Bismillahirahmanirrahiim...
“Everyone has been made for some particular duty, and the desire for that particular duty has been put in every heart.” -Rumi-
Saat selesai membaca NHW #9 langsung teringat (lagi) quote Jalaluddin Rumi di atas...
Yap sejatinya tugas setiap kita adalah menebar manfaat, membuat perubahan ke arah yang lebih baik, perubahan yang diselimuti keberkahan-Nya... Maka sang pembawa perubahan itu disebut agen perubahan, dan agen perubahan itu adalah kita ^-^, insya Allah...
Di materi kali ini, saya diingatkan untuk mengoptimalkan potensi diri sebagai bekal menjadi agen perubahan. Untuk mewujudkannya dimulai dari EMPHATY, maka beberapa permasalahan sosial yang saya amati di lingkungan terdekat saya adalah:
v  Kebanyakan masyarakat (umumnya negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia) tidak akrab dengan sains, persepsinya adalah sains itu ngejelimet (susah), hanya sekedar teori2 hapalan, dan tidak dekat dengan kehidupan sehari-hari. Padahal sesungguhnya sains itu amat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan kita. Obrolan sehari-hari pun jarang banget bertema tentang sains (kalo ada yang memulai pun dianggap obrolan tingkat tinggi), padahal jika ingin bercermin pada negara-negara maju, obrolan bertema sains sangat akrab dimana-mana, obrolan santai yang menjadi cikal bakal lahirnya ide-ide brilian.
v  Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa origami hanya untuk anak TK. Hal ini tidak bisa disalahkan, karena apa yang mereka tahu hanya sebatas origami sederhana seperti kapal-kapalan, topi, dan pesawat-pesawatan. Padahal jika dilihat perkembangannya sekarang, origami itu terdiri dari 3 level (sederhana-intermediet-kompleks), ada yang 2D/3D, tradisonal/modern, bahkan sekarang origami dapat diaplikasikan menjadi suatu teknologi canggih (model satelit, air bag di mobil, mini robot di dunia medis, dan rancangan arsitek) ketika diintegrasikan dengan sains+matematika, intinya luas banget yang bisa dieksplor dari selembar kertas melalui origami!. Selain itu beberapa anak di sekolah tempat saya mengajar ‘ternyata’ motorik halusnya tidak sesuai dengai usianya. Hal ini saya simpulkan dari beberapa kali kegiatan membuat tugas yang kertasnya di’origami’in dulu, maka tampaklah beberapa anak kesulitan melipat dengan tegas dan rapi. Mungkin hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan bermain anak-anak sekarang yang berpindah dari aktifitas kreatif di dalam/luar rumah ke games digital.
v  Kebanyakan orang (di zaman sekarang) memiliki persepsi bahwa pendidikan itu tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik (baik di sini dalam arti menghasilkan banyak uang). Padahal sungguh tujuan pendidikan itu sebenarnya untuk “memanusiakan manusia”, untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih beradab. Menjadi manusia yang terdidik akan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. (Ini terinspirasi dari ceramahnya Ust. Nouman Ali Khan yang berjudul Career, Family, and Kids)
Setelah menelaah EMPHATY selanjutnya tambahkan PASSION untuk menemukan solusi dari masalah-masalah sosial tersebut.
v  Menyebarkan informasi tentang fenomena, eksperimen, dan proyek sains yang akurat dan dikemas secara menarik. Sumbernya bisa dari pengalaman mengajar sehari-hari atau hasil baca dari buku/website yang terpercaya. Dimulai dari menulis di medsos pribadi (instagram/facebook), selanjutnya ingin dibuat dalam bentuk website (kerja sama dengan teman-teman), dan tahap selanjutnya lagi ingin dalam bentuk buku ilustrasi. Insya Allah... Semoga dengan ikhtiar ini bisa mengembalikan sains kembali pada tujuannya, yaitu memberikan pemahaman alam semesta sehingga semakin dekat pada-Nya dan dapat menyelesaikan masalah lingkungan sekitarnya.
v  Mengajarkan dan memberi wawasan tentang origami. Jadi tidak hanya mengajarkan cara melipat kertas menjadi suatu bentuk yang luar biasa, tapi juga membagikan cerita di balik origami itu. Cerita bisa berupa sejarah, manfaat mempelajarinya, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (info terkini tentang teknologi yang terinspirasi dari origami). Sejak tahun 2013 akhir, saya sudah bergabung dengan Sanggar Origami Indonesia, di sana saya mendapat banyak ilmu tentang origami dan teman-teman komunitas yang menyenangkan serta suka berbagi. Alhamdulillaah karena bergabung di sana, saya beberapa kali berkesempatan ikut mengajar origami untuk anak-anak baik dalam bentuk les privat, kunjungan ke sanggar, atau acara bazar yang mengundang kami. Di tahun 2015, saya menghadiri Konvensi Origami Indonesia ke-1, Alhamdulillaah di sana bisa bertemu teman-teman dari berbagai penjuru kota di Indonesia yang sama-sama suka origami, yap secara tidak langsung kami menghidupkan kembali Komunitas Origami Indonesia yang selama ini hanya aktif di dunia maya. Di tahun 2017 ini, kamu pun bertemu lagi dalam Konvensi Origami Indonesia ke-2, Alhamdulillah nambah banyak ilmu dan wawasan tentang origami yang jadi bekal untuk ditularkan ke orang-orang sekitar, serta dapet teman-teman baru yang menginspirasi. Intinya insya Allah saya ingin terus menggali dan mengeksplor ilmu origami dari berbagai sumber dan dengan bergabung dalam komunitas. Di sekolah tempat saya megajar, saya selalu berusaha mengajak anak-anak melipat kertas tugas mereka menjadi bentuk tertentu agar lebih menarik dan memancing daya imajinasi serta kreatifitas mereka, sekalian latihan motorik halusJ.
v  Masalah terakhir ini adalah masalah terberat menurut saya, tidak bisa sendirian untuk mengatasinya, semua orang harus terlibat menjadi bagian dari solusi pendidikan yang kembali pada fitrah, untuk “memanusiakan manusia”, untuk membentuk pribadi yang lebih baik, yang beradab juga berilmu. Dimulainya tentu dari lingkungan yang terdekat dan terkecil, yaitu keluarga. Jaga komunikasi yang baik dengan keluarga dan berikan teladan yang baik untuk anak-anakmu (Parenting yang efektif adalah bukan melalui sekedar kata-kata tapi melalui contoh langsung dari orang tua, maka jadilah teman yang baik bagi anakmu, kita harus mengisi the big part of life anak-anak kita).  Cara memulainya adalah dengan meluruskan niat karena Allah dan menghubungkan setiap kegiatan yang kita lakukan untuk mencari ilmu dengan kebesaran-Nya. Sehingga ketika ilmu kita peroleh, hal itu akan semakin mendekatkan kita pada Sang Maha Pemilik Ilmu. Harapannya semakin banyak ilmu yang kita peroleh semakin semangat pula kita untuk menebarkan kebaikan dan keberkahan dari ilmu tersebut. Insya Allah...
Dengan rumus *PASSION + EMPHATY = SOCIAL VENTURE*, berikut adalah bagan social venture ala saya:


Miranti Banyuning Bumi
Peserta Matrikulasi Ibu Profesional Batch #3

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama