Catatan Kajian Parenting:
Pendidikan Anak di Era Milenium
(Kajian Umum Ramadhan
1439H - Pengajian Wanita Salman)
Ust. Adriano Rusfi,
M.Psi
Masjid Salman ITB - Minggu,
27 Mei 2018
Di awal kajian, ust. Aad menceritakan fakta yang mengajak
kita untuk lebih membuka mata:
Berdasarkan buku
"Disruption" - Rhenald Kasali:
"Sebentar lagi ada 2 miliyar orang yang akan kehilangan pekerjaan karena mereka akan digantikan sistem yang terdigitalisasi, digantikan oleh mesin dan teknologi!"
*jadi ingat cerita
dari seorang teman, di salah satu gudang pusat barang suatu industri makanan
ternyata pekerja yang ngatur-ngatur lokasi penempatan barangnya hanya 1 orang!
Loh koq bisa? Iya, karena dia dibantu oleh robot (mesin yang terprogram oleh
komputer). Jangan mikirnya robot kayak bumblebee di transformer yaaa, ini robot
seperti kendaraan sederhana gitu. Nah kebayang kan kalo semua industri udah
pake robot, orang-orang yang biasa kerja di sana terancam di-PHK!
Sekitar 3 tahun yang
lalu ada pertemuan rektor-rektor sedunia di Paris.
Berdasarkan pertemuan tersebut,
13 tahun lagi pekerjaan yang akan ada >> 80% ilmunya
belum ada saat ini!
Begitu cepat banget
ya perubahan yang terjadi di era sekarang!
Perubahan-perubahan
yang memunculkan bayangan yang begitu “MENAKUTKAN”.
Lalu, kita bisa
menyiapkan apa untuk generasi selanjutnya?
Bukan sekedar menyiapkan anak-anak millenial tapi menyiapkan generasi millenial.
Bedanya apa?
Kalo menyiapkan “anak-anak” berarti cuma anak yang disiapkan,
nah cucu dan cicit gimana?
Jadi, kita mendidik
untuk generasi bukan hanya anak. Sehingga anak kita bisa meneruskan
pendidikan ke keturunan yang selanjutnya dan seterusnya.
Ust. Aad mengajak kita untuk sama-sama belajar dari Nabi
Ibrahim.
Saat Nabi Ibrahim
berdo'a, yang didoakan bukan hanya anak-anaknya loh, tapi generasi selanjutnya!
Masya Allah.
Do’a tersebut ada di QS Ibrahim ayat 40-41:
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang mendirikan shalat dan juga keturunanku. Ya Tuhanku, terimalah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang-orang mukmin di hari perhitungan.”
Nabi Ibrahim berpikirnya sangat jauh ke depan. Bukan hanya
meminta anak-anak yang sholeh, tapi keturunan ‘generasi’ yang sholeh.
Baca juga: catatan
kajian Reconnect with Quran oleh Nouman Ali Khan, kajian yang juga
mengajak kita belajar dari Nabi Ibrahim.
Yang kita harapkan ke depan adalah pendidikan yang semakin
lama semakin bagus.
Bukan siklus gergaji, naik turun naik turun dan begitu
terus.
Harapannya adalah siklusnya makin lama makin naik. Generasi
selanjutnya harus semakin baik!
Baca juga:
catatan kajian Membumikan al-Quran oleh Ust. Adi Hidayat, kajian yang sama-sama mengajak kita berpikir untuk
mendidik generasi selanjutnya harus lebih baik dari generasi kita.
Orang tua Maryam punya visi anak mereka harus lebih baik dari mereka. Maryam tidak tiba-tiba jadi baik. Tapi karena pendidikan ortunya, ibunya selalu mendo’akannya, bapaknya selalu mencari harta yang halal, kedua orang tuanya mencari tempat belajar yang terbaik, mencari guru yang baik bernama Zakariya. Semua dipadukan dengan baik menjadi suatu ikhtiar maka tumbuhkan generasi terbaik tadi. Jika generasi sekarang tidak lebih baik daripada generasi sebelumnya maka kita tidak akan siap menghadapi tuntutan dan tantangan zaman.
Kasus yang seringkali
terjadi adalah:
Orang tua hidup susah, ga lulus SD atau pas pasan.
Tapi ternyata anaknya bisa sukses, bisa mengenyam pendidikan
tinggi.
Tapi yakin ga kesuksesan itu bisa diteruskan ke anak cucunya?
Yang ada yaaa… karena udah hidup enak, cucunya malah terlalu
dimanjakan, “kamu jangan menderita”, menganggap dulu hidupnya menderita, “udah
ayah bunda aja yang menderita”.
Berharap cucu bisa sukses dengan hidup enak, fasilitas
lengkap.
Itu anggapan yang tidak tepat!
Sukses itu hanya bisa
dicapai dengan penderitaan/perjuangan.
Yang terjadi malah: ortu hidup susah - anak sukses - cucu
menghancurkan kesuksesan.
Kemudian Ust. Aad menampilkan video anak SD yang “bercanda”
seperti hubungan suami-istri (gambaran generasi millenial saat ini?). Mental
bobrok kids zaman now.
*Duh miris dan ga tega
menampilkan videonya di sini, ngelihatnya juga ga habis pikir itu apa ga ada
orang dewasa atau guru ya di sana… Astaghfirullah…
Apa yang salah?
Pendidikan moral kah? Apakah video itu identik dengan generasi millenial?
Generasi Millenial =
Generasi Masa Depan
Bagaimana cara kita mendidik generasi masa depan?
Selanjutnya ust. Aad menampilkan foto-foto penyanyi cilik
dulu (Yoshua Suherman, Chiquita Meidy, Enno Lerian)
*Pada tahukan yaaa yang generasi 90an?
Ke mana mereka sekarang?
Kenapa di masa lalu keren dan hebat tapi setelah itu
biasa-biasa aja?
Mari kita tanamkan dalam pikiran kita bahwa: “Mendidik
generasi millenial terutama adalah mendidik masa depannya.” Mari kita melihat
ke depan!
Mau gimana?
1. Sekarang keren nanti biasa aja
2. Sekarang biasa aja nanti keren
3. Sekarang keren nanti keren
*pengennya yang ke-3
ya, tapi itu mah ga ada...
Akhir itu lebih baik daripada permulaan. (QS Ad-Dhuha: 4)
Muslim yang baik itu hari ini lebih baik daripada hari kemaren.
Pernah denger cerita
Koen dan Wahyu?
Mereka adalah kakak beradik.
Koen lulus Sarjana Teknik Elektro usia 17 thn.
Wahyu lulus Sarjana Teknik Elektro usia 15 thn.
Ada juga Triffani Sharon Sarjana Kedokteran 17 thn.
Tapi sekarang mereka
pada kemana yaa?
Ingat! Bukan sekedar kecerdasan tapi juga kebijaksanaan.
Kisah sedih dari ITB
Pemenang medali perak Olimpiade Sains Internasional Drop-Out!!!.
Cuma 1 tahun di ITB.
Apa masalahnya? Sulit bangun pagi. ITB hanya memberikan
toleransi 5 menit telat, jadi hampir semua mata kuliah pagi dia dapet E karena
telat.
Ada juga anak yang hanya menyukai satu disiplin ilmu, hanya
suka biologi, soal-soal sampe buat S3 bisa dikerjakan, tapi yang lain ga suka,
nilai mata kuliah lain E.
*Ga bisa gitu donk...
Itu namanya ga dewasa kalo hanya mau melakukan yang disuka aja... Otak encer, logika hebat, tapi ga mateng, ga
dewasa...
Jangan sampai otak
aja yang diasah.
Tapi kemandirian & kematangan mental tidak diasah.
Otak dididik, tapi hati ga dididik.
Hidup makin keras, tapi
kenapa pendidikan kini makin lembek?
Pendidikan bukan hanya institusi, tapi yang utama pendidikan
di rumah.
Pendidikan sekarang itu aneh...
Anak sering dimanja...
Padahal kehidupan semakin menantang!
Hidup ini bagai lari marathon bukan sprint.
Pelan pelan dulu terus baru wushhh!
Pandai-pandailah menghemat tenaga.
Selayaknya marathon harusnya kecepatan tertinggi muncul
menjelang finish.
Sayangnya, banyak anak letih di usia muda.
Hebat di masa lalu, lalu kini ga jadi apa-apa.
Ini adalah kisah
"Layu sebelum Berkembang"
Seperti Rasulullah bisa memimpin perang di umur 54 tahun, perang Badar!
Di usia tersebut beliau menunjukkan kekuatan fisik, mental, spiritual yang sangat baik.
Maka untuk mendidik generasi millenial...
Mari kita berpikir
"nanti gimana", bukan "gimana nanti".
Cerita ust. Aad saat
beliau SMA:
Beliau berada di kelas spesial untuk anak-anak spesial
>> digenjot belajarnya.
Tapi jadi apa sekarang? …
Pertanyaannya bukan
dulu, tapi sekarang jadi apa?
Ga satupun jadi doktor.
Padahal itu kumpulan anak-anak hebat di sekolah hebat loh.
Padahal guru-guru berharap mereka itulah yang jadi doktor.
Eh tapi ada 1 anak yang saat itu males-malesan
"kayaknya menyimpan tenaga", pas SMA biasa-biasa aja dulu deh...
Sekarang jadi letjen TNI AD.
Masya Allah…
Bisa ga kita didik
generasi millenial seperti itu?
“Akhir itu bagaimanapun lebih baik daripada permulaan.”
Sebab manusia bagaimanapun makin lama makin hebat, makin lama makin hebat.
Justru di umur 50 tahun ada 23 hal yang kita punya.
(Biasanya disampaikan oleh ust. Aad saat pelatihan untuk para pensiun)
QS Al-Ahqaf: 15 usia matang usia 40, life start at 40.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Makanya para Nabi
dilatih jadi Nabi rata-rata usia 40 tahun.
Mendidik generasi itu
seperti menanam duren, mangga, harus sabar, ga bisa instan hasilnya.
“Ga usah bangga dengan piala dan medali yang berjejer rapi di dalam lemari sekolah, simpen aja di belakang lemari!, sebaiknya tampilkan foto-foto alumni yang sekarang sukses untuk memotivasi generasi sekarang.”
Belajar dari 2 orang
hebat yang padahal masa lalunya diremehkan.
Siapakah mereka di masa kecil?
Masatoshi Koshiba,
pemenang Nobel Fisika 2002, nilai fisikanya sering merah, dan ditolak Tokyo
University.
Thomas Alfa Edison,
sang pemilik paten terbanyak sejagat, dikeluarkan dari SD karena dianggap
berotak udang.
Nah ini lah yang perlu
kita pertimbangkan.
Mari kita renungkan bersama, tentang...
"Kenapa
anak-anak nakal cenderung sukses di masa depannya?"
Karena sering ditegur, dinasehati, diomeli guru-guru dan
orang tua. Diajarin lagi lagi lagi berkali-kali...
Jadi dapet modal nasehat lebih banyak.
Jangan-jangan kita dzolim sama anak-anak baik, jarang
dinasehatin...
Pengalaman Ust. Aad di rumah: "Kalo ada 1 anak yang nakal, semua 4 anaknya dipanggil, yang kena nasehat semua anak, biar adil..."
The Early Birth Theory
Kenapa manusia lebih
unggul daripada hewan?
Padahal hewan lebih cepat mandiri loh.
Hewan paling telat meraih kompetensinya secara utuh 1 tahun
sejak lahir.
Manusia butuh tahunan untuk mandiri.
"Ya, karena manusia adalah makhluk yang terlambat berkembang, matang dan mandiri dibanding hewan. Sehingga manusia menjalani pendidikan, pengajaran, pembinaan yang lebih panjang."
Ayah… Bunda…
Pilihlah pendidikan yang akan menghebatkan ia di masa depan, bukan masa
kininya.
Karena masa kini adalah pembentukan, penyiapan, & pembangunan (forming), bukan masa unjuk gigi (performing).
Performingnya nanti
bukan sekarang.
“Tak perlulah terlalu bangga dengan nilai rapor dan jumlah piala yang ia raih hari ini. Karena masa depan masih terlalu panjang. “
Bukankah akhir lebih baik daripada permulaan? Dan kita tak ingin anak-anak kita layu sebelum berkembang.
Maka…
🌸0-15 tahun: Character
Building
🌸15-40 tahun: Capacity
Building
🌸40-akhir: Summit
Reaching, di sini kita lihat puncaknya generasi millenial!
Anak-anak sekarang sudah dikompetisikan sejak dini, sudah
diajarkan kalah...
7-12 tahun sudah boleh ada lomba, tapi fun and happy competition. Kayak permainan 17 agustus gitu...
Maka pilihlah:
🌱Sekolah yang mendidik
masa depan, dan mengukur keberhasilannya kelak kemudian
🌱Sekolah yang
berorientasi pada pembentukan (forming), bukan untuk tampil (performing)
🌱Sekolah yang membentuk
karakter, baru kemudian membentuk kompetensi
🌱Sekolah yang menyiapkan
muridnya untuk menjalani hidup, bukan sekedar bekerja
🌱Sekolah yang
mematangkan dan mendewasakan
Salah satu contoh
sekolah pendidikan yang fokus pada karakter: "pondok modern Gontor"
Di sana sangat ditekankan pendidikan karakter.
Berakhlak sehat, berpikir mulia.
Diajarkan kata-kata sakti, seperti:
🌻Man jadda wajada! (He who gives his all will surely succeed)
🌻Man shabara zhafira! (He who is patient will be fortunate)
🌻Never fear and bow
down to anyone but Allah. Because what limits us is only land and sky.
Jadi lulusan sana setelah lulus, sangat haus ilmu.
Baca juga: resume buku 5 Menara (eng version: the Land of 5 Towers), karena penulis buku ini
(Uda A. Fuadi) menulis berdasarkan pengalamannya sekolah di Gontor.
Kalo karakter yang
kita bentuk, maka apapun perubahan yang terjadi mereka akan survive! Insya Allah.
Yang paling penting itu justru kedewasaan dan kematangan,
bukan hanya cerdas...
Pendidikan ISLAM yang
dibutuhkan:
🌱Aqidah yang
memerdekakan penghambaan manusia kepada selain Allah.
🌱Syari’ah yang
menawarkan sistem, tujuan, arah, dan metode.
🌱Amal shaleh yang
membentuk pribadi progresif, kreatif, dan konstruktif.
🌱Akhlaq yang mewujudkan
keindahan, integritas, moralitas, dan daya tangkal.
🌱Ibadah yang melahirkan
ketenangan, disiplin, keihklasan, dan kedekatan kepada Allah.
Kita butuh pendidikan
AQIL-BALIGH
Fenomena generasi sekarang akilnya lambattt (25 tahun),
balighnya cepet (10 tahun), ga bareng...
Seharusnya
AQIL-BALIGH merupakan 1 kesatuan:
🌱Sepenuhnya dewasa,
bukan remaja
🌱Matang fisik-mental
🌱Mandiri
🌱Bertanggung jawab
🌱Siap memiliki beban
🌱Bagian dari solusi,
bukan masalah
Bukan semata-mata
tidak diajarkan akhlak, tapi hormon kedewasaannya sudah berkembang,
kecepatan...
Nafsu bergejolak terlalu cepat, tapi aqil makin cepet.
Dosanya teraktivasi makin cepat, takwanya teraktivasi makin
lambat...
Apa itu REMAJA?
Istilah remaja baru muncul 1950-an.
Penggunaan kata remaja merupakan efek dari revolusi
industri.
Revolusi industri membuat para manusia sibuk bekerja!
Sekolah itu untuk kompetensi, skill, bukan karakter.
Karakter itu
pendidikan di rumah, tapi orang tuanya sibukkk.
Manusia punya banyak peran, salah satu perannya adalah
mencari nafkah, tapi kini peran itu mencuri sebagian besar waktu manusia!
Mendidik karakter dimatangkan dulu di rumah, jangan dirusak
sama akademik. Akademik bisa dicari di banyak tempat.
