Allah Always Replaces with Something Better - Reminders from Yasmin Mogahed


“Comfort Zone”

#notetomyself
Aku percaya bahwa di semesta ini tidak ada peristiwa yang terjadi karena kebetulan.
Semuanya sudah tertulis rapi dan indah dalam buku catatan-Nya.

Hanya saja kita (baca: aku) sering lupa untuk memahami sepenuh hati bahwa yang tahu segalanya itu adalah Dia.😞
Yang tahu mana yang TERBAIK buat diri ini adalah Dia, bukan kita.😢

Apalagi ketika sudah merasa nyaman, merasa ini baik (bahkan terbaik), membuat diri ini teralihkan dari niat semula, membuat diri ini barangkali mengabaikan tugas utama, membuat diri ini menunda-nunda untuk menepati janji, membuat diri ini lupa bahwa
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” Astaghfirullah…

Dan aku merasa Allah menarikku dengan lembut untuk akhirnya mengambil keputusan (yang awalnya berattt banget untuk diambil bahkan dikatakan, tapi bismillahirrahmanirrahiim luruskan niat karena Allah, mencari ridha-Nya lewat ridha mama-papa).

Alhamdulillaah lewat kajian Yasmin Mogahed ini Allah menghiburku, mengingatkanku bahwa 
“Ia pasti akan mengganti sesuatu yang baik dengan sesuatu yang lebih baik.”

Pernah terpikirkan tidak pertanyaan ini: “Who is Allah SWT?”
Kita memang tidak bisa melihat Allah, tapi sesungguhnya Allah “menunjukkan” diri-Nya melalui sifat-sifat-Nya.
Jadi, ketika kita bertanya “Who is Allah SWT?” maka kita sedang berusaha memahami lebih dalam bahwa apapun yang Allah SWT ciptakan, apapun yang kita alami, apapun yang kita miliki dan yang tidak kita miliki, akan membuat kita semakin mengenal Allah SWT, semakin dekat dengan Allah SWT. Karena Allah SWT menunjukkan sifat-sifat-Nya melalui apa yang kita lihat dan dengar di sekitar kita.

Yasmin Mogahed memberikan beberapa contoh:

🍁Ketika kita mengakui dosa-dosa kita, bahkan dosa yang sangat besar. 
Maka itu menarik diri kita untuk memahami lebih dalam tentang salah satu sifat-Nya, Al-Ghaffar, Dia Yang Maha Pengampun. 
Jadi apapun kesalahan yang kita lakukan, tidak peduli sebesar apapun dosa yang kita lakukan, itu akan mengarahkan kita untuk mengenal Allah, memahami bahwa Allah Maha Pengampun.

We can study every single thing that happens to us in this way even when we messed up. We repent then we go back to the sin again and then we go back to it again and again and again and that continues that pattern it should make us understand who is Al-Ghaffar.
Al-Ghaffar = the One who doesn’t just forgive once but forgives again and again and again over and over.
🍁Ketika kita patah hati. 
Maka itu menarik diri kita untuk memahami lebih dalam tentang salah satu sifat-Nya, Al-Jabbar, Dia Yang Maha Memperbaiki. Allah akan memperbaiki apapun, termasuk ketika kita merasakan hati kita “mati” atau “kosong”.
QS Al-Hadid: 16-17 Ayat tersebut menceritakan tentang lahan yang “mati”, tahukah kalian bahwa itu perumpamaan untuk hati yang “mati”, hati yang menjadi keras. Ya, Dia juga akan menghidupkan hati yang mati seperti menyuburkan kembali lahan yang tandus.
This ayah tell us that the one who gives life to the dead land can also give life to the dead heart. And that even those people whose hearts have become hardened. Allah can bring those hearts back. Allah can bring life to the dead land, He can also bring life to the dead hearts.

🍁Ketika kita putus asa.
Kadang berbagai peristiwa kehidupan membuat kita paralyze, kadang kita merasa berada di titik terendah, kadang kita merasa putus asa, percayalah sesungguhnya itu adalah saat agar kita mendekat pada Allah SWT. 
Titik terendah itu membuat kita merasa rendah di hadapan-Nya, sujud pada-Nya. Maka itu menarik diri kita untuk memahami lebih dalam tentang salah satu sifat-Nya, As-Salaah, Allah adalah sumber kedamaian.
🍁Ketika kita merasa terperangkap, merasa di jalan buntu. 
Maka itu menarik diri kita untuk memahami lebih dalam tentang salah satu sifat-Nya, Al-Fattah, Dia Yang Maha Membuka. 

Allah dapat membuka apapun, tidak peduli sesulit apapun situasi yang kita hadapi, tidak peduli betapa tidak ada harapan atau betapa tidak mungkin menurut pandangan manusia. Allah selalu dapat memberikan jalan keluar. Kuncinya jika kita bertakwa pada Allah.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Tholaq: 2-3)

🍁Ketika kamu merasa kesulitan finansial, tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
Maka itu menarik diri kita untuk memahami lebih dalam tentang salah satu sifat-Nya, Ar-Razzaq, Allah Yang Maha Pemberi Rizki.
***

Pada kajian ini Yasmin Mogahed ingin kita fokus pada salah satu sifat Allah yaitu Al-Wakeel.
Apa itu Al-Wakeel?
Al-Wakeel: kita percaya seutuhnya bahwa Allah lah yang mengatur berbagai hal, kita percaya bahwa Allah yang mengatur masa depan kita, we trust Him with our heart, soul, and body.
Ada kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang mengajarkan kita tentang tawakal (berasal dari salah satu sifat Allah, Al-Wakeel), tentang bagaimana seharusnya kita menaruh kepercayaan hanya pada Allah, bergantung semata-mata hanya pada Allah.


🌻Kisah pertama. Kisah ibu Nabi Musa a.s.
Ibu Nabi Musa a.s. yang saat itu hidup di zaman Fir’aun, penguasa terdzolim di muka bumi yang memberi perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki. Kemudian Allah memberi ilham pada ibu Nabi Musa a.s. untuk meletakkan bayinya ke sungai.

Coba pikirkan hal ini sejenak. Bayangkan kamu berada di posisi ibu Nabi Musa a.s. Kamu memiliki seorang anak, kamu sangat menyayangi anak itu dan tentu sangat ingin melindunginya. Kemudian Allah SWT memberitahu padamu untuk melindungi anakmu kamu harus meletakkannya ke sungai. Pikirkan itu!

Jika kamu meletakkan anakmu ke sungai maka kemungkinan terbesar yang akan terjadi adalah ia akan tenggelam, tapi meskipun begitu ibu Nabi Musa a.s. percaya pada perintah Allah dan melakukannya.

Pelajaran dari kisah ini: 
Bukan hanya Allah melindungi Musa tapi Allah juga mengembalikan Musa pada ibunyaShe would not be sad and she would know the promise of Allah is true.
Kisah ini bukan hanya sekedar kisah biasa untuk dibaca, Allah mengabadikan kisah ini di Al-Qur’an karena kisah ini luar biasa! Agar kita mendapat inspirasi, belajar dari kisah ini tentang tawakal.

Kisah selanjutnya adalah tentang Nabi Musa a.s. pada surat Thaha: 17-18, Nabi Musa biasa berjalan dengan tongkat untuk menopangnya tapi kemudian Allah memerintahkan untuk melemparkan tongkatnya. Allah teaches him how to depend completely to Him.

Dan puncak kisah tentang tawakalnya Nabi Musa adalah ketika ia berada di pinggir Laut Merah dan di belakangnya ada tentara Fir’aun. Dan di situasi yang genting itu, tampak tidak ada jalan keluar, mereka terperangkap, Nabi Musa tidak merasa gentar, ia tidak sedetikpun kehilangan rasa percayanya pada Allah, ia seutuhnya yakin pada Allah, “Indeed my Lord is with me and He will guide me through.”
Tawakkul: you don’t see a way but you know that if Allah say “He’s got your back”, He’s got your back. And that’s exactly what happened.
Allah will make a way out for you. Jangan pernah berpikir bahwa ini hanya “sekedar” cerita atau kisah pengantar tidur, tidak! Ini adalah kisah nyata yang Allah ingin kita mengambi pelajaran dari kisah tersebut. Tapi sayangnya hanya sedikit orang-orang yang mengambil pelajaran dari kisah ini.

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS Al-Mu’min: 58)


🌻Kisah kedua. Kisah Hajar dan bayi Ismail.
Hajar ditinggal bersama bayinya di tengah-tengah gurun. Tapi ia percaya bahwa suaminya melakukan ini karena ini adalah perintah dari Allah. Meskipun ia tahu ini adalah perintah dari Allah, ia tidak duduk tenang-tenang saja tapi ia tetap berusaha. 

Inilah konsep tawakal yang ingin Allah tunjukkan pada kita, ada keseimbangan antara usaha dengan menyerahkan semuanya pada Allah. Hajar percaya pada Allah tapi itu bukan berarti ia santai-santai dan menunggu air jatuh dari langit, tidak! 
Ia berusaha, berusaha keras, ia berlari bolak-balik antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7x. Bayangkan di tengah gurun yang panas, jarak yang panjang dan ia tetap berusaha.
Note: The distance between Safa and Marwah is 450 metres (1,480 ft), with the seven laps amounting to approximately 3.15 km (1.96 miles).

The lesson from two stories is:
We do our part, yes, but the result does not come from our efforts.
Nabi Musa a.s. bukan yang membuat lautan terbelah begitu pula Hajar bukan ia yang menyebabkan air keluar dari pasir dekat kaki bayi Ismail.
Allah takes care of you but you have to do your part and the result comes from Him.

🌻Kisah ketiga. Kisah Nabi Ibrahim a.s.
Ketika Nabi Ibrahim akan dilemparkan ke api *Apa yang kita pikirkan ketika misalnya kita dihukum dengan dilempar ke dalam api?*. Ibrahim yakin Allah selalu bersamanya. 
Lalu Allah kirimkan malaikat, dan malaikat bertanya padanya: “Apa yang kamu butuhkan?”. Tapi apa jawaban dari Nabi Ibrahim: “Bukan dari kamu.”

Nabi Ibrahim menunjukkan keteguhan tauhid. 
Dia tahu pertolongan hanya datang dari Allah, dia bahkan tidak meminta pertolongan pada malaikat 
*Coba misalnya kita yang ditawari, mungkin kita akan segera menjawab “padamkan apinya” atau “pindahkan aku ke tempat yang aman”*

Yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim adalah:
“Hasbunallah wa ni’mal Wakil” Allah is sufficient for me and He is the best of Wakeel. (Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.)
Ketiga kisah dalam Al-Qur’an tersebut semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita, untuk merasakan dan memahami lebih dalam salah satu sifat Allah, Al-Wakil.
***

Selanjutnya Yasmin Mogahed menceritakan kisah penutup, sebuah ilustrasi yang menggambarkan konsep tawakal sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari:

Coba kita bayangkan tentang bayi, yang begitu nyaman berada di rahim ibunya, apa-apa dengan mudah ia dapatkan: makanan, minuman, dan kehangatan. Segalanya tampak aman dan mudah baginya. Itu adalah dunia baginya. Dia tidak perlu merasa kelaparan, kehausan, atau kedinginan.

Lalu kemudian ia lahir. 
Bayangkan apa yang kira-kira ada di dalam pikiran seorang bayi ketika ia lahir? Apa hal pertama yang ia lakukan? Ya! Berteriak dan menangis. 

Mungkin bisa saja yang ada di dalam pikiran bayi itu adalah ia meninggal, karena dunia yang ia ketahui sebelumnya menghilang, ia menghadapi dunia yang sangat berbeda. Maka ia berteriak dan menangis. Tapi kita yang melihatnya tahu yang sebenarnya bahwa bayi itu hanya pindah, bayi itu memasuki dunia yang berbeda.

Dan apakah kalian menyadarinya?
Bahwa terkadang kita bereaksi sama seperti bayi yang baru lahir itu. Ketika ada sesuatu yang diambil dari kita, sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak kita dapatkan, lalu kemudian kita berpikir inilah akhir dunia, hidup kita sudah berakhir.😭

Tapi coba kita lihat bayi tadi, ketika Allah mengambil sesuatu dari bayi tersebut --kenyamanannya di dalam rahim ibunya-- kemudian Allah menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik bukan?
🌸Nutrisi yang biasanya diperoleh oleh bayi dari tali plasenta ibunya kemudian Allah gantikan dengan susu.
🌸Dinding rahim yang biasanya untuk melindungi bayi kemudian Allah gantikan dengan pelukan ibunya dan seluruh keluarganya.

Percayalah… Allah juga melakukan hal itu pada kita.😌
Ketika kita tidak mendapatkan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, maka sebaiknya yang kita lakukan adalah tawakal.
Kita harus memahami bahwa:
Whenever Allah takes something away from you, He has your back, Allah SWT will replace it with something better.
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika kita kehilangan sesuatu?
Rasulullah mengajarkan kita untuk berdo’a:
”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (QS Al-Baqarah 2: 156)
Sumber tulisan ini: Video Allah Always Replaces With Something Better ~ Yasmin Mogahed


Wallahu a'lam Bishawab
Tags: Yasmin Mogahed

Posting Komentar

2 Komentar

  1. MasyaAllah Ilmunya sangat bermanfaat. Izin share ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaah silakan kak :) Feel free to share...

      Hapus

Langsung ke konten utama