BundSay Game 6 (day 1): Math Around Us – Lewat ‘Matematika’ sebelum ke ‘Kimia’



Bismillahirrahmanirrahiim...

Belajar itu selalu ada masa semangattt banget, semangat aja, biasa-biasa aja, nggak semangat…hehe, siklus yang harus dihadapi yang menimbulkan perasaan yang tidak datar (seperti iklan c*i**to “life is never flat”). Begitu pula saat sekolah dan kuliah biasanya yang mempengaruhi naik turunnya perasaan saat belajar itu adalah pelajaran yang disuka, pelajaran yang biasa-biasa saja, dan pelajaran yang kurang disuka (atau bahkan sesekali dihindari) :p

Nah, kalo pelajaran matematika saat saya SD, ini pelajaran yang saya sukaaa banget! Apalagi kalo udah cepet-cepetan berhitung (semacam cerdas cermat gitu) atau cepet-cepetan menyelesaikan soal cerita, duh jiwa kompetisinya terpacu banget deh (saat itu…), hehe.

Tapi semakin ke sini (remaja lalu beranjak dewasa…) matematika koq terlihat semakin abstrak yaaa, haha, maen logika sih intinya dan kadang kalo udah ada kata “jika…maka…” kepala saya langsung sakit >.< *lebay

Lalu saat kuliah bertemu integral dan saudaranya “diferensial” dan entah apa lagi ya materi kalkulus IA dan IIA (saat TPB) *mendadak amnesia*, saya semakin merasa asing dengan matematika, haha *perasaan suka yang dulu pergi ke mana yaaa…

Alhamdulillaah-nya dosen kalkulus saya asyik banget ngajarnya, sangat membantu saya untuk memahami pelajaran yang semakin abstrak bagi saya, dan Alhamdulillaah nilai di transkrip semester 2 jadi A. Terharuuu karena ngerjain tugasnya penuh perjuangan, belajarnya harus berguru ke temen-temen yang lebih jago, begadang berhari-hariii, tapi yang berperan sangat besar yaa itu tadi bapak dosen yang mengubah wajah kalkulus dari ‘abstrak’ jadi lebih mudah ‘didekati’ (ini mah penilaian subjektif saya yaaa…). Jadi seinget saya beliau ini asyik banget pemilihan kata untuk bermain logikanya, analogi-analogi yang digunakan dekat dengan kehidupan sehari-hari bahkan sekali-kali sengaja bercanda (stand-up comedy mode ON, hehe). Aaaah terima kasiiih bapak dosen! Insya Allah ilmunya bermanfaat pak, menginspirasi untuk mengajarkan anak-anak menggunakan logika mereka, menganalisis sesuatu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki di abad 21 ini >>> problem-solving.

Oiya kenapa judulnya -Lewat ‘Matematika’ sebelum ke ‘Kimia’-. Jadi sedikit mau curhat yaaa, setelah lulus TPB, barulah kami (mahasiswa kampus gajah) dimasukan ke jurusan sesuai dengan minat atau kalo kuota penuh maka yang IP-nya lebih besar lebih berhak memilih sesuai minat, aaah hukum alam terjadi di sini. Seinget saya, saya selalu menempatkan kimia pada pilihan pertama pada tiga kali kesempatan memilih. Tapi jeng…jeng…jeng…saat pengumuman hasil penjurusan, jurusan yang tertera untuk saya adalah matematika! Saya sempat shock (sambil membayangkan seperti di Hogwarts terus topi seleksi mengatakan saya terpilih di slytherin, huwaaa *no offence yang merasa dirinya anak matematika), jujur saya ga kebayang nanti belajar apa di sana T_T, serem gitu… Katanya matematika ini yang paling banyak diminati jadi kalo tidak memilih matematika di pilihan pertama ga mungkin banget terpilih jadi warga prodi matematika. Sempet terjadi drama di rumah saat orang rumah tahu saya terpilih di matematika. Well, singkat cerita saya segera ke Bandung, lalu datang ke gedung rektorat, mencari tahu siapa yang bisa diajak berdiskusi (intinya mau protes kenapa saya bukan masuk di kimia), usut diusut ternyata surat keterangan buta warna saya hilang (terselip?), akhirnya saya urus lagi, dannn Alhamdulillaah berjodoh di kimia...

Hikmah: jodoh itu harus diperjuangkan, kalo udah niat, ikhtiar lalu tawakkal…jodoh ga akan kemana… *ehehe kenapa nyambungnya ke jodoh yaaa

#level6 #day1 #Tantangan10Hari #MathAroundUs #ILoveMath
#KuliahBunsayIIP #BundaSayang #InstitutIbuProfesional #IIP

Bandung, 2017
Miranti Banyuning Bumi

Tags: Kuliah Institut Ibu Profesional

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama