secara fisik, emosional, finansial, dsb. 
Tapi bukan berarti ujian itu memberhentikan kita dari menolong saudara kita yang lain.

Bukankah Rasulullah bersabda bahwa siapa yang menolong saudara(seiman)-nya maka Allah akan angkat kesulitannya. 
Siapa sih yang gak mau Allah tolong?

Coba sekarang kita berhenti sejenak memikirkan diri sendiri, lalu pikirkan mereka yang di Palestina. Bahkan sebelum ada pandemi COVID-19, kehidupan mereka sudah begitu berat, banyak yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal, putus sekolah, kekurangan makanan, dan deretan kesulitan lain yang bikin hati ini makin tersayat-sayat.
Ya Allah, kuatkan mereka...

Tapi mereka gak bersedih loh, ketika ditanya bagaimana perasaan mereka, mereka selalu menjawab mereka bahagia di sana karena menjadi garda terdepan tentara Allah dalam mempertahankan wilayah Islam. Masya Allah.

Di saat warga dunia merasakan lock down (saat itu di Indonesia "katanya" belum ada kasus COVID-19 sama sekali), ada pesan viral dari saudara kita di Gaza:

Rasanya "ditampar" dengan kata-kata itu...
Bagaimana rasanya lock down? 
Kita baru sekarang merasakannya, sedangkan mereka sudah bertahun-tahun.
Kita baru sebentar, terus sebentar-sebentar mengeluh. Mereka?

Jlebb... Ya Allah, sebegitu sibuknya kah hati ini hingga selama ini lupa dengan mereka.
Apa hati kita sudah mati rasa?
Apa mulut kita masih mau mengeluh saat diingatkan oleh mereka bahwa perjuangan mereka lebih berat?

Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari mereka yang berjuang di sana.
Syeikh tidak hanya membagikan cerita kesedihan dan kesulitan yang mereka alami, tapi juga semangat untuk terus dekat dengan Al-Qur'an dan terus husnudzon sama Allah.

Bismillah, berikut resume dari kajian kemarin:

QS 2: 185
Bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur’an.
Petunjuk bagi manusia di semua bidang: sosial, politik, ekonomi.

Di 10 malam terakhir, Rasulullah melakukan itikaf, lebih dekat dengan Al-Qur’an.
Membaca, mempelajari tafsir, mentadabburi, dan berdakwah.
Ini yang diharapkan juga kita lakukan.

Kini Coronavirus menyebar masjid ditutup.
Apa yang harus dilakukan?

Coronavirus di dalam Gaza.
Di sana keluarga-keluarga membuat grup-grup untuk belajar Al-Qur’an.
Kalau malam hari dihabiskan dengan ibadah dan membaca Al-Qur’an dengan imam masing-masing.
Coronavirus tidak terlalu mempengaruhi kehidupan beribadah di dalam Gaza.
Kedekatan kepada Allah insya Allah menjaga masyarakat dari Coronavirus.

10 hari terakhir saudara-saudara kita di Gaza bangga berada di Palestina yang menjadi prajurit terdepan melawan penjajah.

QS 2: 183
Allah memerintahkan kita untuk melakukan banyak kebaikan.
Salah satunya dengan memberi makan orang miskin.
Ini lebih baik jika kamu mengetahui.

QS 2: 186
Jika ada yang menanyakan tentang Aku.
Maka katakanlah Aku dekat.
Jadi masa Ramadan adalah masa doa diijabah oleh Allah.
Mereka menunggu masa-masa beribadah dengan khusyuk dan intens.

10 hari terakhir adalah istimewa karena ada 1 malam yang nilainya sama dengan 1000 malam.
Cek QS Al Qadr.
Doa-doa yang kita minta di malam itu akan dikabulkan.

Kuntum khairu ummah.
Allah jadikan umat Islam sebagai umat terbaik.
Tapi kok muslim kini seperti ini ya?
Jangan dilihat dari cara pandang logika manusia sekarang.
Tapi lihat dari sisi Al-Qur’an, sudahkah terhubung dengan Al-Qur’an?

Bagi saudara-saudara kita di sana, rasa bangga ada tapi juga ada kesedihan.
Setengah penduduk berada di bawah garis kemiskinan.
Lebih dari separuh kehilangan pekerjaan.
Air tidak bisa dikonsumsi, makin beracun.
Penelitian 2020 Palestina sudah gak layak untuk dihuni, kini sudah 2020.
Gaza semakin dipersulit.
Kondisi di Al-Quds amat sangat buruk.

Apa yang menjadi tonggak kekuatan muslim di sana?
Al-Qur’an!

Menghabiskan hari dengan bergaul dengan Al-Qur’an.
Alasan Allah memperjalankan Rasulullah dari Makkah ke atas langit, mampir dulu ke Al-Quds.
Allah ingin meng-highlight betapa pentingnya Al-Quds.
Jadi penting bagi kita untuk merebut kembali tanah suci dan kiblat pertama umat Islam.

Sekarang adalah kondisi terburuk, banyak krisis.
Gaza butuh dukungan dari kita: makanan, obat-obatan, kebutuhan pendidikan.
Mereka gak punya pabrik, gak bisa menghasilkan sendiri barang-barang kebutuhan.
SDA tidak ada, minyak gak ada.
Sulit hidup di Gaza.
Negara-negara di Arab meninggalkan Palestina.
Syeikh sangat bangga dengan muslim di Indonesia.
“Kami memanggil saudara kami di Indonesia untuk membantu kami.”
Because all the people leave us alone.
Kami sangat berterimakasih atas bantuan kalian.

Yuk teman-teman kita dukung terus saudara-saudara kita di Palestina.

Apa yang membuat mereka bertahan?
Mereka merasa satu keluarga.
Rasa sensitif mereka lebih terbangun karena semuanya merasa kesulitan
Saran syeikh untuk kita di Indonesia adalah bersatulah!
Jangan terpecah-pecah.
Jadilah seperti tangan dengan 5 jari, saling kerja sama.
Ummatan wahidah, ukhuwah Islamiyah.
Ada satu kena masalah yang lain langsung sigap menolong.

Kenapa kita terlahir muslim?
Untuk menjadi pemimpin dalam kemanusiaan.
Memberi contoh akhlak yang baik. Akhlakul karimah.
Menjadi Rahmatan lil’alamin.
Nilai Al-Qur’an diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah yang Syeikh harapkan juga kita lakukan di Indonesia.

***
Jazakumullah khairan teman-teman di SMART 171 yang telah mengadakan webinar SMART Class ini.
Semoga Allah terus memampukan dan menguatkan kita untuk berjuang membela saudara-saudara kita di sana.

Btw, SMART 171 = Solidarity of Muslim for Al-Quds Re-Taken Satu-Tujuan.
Kalau kalian mau belajar dan mau lebih dekat dengan Palestina, insya Allah SMART 171 adalah tempat yang tepat.
Salah satu gerakan mereka yang lagi trending adalah #BaikBerisik.
Buat yang mau tahu lebih lanjut tentang mereka, bisa kepoin IG @smart_171 mereka ya.
Tags: Palestina

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama