📚NICE HOMEWORK #3📚 Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah - Institut Ibu Profesional Batch #3

Bismillahirahmanirrahiim...
Ketika membaca materi matrikulasi minggu ini rasanya seperti menemukan oase di padang pasir (walaupun saya belum pernah ke padang pasir :p hehe) atau menemukan mata air saat mendaki gunung (hmmm walaupun saya pernah beberapa kali naik gunung tapi sayangnya belum pernah menemukan mata air :p) atau analogi yang lebih tepat bagi saya adalah seperti berhasil menginterpretasikan struktur molekul senyawa baru ---yang sebelumnya bisa nggak nyenyak tidur berhari-hari, kemana-mana ingetnya lembaran spektrum, penasaran...greget...lelah...antusias... campur aduk jadi satu, dan saat berhasil menginterpretasikan spektrum itu menjadi struktur molekul senyawa, rasanya masya Allah nyesss plong berkuadrat-kuadrat Alhamdulillaah--- (berhubung saya kuliahnya jurusan kimia dan kerjaan rutin selama penelitian setelah berkutat dengan peralatan laboratorium adalah membaca spektrum yang bentuknya kayak pola-pola abstrak warna-warni yang kalo diterjemahkan bisa menjadi struktur senyawa kimia *hayooo kebayang ga yang bukan anak kimia :p).

Oke, paragraf di atas itu baru sekedar intro karena saya (saat itu) masih bingung dengan apa yang mau ditulis, hehe. Tapi intinya sebelum mengikuti program Matrikulasi Institut Ibu Profesional ini, Alhamdulillaah saya sedang sangat tertarik dan semangat belajar tentang sejarah peradaban Islam terutama saat Islamic Golden Age, dan saya penasaran bagaimana caranya kita bisa mengulang kembali sejarah itu, kapan masa itu akan terjadi lagi (sesuai dengan bisyarah/kabar gembira Rasulullah), semoga saya, kamu, kita menjadi bagian dari generasi yang mengembalikan kejayaan peradaban Islam -Aamiin-. Terbayang dari beberapa buku yang saya baca (Muhammad Al-Fatih 1453, Lost Islamic History, dan 1001 Inventions and Awesome Facts from Muslim Civilization), di masa itu pendidikan dan ilmu pengetahuan sangat dijunjung tinggi, tentu saja ilmu pengetahuan tidak dipisahkan dengan agama seperti yang diajarkan oleh kaum barat di zaman sekarang, pendidikan gratis, perpustakaan dimana-mana, pemerintah sangat mendukung para pencari ilmu, orang-orang sangat suka menulis dan membaca buku (bayangkan zaman dulu belum ada teknologi buat mengetik tapi karya tulisan mereka jumlahnya luar biasa banyak, masya Allah...). Selain itu seminggu yang lalu, saya baru saja mengikuti kajian yang temanya “Riwajatmoe Doeloe: Sejarah Kejayaan Islam dan Kiat Mengembalikan Kejayaan Islam” di masjid Salman ITB, catatannya ada di sini. Masya Allah seperti ada benang merah, semoga ini petunjuk dari Allah J.

Jadi kata kuncinya adalah peradaban. Dan Allah sungguh Ia Yang Maha Mendengar apa yang dibisikkan oleh hamba-Nya, apa yang terungkapkan dalam do’a ataupun hanya bisikan sekilas di dalam hati. Allah menunjukkan (lagi) cara bagaimana membangun kembali kejayaan peradaban Islam, melalui materi matrikulasi minggu ini, dengan menjalani peran utama sebagai seorang wanita yaitu bangunlah peradaban dari rumah. Masya Allah...
Nah dari materi matrikulasi minggu ini, ada 3 poin penting yang ingin saya kutip, yaitu:
©    Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya.
©    Rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita.
©    Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendak-Nya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.

