Kota tempat kami mendarat di Saudi Arabia adalah Jeddah “Pintu Gerbang Dua Tanah Haram”! ‎Alhamdulillah setelah menempuh 9 jam perjalanan kami sampai dengan selamat lahir batin di kota ‎tempat Nenek umat manusia dimakamkan ‘Siti Hawa’.‎

Umroh, Bukan hanya Perjalanan Fisik tapi juga Perjalanan Hati

Sabtu, 12 November 2022. Kuala Lumpur – Jeddah – Madinah ‎

Ujian pertama sejak menginjakkan kaki di tanah Arab adalah paspor Mama sempat ditahan oleh mbak ‎petugas imigrasi. Dia bolak-balik membandingkan antara foto di paspor Mama dengan foto pasporku, ‎foto di komputer, dan wajah Mama. Terus dia geleng-geleng dengan ekspresi ‘something wrong’. ‎Alhamdulillah saat itu aku gak merasa panik atau degdegan berlebihan. Mungkin karena ini kan niatnya ‎buat ibadah umroh, jadi sudah kebentuk mindset serahkan saja semuanya ke Allah. Terus mbak ‎petugasnya juga masih muda kayak anak kuliah, bahasa tubuh dan ekspresinya gak terlalu ‎mengintimidasi seperti petugas imigrasi lainnya. Aku kalem tapi penasaran, kenapa sih mbak? ‎

Aku berusaha komunikasi dengan mbak petugas pake bahasa Inggris, tapi antar mereka malah sibuk ‎‎‘berdebat’ pake bahasa Arab. Qadarullah aku dan Mama ternyata di barisan akhir dalam rombongan, ‎jadi yang lain sudah keluar duluan dari area pemeriksaan, termasuk mas koordinator karena mengira ‎semua sudah keluar. Jadi aku cuma bisa ‘curhat’ via telpon ke koordinator yang dia pun gak bisa apa-apa ‎karena sudah di luar, aku hanya diminta menunggu dan berdoa. Baiklah.‎

Akhirnya setelah beberapa menit menunggu, paspor Mama dikembalikan tanpa memberikan penjelasan ‎kenapanya, dan mbaknya hanya bilang, “No, nothing. Bye.” Lega sekaligus menyisakan kebingungan.‎

Lesson learned-nya: gak semua hal butuh penjelasan secara detail atau dengan logika. Kalau ikhtiar ‎sudah, serahkan ke Allah, yasudah jangan overthinking. Relax, Miranti. Menunggu sambil dzikir saja, ‎berdoa. Let Him do the rest because He knows the best for me, always.‎

Setelah keluar dari bandara King Abdulaziz International Airport, kami langsung menuju bus. Koper-‎koper sudah bertumpuk rapi dikumpulkan oleh tim UTM, alhamdulillah jadi kami tinggal duduk manis di ‎bus. Perjalanan dari Jeddah – Madinah sekitar 6 jam. Sepanjang perjalanan yang kami lihat ada padang ‎pasir, bebatuan, dan sekali-kali semak belukar, jarang terlihat rumah, lalu semakin lama semakin gelap. ‎Eh, kelihatan ada domba dan unta juga! Masya Allah seneng melihat unta di habitat aslinya.‎

Saat Ashar kami sempat berhenti sebentar di rumah makan. Lumayan bisa sambil gerak-gerakin badan ‎yang kaku. Setelah sholat, kaum ibu-ibu mulai berburu oleh-oleh. Di area depan rumah makan, sudah ‎berjejer abang-abang penjual madu dan berbagai kacang, mereka bisa bahasa Indonesia! “Seratus ribu ‎saja!”, “Seratus ribu Anies Baswedan.”, “Sudah menikah?” XD

Alhamdulillah kami sampai di Hotel Taiba Front jam 19:00. Alhamdulillah dapat hotel yang bener-bener ‎dekat pelataran Masjid Nabawi, kurang dari 5 menit sampai. Masya Allah saat turun bus langsung ‎kelihatan minaret Masjid Nabawi beberapa puluh meter di depan mata! Duh, rasanya langsung pengen ‎lari dan bersujud di sana. Tapi badan berkata lain, lelah banget dan gak nyaman belum ganti baju habis ‎perjalanan panjang. Jadi kami segera check-in, bagi-bagi kartu akses kamar, aku dan Mama sekamar ‎dengan mbak Uchi dan Ibunya. Makan malam, mandi, terus langsung ke masjid Nabawi!‎

Ya Allah, detik-detik menginjakkan kaki di selasar Masjid Nabawi untuk pertama kalinya itu rasanya sulit ‎dilukiskan dengan kata-kata, tenang banget suasananya di malam itu. Gak terlalu dingin, pas buat badan ‎manusia tropis. Hal pertama yang tertangkap mataku adalah seorang anak perempuan berkepang dua ‎yang berlari-lari bebas di selasar dengan wajah yang super ceria, jadi tertular happy lihatnya! Kalau gak ‎malu, aku ikutan lari deh, hehe. Meskipun saat itu rombongan kami belum langsung masuk ke masjid, ‎sholat jama’ah Maghrib dan Isya di pelatarannya saja, tapi rasanya sudah bahagia dan penuh syukur. ‎Seperti perasaan pulang ke rumah, damai…tenang…nyaman.‎


Minggu, 13 November 2022. Ibadah di Masjid Nabawi dan Ziarah Lokasi Bersejarah di sekitarnya.‎

Alhamdulillah otomatis kebangun jam 3, loading dulu ini di mana ya… Ohiya di kamar hotel di Madinah!‎

Kamar yang kami tempati untuk berempat. Isi kamarnya standar ada 4 tempat tidur single, sofa dan ‎meja, lemari, TV, dan 1 kamar mandi. Dan ternyata kami dapat bonus. Jadi ada satu pintu utama yang ‎ketika dibuka isinya adalah 2 kamar tidur (@4 orang), lalu di antara kamar tersebut ada lorong, ruang ‎tamu dan dapur! Dan yang membuat kami para kaum perempuan super happy adalah ada mesin cuci di ‎dapur. Alhamdulillah, dapur tiba-tiba langsung berubah jadi ruang jemur dadakan, lumayan jadi gak ‎bawa baju kotor terlalu banyak.‎

Setelah mengumpulkan nyawa sejenak, wudhu, kami langsung bergegas ke Masjid Nabawi. Sepanjang ‎perjalanan gak berhenti bersyukur karena masih ngerasa antara percaya gak percaya, aku sudah sampai ‎di kota tempat hijrahnya Rasulullah SAW. Di tempat kaum muslimin golongan awal akhirnya ‎mendapatkan ketenangan untuk beribadah dan menunjukkan ke-Islam-annya setelah bertahun-tahun ‎ditekan dan disakiti oleh Quraisy. Dibandingkan dengan keadaanku sekarang, perjuanganku terlihat ‎bukan apa-apa dibanding perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat untuk sampai ke kota ini dan ‎membangun masjid ini.‎

Alhamdulillah lokasi hotel sangat dekat dengan pintu masuk khusus perempuan. Ya Allah, akhirnya bisa ‎menjejakkan kaki ke dalam masjid Rasulullah. Haru dan bahagia. Penuh sekali orang di sini, penuh tapi ‎tidak terasa sempit ataupun sesak, selalu ada ruang untuk yang baru datang. Alhamdulillah di sini aku ‎merasa menjadi saksi bahwa mereka yang datang ke sini, Allah undang tanpa mengenal asal negara, ‎suku, warna kulit, status sosial, bentuk rupa fisik. Intinya Allah undang siapa yang Dia mau undang ‎tanpa melihat semua itu.‎

Shubuh di sini ternyata jam 5 lewat, jadi lumayan waktu jedanya setelah shalat malam. Buat aku ini ‎godaan berat, baca Al-Qur’an pake ngangguk-ngangguk ngantuk jadinya. Butuh gerakin badan sebentar ‎biar gak tertidur. Dan habis Shubuh kerasa lebih dingin ternyata, jadi besok harus pake jaket.‎

Saat jalan kembali ke hotel, langitnya masya Allah bagus banget, warna lembayung gradasi pink, baru ‎kali ini melihat langit dengan warna selembut itu. Tak lama kemudian, perlahan-lahan semua payung di ‎selasar masjid mengembang terbuka, membuat semua orang langsung terhenti dan menengadah ke ‎atas. Masya Allah! Bahkan burung-burung juga ikut menyambut indahnya pagi itu, ramai kicauannya.‎

Setelah sarapan di hotel, kami kembali berkumpul di selasar Masjid Nabawi. Hari ini agendanya adalah ‎ziarah lokasi bersejarah di sekitar masjid Nawabi.‎

Lokasi pertama yang kami datangi adalah tempat jenazah Rasulullah dimandikan. Langsung terbayang ‎kisahnya saat itu Umar ra. teriak tak percaya bahwa Rasulullah SAW telah meninggal. Betapa hancurnya ‎hati para sahabat dan seluruh umat muslim di kala itu. Ditinggalkan selamanya oleh Rasulullah SAW. Kita ‎saja yang belum pernah bertemu beliau sedih saat mendengar kisahnya. Apalagi mereka yang pernah ‎bertemu langsung dengan beliau, berinteraksi dengan beliau, diajak ngobrol, diajak bercanda, ikut ‎sholat berjama’ah yang diimamin oleh beliau, duduk khusyuk di halaqah beliau. Pasti sangat kehilangan ‎banget. Ya Allah rindu beliau...‎

Tapi sayang lokasi ini belum direnovasi sejak COVID-19, jadi tampak seperti taman tak terurus, sedih.‎

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ziarah di area Masjid Nabawi, ziarah Raudhoh tapi dari jauh ‎dulu, ziarah makam Rasulullah juga dari jauh, dan ziarah makam Baqi’ (areal pemakaman yang ‎menyimpan jasad sahabat-sahabat Rasulullah SAW). Di setiap lokasi, Ustadz yang mendamping ‎rombongan kami selalu memimpin doa. Ya Rabb, semoga Engkau kumpulkan kami kelak di surga-Mu ‎bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya.‎

Agenda dari travel berakhir sekitar jam 9an, setelah itu acara bebas. Mama dan aku lanjut sholat Dhuha ‎di masjid Nabawi. Lalu coba jalan sedikit keluar dari selasar masjid, ada stand-stand jualan makanan, ‎minuman, dan printilan. Dan karena matahari mulai tinggi, akhirnya kami memutuskan beli es krim! ‎Lumayan 10 real. Rasanya unik, ada sentuhan rasa rempah dan taburan kacang. ‎

Setelah itu kembali ke hotel untuk makan siang dan kembali lagi ke masjid Nabawi di setiap waktu sholat. ‎Tenang banget rasanya di sini, aktivitas benar-benar berpusat pada sholat, Al-Qur’an, dan berdzikir ‎pada-Nya.‎


Senin, 14 November 2022. Ibadah di Masjid Nabawi dan Ziarah Kota Madinah.‎

Alhamdulillah pagi ini bisa sholat malam dan Shubuh di masjid Nabawi lagi. ‎

Hari ini setelah sarapan, agendanya adalah keliling kota Madinah:‎

  • Masjid Ijabah* (terletak sekitar 500an meter dari Masjid Nabawi)‎
  • Masjid Bilal bin Rabbah* Ini adalah sahabat yang Rasulullah dengar ada bunyi tapak sendalnya di ‎surga, masya Allah. Apa rahasianya? Beliau selalu menjaga wudhu. ‎
  • Masjid Quba’. Di sini kami sempat berhenti beberapa saat untuk sholat sunnah. Masjid yang ‎pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW. Yap bayangkan masjid ini dibangun dengan tangan ‎Rasulullah SAW sendiri, ingin rasanya berlama-lama di sini.‎
  • Jabal Uhud. Di sini ada pemakaman para syuhada Uhud. Yang masih ada nisannya adalah nisan ‎Hamzah bin Abdul Muthalib. Ingat kan ya kisahnya? Beliau yang mati syahid lalu dibelah ‎dadanya lalu dimakan jantungnya. Ternyata ketika daerah ini pernah banjir, jasad beliau ‎terangkat keluar dari tanah tapi dengan kondisi masih utuh bahkan darah segar masih mengalir. ‎Masya Allah! Begitu ya kalau jenazah orang yang mati syahid karena menegakkan agama Allah, ‎mikroorganismepun segan untuk menyentuh jasadnya.‎
  • Pasar Kurma. Aku excited sebenarnya karena mau melihat kebun kurma, tapi ternyata itu ‎inisiatif masing-masing kalau mau jalan ke kebun kurmanya yang berada di belakang toko. ‎Sebagian besar yang datang langsung khusyuk di dalam toko memilih oleh-oleh. Enaknya di sini ‎kita bisa coba nyicipin dulu, penjualnya bisa bahasa Indonesia bahkan menerima pembayaran ‎dalam bentuk rupiah!‎
  • Masjid Qiblatain* (Masjid yang menjadi menjadi saksi perpindahan arah kiblat kaum Muslim)‎
  • Masjid Sab’ah* (Masjid Tujuh tapi sekarang tinggal Lima. Dulunya merupakan pos-pos ‎penjagaan selama Perang Khondaq (Perang Ahzab))‎
  • ‎Area Khandaq* Langsung membayangkan bagaimana di masa itu Rasulullah dan para sahabat ‎menggali parit mengelilingi Madinah dengan tangan mereka sendiri. Subhanallah.‎

‎*= hanya dilewati

Setelah perjalanan, sore ba’da Ashar kami diberi arahan singkat mengenai tata cara Umroh. Artinya ‎sudah mau meninggalkan Kota Nabi. T_T ‎


Selasa, 15 November 2022. Raudhoh dan hari terakhir di Masjid Nabawi, menuju Makkah.‎

Agenda yang ditunggu-tunggu tiba, ke Raudhah! Salah satu tempat yang ada di dalam masjid Nabawi ‎yang merupakan tempat mustajabnya doa dan merupakan taman syurga.‎

Kami sudah berkumpul dari sebelum Shubuh, langsung ambil posisi sholat di selasar masjid yang dekat ‎dengan Raudhah. Excited, ramai sekali dan penuh sesak antriannya. Antrian di sini bukan puluhan, tapi ‎ratusan. Masya Allah sebanyak ini ya yang rindu Rasulullah, dan antrian ini terjadi tiap hari kan…‎

Sempat agak chaos karena ada beberapa orang yang bukan rombongan dan badannya lebih besar ‎daripada kita orang Asia mau nyelip di antrian kami. Ustadzah pemimpin rombongan kami beberapa kali ‎mengingatkan untuk jaga barisan, pegang yang di depan dan di belakang agar tak terputus, karena kalau ‎ada yang ‘menyusup’ nanti kuotanya berkurang.‎

Bagaimana rasanya saat di Raudhah?‎

Setelah antrian panjang yang diselingi isak tangis. Akhirnya Raudhah tinggal beberapa langkah lagi. ‎Takbir dan tangis makin terdengar dari segala arah. Ya Allah semakin dekat ya… Teringat cerita mba Devi ‎yang saat masuk ke sini rasanya seperti ada air terjun menyirami kepalanya, tapi gak basah, terasa ‎efeknya sejuk dan adem. Sejak mendengar cerita itu aku selalu penasaran seperti apa nanti rasanya ‎ketika masuk ke Raudhah. ‎

Rasanya seperti dipeluk. Erat banget dan nyaman. Gak bisa berhenti mewek dari awal masuk Raudhah, ‎pas sholat sunnah semakin menjadi-jadi, hingga berdo’a. Ya Rabbi… Kayak hancur pertahanan diri, puas ‎rasanya ngadu semua hal ke Allah, memohon ampunan-Nya. Kangen banget sama Rasulullah. Pengen ‎ketemu, pengen ‘pulang’, tapi PR di dunia belum selesai. Rasanya ingin lebih lamaaa, tapi kasihan masih ‎banyak yang ngantri. Ya Allah semoga bisa ke sini lagi, lebih lama, lebih dekat dengan Rasulullah.‎

Keluar dari sini, semua mata terlihat sembab. Campur aduk rasanya pasti, bahagia karena bisa sedekat ‎itu dengan Rasulullah, sedih karena hanya sebentar bisa di sana, tenang karena baru saja curhat ke ‎Allah.‎

Karena hari ini adalah hari terakhir kami di Madinah, setelah sarapan di hotel langsung ke Masjid Nabawi ‎lagi. Memanfaatkan setiap detik yang tersisa. Sholat sunnah, baca Qur’an, dzikir, banyak-banyak ‎berdo’a hingga Dzuhur. Kami sempat menyaksikan ternyata beberapa menit setelah Dzuhur, atap masjid ‎di bagian kubah dibuka, sepertinya sengaja ya buat sirkulasi udara dan sinar matahari, benar-benar ‎didesain dengan sangat baik dan memperhatikan segala aspek. Masya Allah takjub banget saat melihat ‎perlahan-lahan atap terbuka lalu sinar matahari masuk menerobos ke dalam masjid, light upon light.‎

Jam 13:30 bismillah rombongan otw Makkah. It’s really hard to say goodbye to Madinah. Kota yang ‎bikin hati tenang, damai, nyaman seperti di rumah, cuaca juga sangat bersahabat. Gak terlalu terik, juga ‎gak terlalu dingin mengigit. Alhamdulillah pas, enak banget di badan. Semoga bisa datang kembali ke ‎kota Nabi. Sebelum sampai Makkah, kami berhenti di Bir Ali untuk mengambil miqot.‎

Jam 20:30 alhamdulillah sampai hotel di Makkah. Kabar baiknya adalah hotel kami di-upgrade jadi lebih ‎bagus karena yang sebelumnya belum selesai renovasi. Tabarakallah. Dari Hilton Convention jadi Hilton ‎Suite. Bener-bener bintang lima ini! Kalau di Hilton Convention lumayan jalannya ke Masjidil Haram, kata ‎Ustadz agak menanjak. Kalau di Hilton Suite tinggal nyebrang sudah sampai pelataran Masjidil Haram. ‎Masya Allah… Alhamdulillah, dapat bonus nikmat lagi dari Allah.‎

Jam 22:30 kami kumpul di lobby buat Umroh. Bismillah.‎


Rabu, 16 November 2022. Umroh dan Fokus Ibadah di Masjidil Haram.‎

Tengah malam kami masih menjalani ibadah umroh. Lagi-lagi antara percaya gak percaya, ini sedang di ‎Makkah! Yang kalau di Indonesia jam segini waktunya tertidur lelap, ini di sini benar-benar ON body-‎mind-soul. Bahkan di rombongan kami ada beberapa yang sudah sepuh, tapi masya Allah saat ibadah ‎umroh kuat loh ngikuin ritme.‎

Saat tawaf tidak ada bacaan atau dzikir tertentu, jadi ini salah satu kesempatan untuk banyak-banyak ‎berdoa. Kalau sarannya Ustadz Adi Hidayat, kita bisa mendoakan khusus untuk orang/kelompok di ‎setiap putaran, misalnya putaran pertama untuk kedua orang tua, putaran kedua untuk saudara ‎kandung, putaran ketiga untuk keluarga besar, putaran keempat untuk sahabat dekat, putaran kelima ‎untuk teman dan kolega, putaran keenam untuk seluruh umat muslimin di seluruh dunia, putaran ‎ketujuh untuk diri sendiri.‎

Bagiku, nuansa Masjidil Haram beda banget sama Masjidil Nabawi. Yang terasa dominan adalah nuansa ‎megah, terbayang keagungan dan kekuasaan Allah yang begitu besar. Allahu Akbar. Saat pertama kali ‎melihat Kakbah, deg! Kiblat 2 milyar umat Islam berdiri tegak dan begitu dekat di hadapanku. Ya ‎Rabb…hamba begitu kecil. Teringat kisah Kakbah sejak zaman Nabi Adam, mengalami kerusakan akibat ‎terkena banjir di zaman Nabi Nuh, zaman Nabi Ibrahim dengan anaknya, Nabi Ismail, yang meninggikan ‎Kakbah, hingga kini tetap berdiri kokoh. Betapa Allah selalu menjaganya.‎

Salah satu pelajaran yang Allah tunjukkan padaku di sini adalah yang Allah undang ke rumah-Nya itu ‎tanpa memandang asal negara, suku, warna kulit, status sosial, bentuk rupa fisik. Allah undang siapa ‎yang Dia mau undang tanpa melihat semua itu. Bahkan saat di bandara, aku menyaksikan dengan mata ‎kepalaku sendiri, seorang bapak yang tua kurus dan berkulit sangat gelap karena sengatan sinar ‎matahari, berdiri agak membungkuk di antrian sebelahku. Tampak dari pakaiannya sederhana sekali. ‎Bahkan terlihat kain ihram yang dia gunakan itu kasar T_T. Dan dia tidak bisa berbahasa Inggris, jadi ‎harus dibantu oleh koordinator rombongannya. Tapi Allah undang dia… masya Allah. Betapa Allah ingin ‎mengingatkanku untuk don’t judge someone’s heart by his/her appereance.‎

Alhamdulillah umroh berjalan lancar, kami selesai jam 2:30. Masya Allah gak ada terasa ngantuk sama ‎sekali karena gerak terus kali ya dan Allah kuatkan karena diniatkan ibadah. Beres umroh, galau nih ‎antara mau tidur atau nunggu Shubuh(?) Saking lelahnya akhirnya ketiduran dan Shubuh gak di Masjid, ‎hiks. Baru kuat ke Masjid saat Dzuhur, balik ke hotel buat makan siang. Lalu kembali lagi ke Masjid hingga ‎Isya.‎


Kamis, 17 November 2022. Umroh Badal dan Fokus Ibadah di Masjidil Haram.‎

Alhamdulillah bisa Shubuh di Masjidil Haram.‎

Jam 7:30 kami berkumpul untuk mengambil miqot, di Masjid Aisha. Insya Allah aku niatnya mau umroh ‎badal untuk almarhum Papa dan Mama niatnya mau umroh badal buat Eyang.‎


Jum’at, 18 November 2022. Makkah City Tour dan Umroh Sunnah.‎

Alhamdulillah pagi ini bisa sholat malam dan Shubuh di Masjidil Haram lagi. ‎

Hari ini setelah sarapan, agendanya adalah keliling kota Makkah:‎

  • Jabal Tsur * (saksi sejarah perjalanan Rasulullah SAW bersama sahabatnya Abu Bakar saat ‎berhijrah ke Madinah)‎
  • Jabal Rahmah (tempat yang dipercaya menjadi lokasi bertemunya Adam dan Hawa setelah ‎tobat mereka diterima dan dipertemukan kembali, juga sebagai tempat jamaah haji berwukuf ‎tanggal 9 Dzulhijjah)‎
  • Muzdalifah * (tempat antara Mina dan Arafah, di sini jamaah haji diperintahkan untuk singgah ‎dan bermalam setelah bertolak dari Arafah)‎
  • Mina * (Lokasi yang bikin emosional… Eyang Putri meninggal di sini saat tragedi Mina 1990, saat ‎Mama mengandung aku) ‎
  • Masjid Al Ju’ranah (tempat Miqot)‎
  • Jabal Nur (Gua Hira’) *‎

‎*= hanya dilewati‎

Hari ini bagi yang mau umroh sunnah dipersilakan, aku dan Mama memutuskan ikut. Sayang kan ya ‎mumpung Allah kasih kesempatan lagi. Bismillah.‎

Bagiku yang unik dengan jama’ah Indonesia adalah selalu berkelompok, pake seragam dan syal samaan ‎‎(bahkan ada juga yang pake pita samaan, cute banget), saat Tawaf dan Sa’i membaca do’a dengan suara ‎keras yang dipimpin oleh Muthawif. Menarik perhatian jama’ah lain, terkadang mereka jadi ikut dalam ‎rombongan kami. Bahkan di salah satu perjalanan sa’i, aku ingat ada dua orang anak kecil berwajah ‎Timur Tengah yang menatap rombongan kami dengan tatapan penasaran. Akhirnya aku balas tatapan ‎mereka, memberikan mereka senyuman lebar, dah dadah dadah jadinya. Yang dibalas lagi sama mereka. ‎Sweet, betapa mudahnya di sini tersenyum ramah bahkan dengan orang asing. Bukan hanya ke anak ‎kecil yang pada dasarnya mereka memang polos, tapi beberapa kali aku juga mendapatkan keramahan ‎orang dewasa selama di Haramain. Ah benar ya, berada di kota suci membuat benteng pertahanan ‎seseorang runtuh, yang mungkin kalau di luar sana kita ekstra berhati-hati atau bahkan curiga sama ‎orang baru, tapi di sini membuat kita menjadi sosok yang lebih hangat, murah senyum, dan mudah ‎berbagi.‎


Sabtu, 19 November 2022. Hari Terakhir di Masjidil Haram.‎

Rasanya semua berlalu begitu cepat. Sat set sat set. Hari ini sudah hari terakhir aja…‎

Setelah Shubuh kami lanjut tawaf wada’. Sedih. Tawaf perpisahan. Kapan lagi ya bisa ke Haramain lagi… ‎Umroh lagi kah… Atau nanti pas haji. Ya Allah semoga Engkau undang lagi, ini belum pergi sudah terasa ‎rindu…‎

Di hari terakhir ini salah satu jama’ah dapat ujian dari Allah, ayahnya mba Uchi ngedrop, jantungnya ‎sakit. Jadi Ustadz pendamping kami fokus ke beliau. Alhamdulillah salah satu jama’ah ada yang ‎berprofesi dokter, jadi bisa dapat tindakan cepat. Akhirnya diputuskan untuk membawa Ayah mba Uchi ‎ke RS. Qadarullah keluarga mba Uchi memperpanjang waktu tinggalnya di Makkah. Alhamdulillah kabar ‎terakhir yang kami dapatkan Ayah mba Uchi sudah pulih dan mereka pulang ke Pangkalpinang dengan ‎selamat. Alhamdulillah.‎

Di hari terakhir ini aku dan Mama terpisah dengan jama’ah lain, dari sholat Shubuh, tawaf wada’, sampai ‎Dhuha. Bener-bener cuma berdua sama Mama. Setelah dipikir-pikir, itu emang apa yang aku niatkan, ‎Umroh ini juga sekalian quality time sama Mama. Take care Mama, banyak-banyak minta maaf ke ‎Mama, banyak-banyak peluk Mama T_T fokus cuma ke Mama. Surprise kali ini dari Allah adalah gak ‎sengaja kami nyasar ke lantai 2 Masjidil Haram, nah sebenarnya dari kemarin memang ngebatin pengen ‎naik deh tapi bingung lewat mana ya, eh Allah yang arahkan. Alhamdulillah. Pas di lantai 2 rasanya beda ‎pas ngeliat Kakbah dari sudut pandang lebih tinggi, sedih sudah waktunya berpisah. Ya Rabb.‎

‎<Bersambung ke Catatan Umroh Part III>‎


Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama