[Kelas Menulis FLP Banten] 6. Esai
Perpustakaan Prov. Banten
Minggu, 28 Oktober 2018
Hari minggu emang hari libur sih, tapi… suka ada saja acara mendadak atau kemalasan mendadak *ups (suka tergoda maunya leyeh-leyeh, backsong: The Lazy Song - Bruno Mars).
Jadi, kalau sudah komitmen mau mengambil kelas belajar seperti kelas menulis setiap hari minggu ini, siap-siap “ujian”nya banyak! #selfreminder
Nah, di pertemuan ke-6 ini, ada yang berbeda!
Biasanya kan kami belajar di ruang multimedia, tapi ternyata ada kejutan pagi-pagi ((jeng…jeng…jeng)) ada komunitas lain yang juga akan menggunakan ruangan ini.
Akhirnya kami mengalah (kurang tahu ini gimana penjelasan di balik “Kok bisa kami yang rutin menggunakan ruangan ini tapi kami yang mengalah?” hehe, yasudahlah, mungkin karena kami jumlahnya lebih sedikit, iya loh kemaren peserta yang datang cuma berlima! huhuhu, pada kemana yah yang lain[?]), lalu kami pindah ke Banten Corner.
Ruangan Banten Corner lebih berkesan formal gitu, kayak buat ruang rapat atau ruang sidang, haha. Dan sayangnya kami gak bisa lesehan.
Narasumber kami kali ini adalah Kang Lilo (Ahmad Rohili). Unik ya namanya, saat pertama kali mendengar namanya, aku langsung teringat “Lilo and Stitch”, hehe. Katanya Lilo itu merupakan nama yang diberikan rekan kerjanya saat Kang Lilo menjadi penyiar, mungkin biar lebih ear-catching ya! Selain penyiar, ia adalah esais (inilah kenapa ia diundang sebagai narasumber hari ini), juga wedding singer dan seorang guru.
Sebelum mulai materi, kita kenalan (lagi) sambil cerita-cerita alasan di balik “Perjalanan Menulis” masing-masing peserta. Lalu agar suasananya lebih akrab, kami boleh mengajukan pertanyaan apapun ke Kang Lilo.
Pertanyaan yang kuajukan adalah “Esai itu termasuk fiksi/non-fiksi?”
Kata Kang Lilo, esai itu mengandung porsi non-fiksi yang lebih besar, jadi unsur fiksinya tetap ada, tapi hanya sebagai bumbu. Alasan menyelipkan unsur fiksi ke dalam esai tersebut adalah agar lebih greget. *Nah, ini akan dibahas lebih lanjut saat sudah masuk ke materi, jadi silahkan terus membaca tulisan ini ya!
Pertanyaan lain yang kuingat adalah “Ciri esai yang bagus itu seperti apa sih?”
Esai yang bagus itu yang dibangun dari data-data yang bisa dipertanggungjawabkan, termasuk dari pernyataan tokoh-tokoh sehingga itu bisa memperkuat argumen kita.
Oke, sekarang kita masuk ke materi ya.
ESAI
👉Apa sih esai itu?Esai merupakan suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang dicoba dinilainya.
Bagi esais newbie, cobalah untuk menulis esai dengan tema yang bersahabat, tapi kalo mau yang lebih menantang dan kamu berani, bisa langsung ke tema kritik sosial/ekonomi/politik.
Menurut Kang Lilo, menulis esai ke surat kabar memiliki peluang yang lebih besar untuk dimuat karena esai merupakan tanggung jawab pribadi sang penulis bukan tanggung jawab redaktur.👉Ada berapa macam jenis esai?
Esai deskriptif = penggambaran orang/tempat.
Esai ekspositori = proses, membandingkan dua hal (misal: guru dengan entertainer)
Esai naratif = menulis ide dengan cara bertutur.
Esai dokumentatif = lebih ke arah penelitian.
👉Apa saja bagian-bagian esai?
Seperti tulisan pada umumnya, selalu ada bagian: pendahuluan, isi, dan penutup.
1. Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang dan pendapat pribadi (2-3 paragraf). Kita bisa menuangkan emosi seperti kegelisahan kita, misalnya: apa yang kita rasakan tentang fenomena gadget dan anak-anak.
2. Isi
Bagian ini untuk menjabarkan pendapat kita secara kronologis, misalnya: solusi dari kegelisahan fenomena tersebut bisa dari berbagai sisi (ekonomi, medis, agama, psikologis). Kita juga bisa menambahkan pendapat para ahli dan aktivis.
3. Penutup
Bagian ini tidak kalah penting loh. Jangan lupa tuliskan kesimpulan dan harapan-harapan kita seperti apa.
Di akhir esai, biasanya kita diminta menuliskan keterangan tentang siapa kita (background penulis). Yang perlu diingat adalah cantumkan latar belakang yang mendukung ya, misalnya kita mau menulis tentang parenting, maka boleh dicantumkan bahwa kita adalah member Institut Ibu Profesional/relawan komunitas parenting. Dan boleh juga membawa nama FLP Banten. *Tapi nanti ya kalau sudah lulus kelas menulisnya, baru sah jadi anggota FLP, hehe. Sekarang harus komitmen dulu belajarnya! #selfreminder (again).
Karena dengan mencantumkan latar belakang yang mendukung maka itu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi redaktur untuk memuat tulisan kita.📝TIPS MENGAWALI TULISAN
Suka ngerasa gak sih kalau membuat kalimat pertama itu susyaaah banget, tapi kalau sudah menemukan "Aha!"nya, kesananya mah gampang, hehe.
Berikut tipsnya:
✎Gunakan kalimat tanya
Contoh: "Pernahkan Anda bertemu dengan seorang remaja kemudian dia berkata kasar tanpa melihat dengan siapa dia berbicara?"
✎Gunakan anekdot
Contoh: “Seberapa gregetnya loe blablabla?” *ini lelucon yang lagi viral
✎Curhat dihubungkan dengan perenungan
Contoh: “Saat berbelanja di salah satu pasar tradisional hari minggu kemarin, aku melihat betapa banyaknya tumpukan sampah di sela-sela kios pedagang. Mungkin itu adalah tumpukan sampah kemaren yang belum diangkut oleh para pahlawan sampah. Aku membayangkan apa yang terjadi jika dua atau tiga hari tiba-tiba para pahlawan sampah mogok kerja, seperti apa jadinya kondisi pasar ini.”
✎Memasuki ingatan pembaca
Contoh: “Kita semua tahu bahwa sekolah pertama itu adalah ibu.”
✎Memakai perumpamaan (analogi)
Contoh: “Mencari jodoh itu sama sulitnya dengan memilih jurusan.” #padabaperdeh
✎Menyodorkan data
Contoh: “Data menunjukkan bahwa kualitas keju yang ada di pasaran Indonesia hanya mengandung tidak lebih dari 10% susu.”
Saat bagian penjelasan yang di atas, Kang Lilo memberikan contoh langsung on the spot loh! Salut deh kok bisa-bisanya menulis cas-cis-cus gitu. Iya, langsung diketik di Ms. Word laptopnya. Menulisnya kayak gak pake mikir, ngalirrr aja ide-ide dari dalam kepala lalu berubah menjadi tulisan. Keren! *bikiniri, haha.Di sela-sela penjelasan tentang esai, karena ada topik tentang guru, ada kutipan menarik nih:
Aku adalah guru. Guru adalah seorang pemimpin. Tidak ada hal ajaib pada diriku. Aku tidak berjalan di atas air. Tidak pula membelah lautan. Aku hanya mencintai anak-anak. -Marva Collins*menurutku sih itu so sweet banget kalimat terakhirnya.
📝TIPS MEMBUAT JUDUL
Lagi-lagi bagi penulis newbie, ini penting (pake banget)!
Ini merupakan strategi menarik perhatian redaktur.
Tapi kalau bagi penulis yang sudah punya “nama”, ini gak terlalu penting sih. Misalnya Tere Liye membuat buku dengan judul “Pulang” aja udah laku keras, kalau kita belum tentu. *bukan pesimis, tapi realistis, hehe
Jadi berikut tips dalam membuat judul:
✎Bermain di suku kata
Contoh: “Kebut Membawa Maut”, “Horor Pelakor” *ini kayaknya kata-kata sejenis: penikung, pelakor, teman makan teman, lagi ngehits banget -_-
✎Penggabungan Istilah
Contoh: “Mompreneur” ini sudah biasa, coba ganti dengan “Emakpreneur”; “Gurutrainer”; “Gurupreneur”
✎Masukkan istilah kekinian
Contoh: Istilah “Zaman Now” bisa menjadi ide untuk membuat judul “Seberapa Gregetnya Dosen Zaman Now?”
✎Kata yang membuat penasaran/tidak lumrah/unik
Contoh: “Santun”, “Pelik”, “Dermawan Bu Rupiah”, “7 Cara Menumbuhkan Kreativitas Anak”
✎Kurangi kata asing
Contoh: “Urgency Sampah” diganti menjadi “Darurat Sampah”
📝TIPS MENULIS ESAI
✎Ungkapkan perasaan (sisi fiksi). Ini menjadi bagian yang memikat pembaca/redaksi. Misalnya: saya marah, hati saya berkecamuk. Catatan: jangan lebay dalam mengungkapkan perasaan!
✎Carilah sisi yang berbeda jika kita mengambil tema yang sedang booming saat itu. Karena orang-orang zaman sekarang suka kepo dengan “sisi lain” suatu kejadian/seseorang.
✎Buatlah outline! Agar tulisan kita gak melebar kemana-mana.
✎Berikan sentuhan terakhir.
✎Tambahkan nilai pembelajaran kehidupan pada tulisanmu, jadi bukan sekedar pemberitaan.
✎Kuatkan argumen. Jika kamu ingin memilih salah satu sisi, maka yang harus kamu lakukan adalah memperkuat argumen dengan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.
✎Biarkan pembaca yang menentukan pilihannya! Terkadang tugas penulis hanyalah memaparkan sisi negatif dan positif, lalu biarkan pembaca berpikir untuk menentukan pilihannya sendiri.
✎Kalau ada kegiatan mendadak nan penting yang harus dilakukan (distraction alert!), tulis aja dulu poin-poin yang akan dituliskan selanjutnya. Karena inspirasi seringkali tidak datang 2x!
“Tulis saja anak muda… Apapun itu… Tulis saja!” -Pramoedya A. ToerAda kata-kata menarik yang oke banget untuk menjadi motivasi setiap (calon) penulis:
Jika tulisanmu belum lolos, jangan khawatir kalau itu akan mubazir. Simpanlah! Endapkan tulisanmu beberapa saat. Lalu kamu bisa menambahkan sentuhan baru di dalamnya. Percayalah, tak ada tulisan yang mubazir. -Lilo Rohili📝Terakhir, yang selalu menjadi penutup di setiap kelas menulis adalah latihan menulis on the spot!
Tema: Guru Belajar *efek habis ikut Temu Pendidik Nusantara awal bulan Oktober (masih hutang catatannya di-share di blog nih)
Siapa bilang guru tidak perlu belajar lagi?
Siapa bilang guru harus tahu semuanya?
Dua kalimat tanya itu adalah kata-kata yang dilontarkan oleh Bu Najeela Shihab. Beliau merupakan inisiator Komunitas Guru Belajar. Beliau merasa perlu membuat simpul untuk menyatukan guru-guru senusantara yang memiliki semangat yang sama untuk menggerakkan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Beberapa minggu yang lalu, saya baru saja mengikuti Temu Pendidik Nusantara, sebuah konferensi tahunan Komunitas Guru Belajar. Benar-benar merinding rasanya bisa berkenalan dan berinteraksi langsung dengan guru-guru dari berbagai daerah bahkan dari pelosok nusantara. Yang menjadi catatan di sini adalah para guru datang ke sini, murni untuk belajar, bukan karena insentif atau iming-iming lainnya. Ya, bukankah lebih indah jika keinginan untuk terus belajar datang dari dalam diri sendiri?
Biasanya setiap tugas dibacakan oleh pembuatnya masing-masing. Tapi kali ini Kang Lilo bersikeres membaca tulisan kami. Kami (para peserta) langsung gak pede gitu dengan tulisan yang gak mudah terbaca, hehe, termasuk aku. Tapi kata Kang Lilo, tenang aja karena dia udah biasa membaca tulisan anak-anak muridnya yang juga gak kalah sulit dibaca kok, hwehehe.
Karena bukunya dikumpulkan aku gak sempat menulis semua masukan dari Kang Lilo, yang kuingat ada 3 poin:
✎Sampaikanlah kritikan dengan cara yang santun dan anggun. Cek diksi!, misalnya kata “iming-iming” masih berkesan negatif, jadi coba diganti ya.
✎Tidak perlu menuliskan kata Ibu/Bapak sebelum nama, langsung saja tulis namanya. Serta ganti kata beliau dengan dia, karena kata beliau sudah menunjukkan keberpihakkan kita pada tokoh tersebut.
✎Ganti kata “beberapa minggu yang lalu” dengan tanggal yang pasti, misalnya: 5-7 Oktober 2018.
Oiya, ada tantangan dari Kang Lilo, yaitu: siapa yang berhasil menulis esai dalam waktu 2 bulan ini kemudian lolos diterbitkan di media, maka akan mendapatkan hadiah!
Apakah hadiahnya? ((Jeng…jeng…jeng… Kasih tahu gak yaa))
✎Salam literasi!
Serang, November 2018
Miranti Banyuning Bumi
0 Komentar