Dalam Islam, sebenarnya
tidak ada istilah remaja.
Setelah anak-anak >> pemuda.
Pemuda adalah orang dewasa.
Ga ada istilah adolescent.
15 tahun paling telat matang fisik dan mental.
*Serem! Kalo lihat
berita ada anak umur 9 tahun udah bisa menghamili, tapi belum siap nikah.
Baligh kecepatan, aqil
telattt banget.
Coba kita lihat
sejarah!
Muhamad Al-Fatih umur 21 tahun menaklukan Konstantinopel.
Dan ada banyak kisah-kisah hebat lainnya dari pemuda-pemuda Islam.
AQIL-BALIGH. Mesti
bareng!
Aqil
🌱Dewasa mental
🌱Pengaruh pendidikan
🌱Berkembangnya akal
🌱Fungsi tanggung jawab
🌱Mandiri
🌱Peran ayah+ibu
Baligh
🌱Dewasa fisik
🌱Pengaruh makanan
(overnutrisi, overprotein/lemak/karbo, suntik hormon)
🌱Fungsi reproduksi tapi
ga ada tanggung jawab
🌱Berkembangnya nafsu
(hormon2 kedewasaan diaktivasi oleh film2, iklan, games yang ada unsur porno)
🌱Life and death instinct
🌱Peran ibu+ayah (ibu
lebay akan perannya)
Ust. Aad bahkan memberikan persamaan jika seorang ayah abai
akan peran utamanya dalam keluarga dan ibu terlalu berlebihan “lebay” dalam
mengasuh anak, maka akan menghasilkan anak-anak yang “alay”.
*Duh mirisss
dengernya….
"Ayah abai + ibu
lebay = anak alay"
Indonesia disebut-sebut
masuk dalam fatherless country.
Coba kita perhatikan bersama, di al-Quran kita temukan kisah:
Luqman, Ibrahim, Yakub, Zakaria.
Jadi, pendidik dalam
Islam adalah AYAH!!!
Bunda adalah pelaksananya.
Ada 17 ayat al-Quran tentang pendidikan anak = 14 peran ayah, 2 peran ibu, 1 peran keduanya.
Jika ayah abai akan perannya ini maka ayah terancam tidak
mendapat do'a anak sholeh.
Coba perhatikan kata dalam do'a untuk kedua ortu.
"Kama robbayani soghiroh" = seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil.
Maksudnya menyayangi anak adalah jika seorang ayah
menjalankan perannya dengan baik, tapi kalo tidak? …
Mendidik Anak
Peradaban
🌱Pendidikan dengan visi,
misi, dan strategi, rumah juga butuh ini bukan hanya perusahaan
🌱Memiliki "The family, nation, and ummah
dream"
🌱Menghajatkan kehadiran
ayah
🌱Pendidikan tentang
"aku dan kita"
🌱Tentang mimpi yang
diwariskan dan diturunkan
🌱Kita punya passion, tapi juga punya misi
🌱Menjadikan ridha Allah sebagai
passion anak kita
🌱"Mungkin itu bukan
passion kalian, tapi itu amal baik
bagi kalian."
Adakalanya kita
bergerak bukan karena passion tapi
karena vission.
Ada yang lebih penting daripada passion! Tapi vission!
Seperti perintah perang yang bukan passion umat Islam tapi tetap dilakukan karena ada vission di belakangnya.
Menjadikan ridha
Allah sebagai alasan untuk melakukan sesuatu.
Boleh jadi itu bukan passion
kalian tapi itu baik bagi kalian.
Allah knows while you know not.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2: 216)
Allah yang
mengarahkan kita ke suatu pilihan yang mungkin bukan passion kita.
Pendidikan generasi millenial
adalah menyiapkan kader peradaban.
Bicara pendidikan
berhubungan dengan membangun peradaban!
Beberapa strategi
🌱Mulai dari pendidikan
iman
🌱Tumbuhkan mahabbatullah
‘mencintai Allah’
🌱Bangun ridha kepada
Allah, Islam, dan Rasulullah SAW
🌱Bawa masalah keummatan,
kemanusiaan, dan kebangsaan ke dalam rumah
🌱Buktikan: Islam adalah
solusi
🌱Pukai anak dengan Islam
🌱Jangan defisitkan Islam
di mata anak
🌱Kiamat sudah dekat? Itu
urusan Allah
Baca juga: Catatan
Kajian - Manajemen Jiwa Islami Wanita dan Anak
Mendidik Generasi
Peradaban
🌱Generasi sholeh
🌱Amar ma'ruf - nahi
munkar
🌱Melaksanakan perintah,
meninggalkan larangan
🌱Mengejar pahala,
menekan dosa, karena nanti di akhirat yang ditimbang pahala berat/ringan
sebagai ukuran masuk surga.
🌱Menjauhi dosa iblis,
menjauhi dosa Adam
🌱Bermula dari aqidah,
memuncak di akhlak
🌱Fokus pada kebaikan,
berlindung pada Allah terhadap keburukan
AYAH dan IBU…
Ayahlah yang mendorong generasi untuk progresif. Ibu yang
mengajarkan anak-anak untuk hati-hati (defensif).
Ayah lebih ke mengejar pahala, ibu lebih ke meninggalkan
dosa.
Ayah tegas, ibu lembut.
Ayah maskulin, ibu feminin.
Intinya peran
keduanya saling melengkapi!
Di bulan Ramadhan ini kita diberi motivasi untuk semakin
progresif.
Ketika melakukan kebaikan, pahala jadi berkali-kali lipat,
tapi ketika melakukan keburukan, dosa tetep 1x.
Mendidik di
Disruption Era
🌱Memberikan
visi, bukan kompetensi.
Karena kompetensi cepat berubah. Ajarkan melihat dunia dengan
luas, menciptakan masa depan.
🌱Dare
to changing, not to change.
Bukan sekedar siap berubah, tapi siap mengubah. Berubah itu capek,
karena perubahan terlalu cepet. Jadi subjek perubahan, bukan objek perubahan. Karena
sampai kapan kita mau berubah? Kitalah yang harus mengubah.
🌱Pendidikan
hati dan emosi.
Ciri informasi berkembang terlalu cepat, di medsos sangat
terasa. Otak tidak mampu menyerap informasi yang terlalu cepat, tapi hati yang
bisa. Jadi respon yang muncul adalah emosional, bukan rasional.
🌱Membersihkan
hati.
Bersihkan hati sehingga kecepatan makin tinggi, kedekatan
makin tinggi. Hati = qolbu. Yang bisa menangkap perubahan sangat cepat itu adalah
hati. Hati organ yang lebih cerdas daripada otak manusia. Hatilah yang bisa
menghadapi era millenial.
🌱Menguatkan
akses dengan BTS Ilahi.
Sekarang udah 4G, bahkan akan semakin cepat. Nah berarti
akses kita ke Allah juga harus makin cepat. Jangan sampai akses kita dengan
Allah, kedekatan kita dengan Allah kalah cepat dengan akses informasi.
Taqarroballah.
🌱Heartbrain
education.
Hatilah yang harus dididik. Rasulullah kita sangat
futuristik. Beliau menyampaikan hadist. Hadist minta fatwalah pada hatimu.
Pilih sesuatu yang membuat hatimu tentram.
Closing statement:
Walaupun permasalahan anak-anak kita sekarang berat, tapi
ingat sebenernya Allah telah mengilhamkan pada jiwa kita masing-masing
bagaimana solusinya, itu sudah pasti.
Setiap kita adalah
pakar parenting.
Kitalah yang harus menggali ilmu itu. Konsep inside out. Ada loh di dalam diri kita
sendiri. Harus percaya!
Ketika Allah memberikan amanah pasti 1 paket dengan
perbekalan menjaga amanah tersebut.
Kalo anak kita ada 4,
Allah akan menitipkan 4 ilmu mendidik pada kita.
Masya Allah...
Didik anak kita menjadi pemuda, bukan menjadi remaja!
#MendidikGenerasiMillenial
#PengajianWanitaSalman
#RamadhanMenggapaiRahmatMerebutMaghfiroh
Wallahu a'lam Bishawab
0 Komentar