Jadi teringat sebuah hadist: “Siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.  Siapa mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatinya satu depa. Dan siapa mendekat kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil.” (HR Muslim)
Masya Allah terenyuh rasanya, bersyukur... Semoga ini jalan-Nya, semoga ini cahaya-Nya, semoga apa yang saya lakukan mendapat ridho-Nya, mendapat berkah-Nya, semoga ini memperteguh niat untuk semakin dekat dan cinta pada-Nya, niat untuk membangun peradaban dari rumah karena Allah, niat untuk menjadi bagian bangkitnya peradaban Islam, Bismillahirahmanirrahiim...
Daaaan, jeng...jeng...jeng, tulisan inti untuk menjawab nice homework sebenernya ada di bawah ini:
a.    Menuliskan suara hati dengan tema “Untukmu Calon Imamku”
Aku yakin engkau juga sedang menata diri, memperbaiki diri, memantaskan diri, berusaha lebih dekat dengan-Nya, dan belajar untuk mencintai-Nya. Bukankah jodoh adalah cerminan diri? Karena hal-hal itulah yang sedang kulakukan sekarang --Insya Allah--.
Jika niat kita sama untuk menikah, marilah sama-sama meluruskan niat. Niat menikah karena ibadah. Niat menikah karena Allah. Niat menikah karena ingin mengikuti Sunnah. Niat menikah karena ingin membangun pondasi peradaban. Ya! Peradaban Islam yang sesuai bisyarah Rasulullah pasti berjaya kembali. Bukan karena cinta kepada makhluk saat pandangan pertama saja dan bukan karena rasa-rasa semu yang tiba-tiba muncul.
Tentang kriteria, marilah kita bisikkan dalam setiap percakapan mesra dengan Sang Maha Cinta, biar Dia yang memutuskan apakah kriteria itu nanti akan ada atau tidak di diri kita masing-masing.
Semoga kita mampu bersabar menunggu lampu hijau dari-Nya. Semoga kita istiqomah untuk memantaskan diri karena-Nya. Semoga dalam penantian ini kita terus menggali ilmu sebagai bekal perjalanan bersama yang insya Allah diberkahi oleh-Nya.
Kemudian ketika nanti saatnya tiba. Marilah sama-sama berjuang membuat perencanaan lalu berlari bersama, walau mungkin terkadang harus berjalan atau merangkak dan terseok, intinya kita harus terus maju walau hanya dalam ukuran nanometer. Saling melengkapi dan saling menasehati untuk mencapai Jannah-Nya.
“There are two choices when it meets in love, fall in love and build up love. With you I choose the second. In order for our love into His palace in paradise.” -Salim A. Fillah-
“Love does not consist in gazing at each other, but in looking outward together in the same direction” -Antoine de Sains-Exupery-

b.    Menuliskan kekuatan potensi yang ada pada diri sendiri
Alhamdulillah berdasarkan analisis diri melalui beberapa bacaan berbau psikologi dan bertanya ke beberapa anggota keluarga dan sahabat, saya menyimpulkan kekuatan potensi pada diri saya adalah:
©    Suka mempelajari hal baru. Salah satunya adalah dari buku. Bukankah seorang muslim harus menjadi pembelajar sepanjang hayat? Yap, insya Allah semangat itu sudah terpupuk sejak dini, di keluarga saya pembiasaan membaca buku sudah ditanamkan sedari kecil bahkan sebelum bisa baca yang penting tertarik dulu dengan gambar yang ada di buku. Karena orang tua saya yakin buku adalah sahabat yang baik dan jendela untuk menjelajah dunia, rasa cinta pada buku pun tumbuh kuat hingga sekarang. Kalo punya uang lebih pasti yang terbersit pertama buat didatengi adalah toko buku!
©    Mudah merasa empati. “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
©    Memperhatikan detail.
©    Terorganisir.
©    Tenang.
©    Ramah. IbtasimJ = tersenyumlahJ. “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)

c.    Menuliskan misi rahasia hidup apa yang Dia titipkan ke diri ini (Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda.)
Ketika membaca poin ini saya jadi teringat kalimat ini:
“Everyone has been made for some particular duty, and the desire for that particular duty has been put in every heart.” -Rumi-
Sebelum menjawab poin ini, saya akan menuliskan wordle tentang hal-hal yang saya minati: eksplorasi alam - kerajinan tangan (khususnya origami) - penelitian di laboratorium - ilmu pengetahuan alam (khususnya kimia) - pendidikan - anak usia dini - menulis - membaca - kisah Islami - fotografi.
Well... saya yakin kecenderungan hati ini untuk menyukai hal-hal di atas juga karena atas seizin-Nya. Maka saya yakin -insya Allah- misi rahasia hidup yang Allah titipkan pada saya berhubungan dengan keterikatan antar kata di wordle tersebut namun ada juga hal-hal ‘rahasia’ yang saya yakin Dia siapkan sebagai kejutan indah dalam rangkaian peristiwa kehidupan, jadi intinya yaitu memaksimalkan potensi diri sesuai minat dan bakat dan hal-hal ‘rahasia’ dari-Nya lalu dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan makhluk Allah.
Di samping itu saya juga menyadari kadang tidak semua yang saya sukai bisa dilakukan secara bersamaan, ada saat-saat saya harus memilih mana yang harus dijadikan prioritas, saat-saat harus mengorbankan atau menunda hal yang disukai, saat-saat berdebat dengan orang tua untuk menentukan mana jalan yang akan diambil, tapi saya yakin karena ridho Allah dari ridho orang tua maka saya berusaha untuk sebaik mungkin mengkomunikasikan maksud saya. Karena jika niatnya baik tapi waktu dan cara penyampaiannya salah, bisa jadi hasilnya buruk. Sekarang saya masih berusaha untuk menemukan titik temu antara memenuhi harapan orang tua dengan passionJ. Semoga Allah selalu membimbing saya untuk dapat mengamalkan ilmu dan menebar manfaaatJ.
“Perhaps you hate a thing but it is good for you; and perhaps you love a thing and it is bad for you. And Allah knows, while you not.” [2:216]

d.    Menuliskan adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa anda dihadirkan di lingkungan ini? (Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda?)
Saya mulai menyadari bahwa kini kita hidup di masa mendekati akhir zaman. Begitu banyak tanda-tanda yang Allah tampakkan di sekitar kita. Bahkan di masa ini nampak jelas agama dipisahkan dari kehidupan sehingga menimbulkan banyak masalah... Isu kesetaraan gender, terorisme, pornografi, pelecehan seksual, penindasan umat Islam di beberapa negara, dan rentetan masalah yang rasanya tidak ada habisnya bermunculan. Bahkan meski sesungguhnya umat Islam jumlahnya besar namun terasa seperti buih di lautan, tidak tahu siapa jati dirinya, tidak tahu apa pijakannya, tidak peduli dengan saudaranya, buih yang ikut kemana arus membawa... Astaghfirullah...
Tapi saya yakin masa ini akan berakhir. Di beberapa tempat mulai bermunculan gerakan, komunitas, ataupun lembaga dakwah yang mengajak kita -umat Islam- untuk kembali menyelami siapa jati diri kita sebenarnya, mendalami apa yang seharusnya menjadi pijakan dan pedoman hidup kita. Dakwah yang mereka lakukan itu memanfaatkan teknologi dan disesuaikan dengan perkembangan zaman, ya! sebuah dakwah kreatif, menggunakan media sosial, gambar yang didesain menarik dan video animasi pendek namun tetap padat makna, masya Allah. Selain itu muncul pula peristiwa-peristiwa yang semakin menggugah kita untuk lebih peduli pada saudara sesama Muslim, aaaah saya optimis masa ini akan berakhir dan digantikan dengan kembalinya kebangkitan Islam (walau ini juga sekaligus tanda semakin dekat dengan kiamat T_T). Oleh karena itu, semoga kaki ini terus melangkah untuk menyusuri jalan lurus-Nya, semoga hati ini selalu tergerak untuk hadir di majelis-majelis ilmu, dan semoga semangat untuk berdakwah melalui karakter sebagai Muslim yang baik terus menyala. Allahu Akbar!!!
“The best dawah is your manners. The best naseeha is your example”

Miranti Banyuning Bumi
Peserta Matrikulasi Ibu Profesional Batch #3

Tags: Kelas Matrikulasi

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama