LEGO & Mainan Kids Zaman Now




LEGO!!!
*Aaah jadi teringat masa kecil, ini salah satu mainan favorit, bisa anteng berjam-jam kalo udah main lego sama adek-adek, melatih kreativitas banget, dan puas berimajinasi bermain peran-peranan kalo sudah jadi😎

Lalu apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar "Mainan Kids Zaman Now"?

Kalo yang ada di pikiran sya:
>>>Games di gadget!<<<

Aaah iyaya anak-anak zaman sekarang sangat identik dengan gadget, begitupun dengan mainan yang mereka mainkan...
Tapi jangan sampai kita sebagai orangtua/pendidik menganggap games di gadget sebagai satu-satunya mainan buat mereka, seberapa besar sisi edukasi games di gadget...itu hanya salah satu pilihan mainan, tetapi bermain di luar, basah-basahan, kotor-kotoran, naik sana-sini, lari sana-sini, intinya melatih motorik dan bersentuhan langsung dengan alam tetaplah yang utama dan (harus) dengan porsi yang lebih besar (ini yang saya yakini).

Saya mau berbagi cerita dan ilmu insya Allah, ceritanya beberapa hari yang lalu (23-24 Nov 2017) saya mengikuti pelatihan berjudul: "Sains Integratif berbasis STEAM & IoT"

Awalnya sya agak degdegan karena baca e-book yang dikirimkan via email sebelum hari pelatihan berbau coding... Bahasa pemrograman gitu😝.
Soalnya saat kuliah, mata kuliah yang berbau bahasa komputer termasuk yang paling sulittt sya pahami😂 *nilainya jelek, ngerjain tugasnya penuh perjuangan😟

Tapi setelah merasakan di hari pelatihan, tidak semenyeramkan yang saya bayangkan, hehe
Aaah ini mah Mainan Kids Zaman Now banget soalnya pake teknologi😏
Anak-anak sekarang tuh melek banget sama yang namanya teknologi!
Ga usah heran atau kaget kalo misalnya mereka lebih jago ngotak-ngatik atau lebih cepat paham menggunakan aplikasi pada gadget😬.
Jadi, sebagai pendidik justru harus tahu mainan mereka seperti apa, agar bisa jadi inspirasi kegiatan pembelajaran.

Apa yang sya dapatkan dari pelatihan ini adalah salah satu cara untuk menyalurkan kelebihan mereka yg 'sangat akrab' dengan gadget, jadi jangan mau hanya menjadi sebagai pengguna/konsumen, cobalah belajar juga, agar bisa membuat dengan cara ATM (Amati - Tiru - Modifikasi).

Berikut resume materi selama 2 hari pelatihan (24-25 Nov 2017)>>>

STEAM 
Oleh Drs. Janto V. Sulungbudi - Kepala Lab Fisika Lanjut UNPAR

Pendidikan itu berkembang seiring zaman.
OHP (1986) >>> infokus (2000an)
Rumus-rumus di papan tulis >>> simulasi dan animasi di layar (jadi lebih menarik dan menyenangkan untuk dipelajari)
Perpustakaan >>> ebook, jurnal on line (tinggal duduk di layar laptop dan ada internet)

Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi murid.
Karena itu guru seharusnya tidak lagi hanya mewariskan ilmu dari mahagurunya secara turun temurun (seperti kisah Po dengan Master Shifu di film Kungfu Panda).
Guru bukan lagi mengajarkan segala-galanya, tapi berperan sebagau fasilitator yang mengarahkan murid sesuai perkembangan zaman.

Apa itu STEAM?
STEAM adalah gabungan dari beberapa ilmu (kolaborasi ilmu pengetahuan).
STEAM berkembang dari versi 2.0 >> 3.0 >> 4.0
Versi 2.0 >> S&T, S&E, T&A, T&M
Versi 3.0 >> S,T,&E; S,T,&M
Versi 4.0 >> STEM & PBL (project based learning)

Bedanya STEM dengan STEAM?
STEM (Science Technology Engineering Mathematic) >> integrasi untuk membuat produk dan solusi.
STEAM (Science Technology Engineering Art Mathematic) >> menekankan ada creative problem solving dengan seni.

Seperti belajar menyetir, PBL (project based learning) merupakan metode belajar dengan mengalami dan menemukan sendiri.

Tahapan belajar PBL:
Observasi (temukan masalah) >> bertanya >> hipotesis (tebak solusi) >> eksperimen >> kesimpulan >> komunikasi
Kalo belum menemukan solusi yg tepat, dari tahap eksperimen balik lagi ke tahap membuat hipotesis yg baru.

OBSERVASI dan BERTANYA itu PENTING!!!
Anak kecil >> natural observer.
Tapi terkadang ortu/pendidik/orang dewasa di sekitar anak tsb yang mematikan kemampuan observasi dan bertanyanya.
Contoh:
Seringkali kita mendengar...
"Udah diam, jangan nakal!" >> bisa saja anak ini sedang mengeksplor sesuatu yang menarik minatnya...
"Udah diam, jangan banyak tanya!!!" >> bisa jadi anak ini sedang menganalisis sesuatu yang baru saja ia lihat...
Aaah orang dewasa terlalu sering "menilai" dan menganggap diri selalu "benar atau berkuasa"😰😰😰 (pengingat diri sendiri😭)

Sesungguhnya kita kini sedang mempersiapkan anak-anak generasi sekarang untuk menghadapi masalah yang sekarang masalahnya belum ada, untuk menekuni pekerjaan yang sekarang jenis pekerjaannya belum ada.

Kita harus ingat paradigma sekarang beda dengan paradigma dulu.
Jadi cara mendidik kita pun harus disesuaikan dengan perkembangan zaman...

Kegiatan hari pertama di pelatihan>>>

Hari pertama kami diajak bermain lego, bedanya lego ini sama lego yang dulu sya mainkan adalah ada komponen gearnya, jadi legonya dirancang untuk bergerak.

Prinsipnya seperti yang tertera di kemasan lego (buatan Gigo): ✨more than play✨
Kenapa disebut "more than play"? Karena di sini sambil bermain, kami juga belajar!
Siapa yang ga seneng sih kalo bermain sambil belajar?hehehe, orang dewasa juga pasti menikmati...

Kami mendapatkan 1 paket mini lego STEAM Gear Set yg ternyata bisa dirancang jadi beberapa model! 
Kece banget deh, kalo ga dapet buku petunjuknya belum tentu kebayang 30 model gini, hehe.
Model yang sya coba buat adalah chair, balance beam, card holder, scissors, spinning top (bahkan kami sempat bertanding buatan siapa yang berputar paling lama), catapult (kami juga bertanding buatan siapa yang paling banyak memasukkan mini gear ke wadah dalam waktu 1 menit).

Setelah break isoma, kami mencoba mengintegrasikan lego dengan teknologi.
Teknologi yang dimaksud di sini adalah memanfaatkan bahasa pemrograman (coding).
Kalo kata temen sya: belajar 'ngode'😅 *kesannya gimana gitu yaa kalo pake kata 'ngode'.
Ngode-nya ke aplikasi bukan ke makhluk hidup tapinya, hehe 
Software yang kami gunakan adalah S4A (Scratch for Arduino).
Nah kenapa tadi di awal sya bilang ternyata pemrograman yang ini tidak semenyeramkan yang sya bayangkan..
Karena ngode-nya tidak full di layar yang jenis tulisannya kaku itu, hehe *tipe visual banget ya sya...
Jadi ngode-nya pake block-block yang tersedia, tinggal drag and drop block yang dibutuhkan, lalu disesuaikan perintahnya dengan keinginan kita.

Selanjutnya lego yang kami gunakan lebih besar, setiap kelompok (4 orang) dipinjamkan 1 set CONSTRUCTION GEAR BOX.
Di sini kami belajar tentang: energi, pengungkit, bidang miring. Juga scientific principle application dan melatih kreatifitas🌟🌟🌟
Intinya di sini harus cermat mengamati instruksi pada buku petunjuk dan mengasah kreatifitas juga karena kami mendapat tantangan membuat 2 karya dengan 1 set CONSTRUCTION GEAR BOX *aaah tapi kami belum sempet menyelesaikan tantangannya, keburu waktunya habisss...

Sebelum penutupan hari pertama, kami kedatangan tim anak-anak SMA yang baru saja memenangkan perlombaan GREEN MECH. 
Mereka mempresentasikan karya mereka😍. Keren banget!
Berangkat dari latar belakang melihat jalan-jalan di Indonesia yang banyak berlubang, mereka pun berusaha mencari solusinya, yaitu membuat prototipe kendaraan yang alat geraknya tidak menggunakan ban.
Kenapa tidak menggunakan ban? Untuk memperkecil bidang sentuh dengan jalan, agar tidak terasa gujlak-gujlak (baca: goncangan) ketika masuk ke dalam lubang tersebut.
Jadi alat gerak yang mereka ciptakan seperti papan seluncur salju, yang bisa bergerak ke atas dan ke bawah seperti kaki yang sedang berjalan.
Huwooow! Menyaksikan karya anak-anak muda Indonesia yang keren gitu jadi optimis Indonesia bisa lebih baik... Insya Allah.
Dan merasa aaah untuk mendidik mereka kita (guru-guru) juga harus terus update ilmu biar ga ketinggalan zaman!.




IoT (Internet of Things)
Oleh Dimas Setyo, S.T. - ACER

Computing is everywhere!!!
IoT (Internet of Things) >>> semua benda-benda yang terkoneksi dalam internet.
Misalnya: CCTV, GPS, smart home, benda-benda yang ada kata "smart".

Machine can "think" - Internet of Things
Contoh:
Kulkas yg smart >> bisa memberikan tanda waktunya belanja saat beberapa bahan makanan sudah mau habis.
Rumah/kamera/mesin cuci/... "smart" yg terhubung ke internet.

Ramalan mengenai IoT di tahun 2020 >>> jumlah embedded intelligent system lebih besar daripada jumlah connected people.
Di masa-masa mendatang akan ada mesin-mesin yang semakin pintar.
Mesin-mesin tersebut bias menganalisis masalah bahkan membuat keputusan sendiri.
Hal ini yang membuat semakin sedikit pekerja (manusia) yang dibutuhkan.
"Bener ya... di masa depan nanti anak-anak yang kita didik sekarang akan 'bersaing' dengan mesin-mesin pintar tersebut."
Contoh kasus terkini: penjaga tol 'diganti' oleh GTO, karyawan bank 'diganti' oleh M-banking dan ATM.
Jadi anak-anak yang kita didik sekarang harus menguasai skill inti untuk menghadapi masa depan dan tidak tergantikan dengan mesin, contoh: problem solving dan creativity.

4 sifat IoT >>>
Alat yang bisa untuk monitoring, ex: GPS tracker, CCTV
Alat yang bisa untuk mengontrol, ex: CCTV, alarm
Alat yang bisa untuk mengoptimasi, ex: smart car
Alat yang bisa untuk mengautonomi, ex: mobil auto-pilot (tesla)
*Berdasarkan Capability of Smart, Connected Products (Harvard Business Review)

3 elemen IoT: cloud - hardware - software

Bidang-bidang yang dapat mengaplikasikan IoT: pendidikan, ekonomi, kesehatan, energy, industry, dll.

Di negara maju ada gerakan coding/programming (global movement)
Mereka sudah semakin sadar betapa pentingnya untuk mengenal dan mempelajari coding.
Karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dengan peralatan yang sudah terkomputerisasi.
Cek! hourofcode.com


Habis lihat video ini koq kayaknya SERUUUU banget!




Quote of the day:"Belajar coding bagi anak-anak bukan untuk menjadikan mereka semua ahli IT, tapi lebih untuk melatih kemampuan berpikir kritis, cepat, sistematis, dan problem solving."

Kegiatan hari kedua>>>

Hari kedua kami diperkenalkan dengan CloudProfessor.
Sponsored by ACER.
CloudProfessor >>> IoT starter kit, perangkat untuk menghubungkan hardware dengan software.
CloudProfessor ini dibuat untuk orang awam IT.
Hampir sama dengan S4A (Scratch for Arduino), tidak harus seorang professional programmer untuk bisa menggunakannya.
Karena ada pilihan saat mau meng-coding-nya dalam bentuk blockly, jadi lebih sederhana penggunaannya.
Nah masalah yang kami hadapi kemaren adalah wifi untuk menyambungkan hardware CloudProfessor dengan software CloudProfessor (di hp) tidak stabil...
Jadi perintahnya kapan...pergerakannya kapan...hehe *loading
Di akhir pelatihan kami berkompetisi untuk memindahkan benda menggunakan crane yang telah kami buat.
Seru? Seruuu banget, mulai dari ngumpulin bahan-bahan yang diperlukan, merakit perbagian, inisiatif mengerjakan bagian yang lain saat yang bagian yang sebelumnya sudah mau selesai dan cukup dikerjakan dengan dua orang, sempet salah masukin blok legonya terus agak dibongkar lagi (gini nih gampang-gampang sulit), saat sudah jadi tugas selanjutnya adalah menggerakkannya dengan benar 




Secara keseluruhan Alhamdulillaah pelatihan ini membuka wawasan sya...
Jadi mau 'membuka pikiran dan hati' lagi untuk belajar coding dan bahasa pemrograman...
Ternyata coding bisa semenyenangkan ini dan bikin ketagihan karena banyak tantangannya!
Kebayang kalo proyek ini dibawa ke kelas dan keseruan yang akan terjadi, tapi ada satu hal yang masih mengganjal, biaya yang dibutuhkan untuk membeli 1 set construction box ini "lumayan" banget...

Kolaborasi antar ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran abad 21, dan secara turun-temurun, sains dan teknologi seperti sahabat yang tidak bisa terpisahkan, walaupun seringkali ada perdebatan antara orang sains dengan orang teknologi mana yang paling penting/unggul, toh akhirnya bertemu dan baikan lagi, hehe... *aduh kenapa ini baper bahasanya...

Bandung, 3 Desember 2017

Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama