Rahasia di balik surat al-Kahf


Bismillahirrahmanirrahiim...

"Kenapa ya Bu dengan menghapal surat al-Kahf: 1-10 bisa terhindar dari fitnah Dajjal?, padahal kalo baca terjemahannya ga ada kata Dajjal, ga ada cerita tentang Dajjal juga, Bu."

Hmmm dan aku pun terdiam...
Berpikir bagaimana caranya menyampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti...
Teringat hadistnya: “Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809)


Tapi aku belum pernah membaca tentang penjelasan detailnya…
Duh, jadi semakin merasa pengetahuan agamaku sangat kurang, malu sama Allah, harus banyak belajarrr…

Itu adalah pertanyaan dari seorang anak yang membuatku ikut penasaran dan termotivasi untuk mencari tahu “Bagaimana hubungannya antara surat al-Kahf dengan Dajjal?”. Pertanyaan yang diajukannya ketika mentoring menghapal surat al-Kahf: 1-10 bersama.

Cerita dulu sedikit ya...
Seperti biasa, di SD Mutiara Bunda ada kegiatan Special PRA (Pekan Ramadhan Anak), kegiatan antara minggu UAS dan hari pembagian rapor di semester 2 (bertepatan dengan bulan Ramadhan).

Kali ini judul Special PRA kami adalah al-Kahf!

Kegiatan utamanya adalah bersama-sama menghafal QS al-Kahf: 1-10, bukan hanya anak-anak, guru-guru beserta staf non-akademik pun juga! Masya Allah!
Tujuan kami menghafal QS al-Kahf: 1-10 adalah membekali diri di era akhir zaman, salah satu manfaatnya adalah terhindar dari fitnah Dajjal.

Nah, sepertinya inilah yang membuat sang anak bertanya padaku, apa hubungan surat al-Kahf dengan Dajjal, padahal kalo baca terjemahannya bukan tentang Dajjal...
Akhirnya aku pun mencari tahu jawaban dari pertanyaan tersebut, dan Alhamdulillaah Allah mengizinkanku mendapat penjelasannya lewat videonya Ust. Nouman Ali Khan.

Berikut rangkumannya:

Coba kita sama-sama membaca QS al-Kahf: 9, tulisan Arab dan terjemahannya ya.
Menurut ust. Nouman, kata yang menarik di sini adalah kata pertama di awal ayat, yaitu: “Am”.
Dalam Bahasa Arab kata “Am” biasanya digunakan untuk manawarkan alternatif, dalam Bahasa Inggris kata ini dapat diartikan sebagai “or” = “atau”. Meskipun ada juga Quran yang menerjemahkan ini sebagai “Apakah”.

Jadi, berdasarkan penjelasan ust. Nouman, maka terjemahannya adalah:
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?” (QS al-Kahf: 9)

Mengapa Allah menggunakan kata “Am”?
Karena seolah-olah Allah ingin berkata “Apakah kamu berpikir kisah Ashabul Kahfi tersebut sangat mengherankan (luar biasa)? Sini Aku tunjukkan ada hal yang lebih luar biasa dan keren daripada itu.”
Ternyata ada hal yang lebih menakjubkan daripada kisah Ashabul Kahfi, sesuatu yang mungkin belum kita sadari atau kita sering lalai terhadapnya. Sesuatu itu adalah Quran.
Sekarang coba kita membaca bagian awal surat, disebutkan tentang kualitas Quran bahwa: “dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya” (QS al-Kahf: 1),

Jadi Allah menggunakan kata “atau” karena Allah ingin membandingkan dua hal, yaitu Allah membandingkan Quran dengan pemuda-pemuda di dalam gua. Mungkin awalnya perbandingan ini terdengar aneh bagi kita, tapi ust. Nouman berusaha untuk menyederhanakan perbandingan ini agar lebih mudah dipahami.
Allah memerintahkan kita untuk membaca surat al-Kahf setiap hari Jum’at, kenapa?
Karena dapat melindungi kita dari cobaan terbesar yang akan menimpa umat manusia yaitu fitnah al-Masih ad-Dajjal. Ujian yang sangat besar yang akan menyerang keimanan kita.

Apa hubungan surat al-Kahf dengan fitnah al-Masih ad-Dajjal?
Ketika dalam masyarakat kita terjadi begitu banyak perubahan yang sangat cepat, banyak yang mendefinisikan ulang hal-hal benar dan hal-hal salah.

Maka apa yang harus kita lakukan?
Kita tetap harus berpegangan erat pada definisi benar (haq) dan salah (bathil) yang ada di Quran, jangan sampai kita ikut terbawa arus perubahan tersebut.
Jadi ketika masa-masa fitnah itu datang dan kita tetap berpegangan erat pada Quran maka Quran akan memberikan kita kekuatan. Ketika banyak orang mengalami penyimpangan (menjadi bengkok) insya Allah kita akan tetap berdiri tegak jika bersama Quran.
Ust. Nouman menganalogikan Quran sebagai pohon dengan akar yang sangat kuat dan tidak akan bengkok terkena hempasan badai (termasuk fitnah al-Masih ad-Dajjal), maka kita harus memegangnya dengat kuat. Inilah hubungan yang harus kita miliki dengan Quran.
“sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,” (QS al-Kahf: 2)
Jadi, di sini Allah ingin menunjukkan ada keajaiban yang lebih menakjubkan daripada kisah Ashabul Kahfi yaitu kebesaran Quran.

Sebuah kitab yang isinya kekal sampai akhir zaman, menjadi pedoman umat manusia untuk membedakan antara yang haq dan bathil, agar kita tetap berdiri kokoh ketika banyak ujian datang.
Peristiwa pemuda yang tertidur di dalam gua jika dibandingkan dengan kebesaran Quran itu bukanlah apa-apa.
Karena kita umat Rasulullah SAW nanti akan menghadapi fitnah terbesar sepanjang zaman maka Allah menyediakan bagi kita sebuah sandaran yang kokoh, yaitu Quran.

Nah, jika dibandingkan dengan para pemuda al-Kahf saat itu, mereka tidak memiliki Quran, tidak memiliki Nabi/Rasul bersama mereka, tidak memiliki ulama/ahli agama pula. Saat itu mereka baru saja menjadi muslim, yang mereka tahu hanyalah harus menyembah kepada 1 Tuhan. Hanya itulah yang mereka tahu, mereka belum tahu hal yang lainnya.

Jadi jika mereka saja di masa itu bisa menghadapi masalah yang besar (dikejar-kejar oleh raja yang zalim), yang tampak sangat tidak mungkin untuk dihadapi, tapi Allah tetap berikan kekuatan pada mereka, coba bandingkan dengan keadaan kita sekarang, Allah sudah memberikan kita Quran! Untuk menghadapi semua masalah.

Tapi kenapa kamu masih merasa galau? Masih merasa depresi? Masih saja suka mengeluh? Mengapa kamu merasa: “Allah tidak bersamaku, Allah tidak membantuku…”
“Oh itu karena kamu tidak melihat di rakmu yang berdebu bahwa di sana ada mushaf, kitabullah!”
Kita harus kembali terhubung pada mushaf tersebut! Kita harus kembali terhubung pada Quran!

Baca juga: Catatan Kajian MenyambutRamadan: Reconnect with Qur’an - Nouman Ali Khan

Selanjutnya Ust. Nouman memberikan highlight surat ini untuk para pemuda.

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahf: 13)

Jika kita membicarakan tentang pemuda, maka yang terlintas pertama kali dalam pikiran kita adalah permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemuda, seperti: narkoba, budaya “menjadi populer”, kecanduan internet, mudah berubah-ubah pendiriannya (galau), kebiasaan berbicara yang berlebihan satu sama lain (bergosip?), pacaran.

Hal ini menunjukkan seolah-oleh pemuda sangat erat hubungannya dengan masalah, seolah-olah pemuda adalah bagian yang lemah dalam suatu komunitas.
Di sini ust. Nouman menekankan pada kita bahwa sebenarnya pemuda bukanlah kelemahan suatu komunitas, tapi kekuatan.
Apa syaratnya? Jika pemuda-pemuda kembali pada Allah, jika para pemuda beriman kepada Allah.

Ust. Nouman mengajak kita untuk berpikir lebih dalam, kenapa yang disebutkan di sini adalah pemuda yang beriman?
Kata kuncinya adalah iman. Biasanya kita mengidentikkan keimanan dengan para ulama (yang usianya sudah tua) yang bertahun-tahun telah belajar hadis, fikih, syariah, akidah, tafsir, dll. Mereka telah banyak menulis buku dan artikel, serta mengajar di berbagai tempat. Tapi Allah memberikan contoh dengan para pemuda yang tidak memiliki apa-apa, kecuali iman. Ya, inilah kekuatan iman.

Ashabul Kahfi merupakan kisah yang sangat indah jika kita eksplorasi lebih dalam.

4 ayat berikut merupakan plot dari kisah Ashabul Kahfi:
1. Para pemuda masuk ke dalam gua (QS al-Kahf: 10)
2. Para pemuda tertidur di dalam gua (QS al-Kahf: 11)
3. Para pemuda terbangun dari tidurnya (QS al-Kahf: 12)
4. Kami menceritakan kisah ini dengan tujuan tertentu (QS al-Kahf: 13)


Ayat-ayat selanjutnya adalah penjelasan keempat ayat tersebut.
Bagian yang menarik adalah penjelasan untuk ayat di poin ke-3.

Ketika para pemuda itu bangun, mereka mulai berdebat berapa lama mereka tertidur. Tapi ada salah seorang pemuda yang tidak ikut perdebatan tersebut, dia keluar dari lingkaran perdebatan tersebut, dia memperhatikan teman-temannya berdebat karena merasa hanya Allah yang tahu dan itu bukan hal yang penting untuk didiskusikan.

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).” (QS al-Kahf: 19)

Kenapa ust. Nouman menjelaskan bahwa pemuda tersebut tidak ikut berdebat? Dari kalimat yang diucapkah oleh pemuda tersebut: “Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. Lihat! Kata yang ia gunakan adalah “kamu” bukan “kita”, jadi seolah-olah dia hanya menyaksikan teman-temannya tertidur, sebenarnya dia tidak mau terlibat perdebatan yang tidak penting. Pemuda tersebut berpikir hal yang lebih prioritas saat itu untuk dilakukan bukanlah berdebat, tapi ia lapar, ia butuh makanan!

“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (QS al-Kahf: 19)

Ketika kita memutuskan berusaha menjadi orang yang beriman bukan berarti kita kehilangan kepribadian kita, bukan berarti kita menjadi orang yang aneh di antara komunitas kita, bukan berarti kita menjadi anti sosial. Kita tetap butuh makanan yang disediakan oleh orang lain, tetap harus melakukan interaksi dengan berlaku lemah lembut dengan sesama.
Banyak para pemuda yang beranggapan ketika ia ingin kembali pada Allah maka itu artinya tidak memiliki kehidupan normal, tidak memiliki teman, bahkan kehilangan kepribadian, akan meninggalkan itu semua. Ini agama yang indah, bukan seperti itu, kita sebagai pemuda harus mengatur ulang mindset kita!
Sekarang kita ke ayat di poin ke-4.
Poin ini adalah pelajaran yang penting dari surat al-Kahf. Di sini Allah membicarakan tentang tujuan. Allah mengisahkan kisah ini di dalam Quran pasti karena memiliki tujuan. Ini mengajarkan kita tentang: “Apapun yang kita lakukan harus memiliki tujuan yang jelas”.

Sebelum melanjutkan lebih jauh tentang penjelasan ayat tersebut, ust. Nouman menceritakan sebuah contoh. Ada seorang pelaku bisnis multi milioner yang sukses hingga akhirnya bisnisnya bisa berjalan dengan sendirinya tanpa perlu tiap hari diawasi. Akhirnya pelaku bisnis ini memutuskan untuk mengajar, membagikan pengetahuannya tentang bisnis. Kemudian ada seorang profesor bisnis yang juga sehari-hari mengajarkan tentang bisnis.

Maka jika kamu tertarik belajar bisnis, mana guru yang lebih kamu pilih? Pelaku bisnis multi milioner atau profesor bisnis?
Tentu kamu akan memilih belajar pada sang milioner, karena ia mengajar berdasarkan pengalaman nyata bukan hanya dari buku teks.
Maka ketika sang milioner ini mengajar bagaimana menjadi pebisnis yang sukses, dia akan menceritakan kisahnya. Karena belajar dari kisah tentu lebih mudah untuk diingat.
Begitu pula dengan Quran, cara Allah menyampaikan pelajaran untuk kita adalah melalui kisah-kisah.

Kita kembali ke penjelasan ayat di poin ke-4, tentang tujuan. Adakalanya ketika kita menyimak suatu kisah, kadang kita mempertanyakan hal-hal yang kurang penting. Hal-hal yang bukan itu inti pelajaran dari kisah yang sedang kita pelajari. Terkadang ini juga suka terjadi ketika kita belajar Islam, misalnya ketika mendengar kisah Nabi Yusuf a.s. lalu ada yang bertanya “Siapakah ibunya Yusuf?”, “Siapakah nama kakak-kakaknya Yusuf?”, “Di mana mereka tinggal?”, dan seterusnya. Apakah pertanyaan-pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang penting?
Sesungguhnya ketika kita belajar Quran bukan hanya tentang pengetahuan yang akan kita dapatkan, tapi tentang hal-hal apa yang menjadi fokus kita, ada hal-hal yang harus kita abaikan, tidak harus dipertanyakan semua, ada pertanyaan-pertanyaan yang unhealthy.
Fokus pada hal yang penting tentang pemuda al-Kahf, hindari diskusi yang tidak penting, jika ada hal-hal yang di luar inti pelajaran katakan: "Tuhan kamu lebih mengetahui.”
Tidak perlu memperdebatkan jumlah para pemuda yang ada di dalam gua tersebut. Apakah ketika kita tahu berapa jumlah mereka itu akan meningkatkan iman kita?

Fenomena yang terjadi sekarang adalah semakin banyak pemuda yang ingin belajar tentang Islam, mereka semakin tertarik memperdalam Islam, meningkatkan pengetahuan ke-Islamannya. Alhamdulillaah… Di sini ust. Nouman mengingatkan kita untuk jangan lupa tentang tujuan dibalik semua itu, jangan berlebihan dalam belajar sesuatu yang malah membuatmu bukan menjadi orang yang lebih baik.

Tidak apa-apa belajar sedikit demi sedikit, tidak semua dari kita harus menjadi spesialis, belajarlah sesuai dengan kemampuan kita, tiap orang bisa berbeda-beda prioritasnya.

Allah mengingatkan kita untuk jangan terlalu berlebih-lebihan dalam beragama.
QS al-Mā’idah: 77

Jadi, bagaimana kita bisa tahu apakah yang kita lakukan berlebih-lebihan atau tidak?
Inilah pelajaran penting lainnya dari surat al-Kahf.

Allah mengajarkan kita tentang pertanyaan apa yang harus kita tanyakan dan pertanyaan apa yang tidak perlu kita tanyakan.

Jika Allah ingin kita tahu di mana lokasi gua itu, maka Allah akan memberi tahu kita.
Jika Allah ingin kita tahu berapa jumlah mereka, maka Allah akan memberi tahu kita.
Jika Allah ingin kita tahu nama-nama mereka, maka Allah akan memberi tahu kita.
Allah ingin kita kita fokus pada apa yang Allah katakan di Quran bukan pada apa yang tidak Ia katakan.
Ini adalah pelajaran yang mengagumkan tentang FOKUS.


Ada 3 cerita lagi dalam surat al-Kahf:

1. Kisah 2 orang pemilik kebun
2. Kisah Nabi Musa dengan Khidir
3. Kisah Zulkarnain

Coba kita cek sama-sama ya 3 cerita tersebut di Quran, silahkan baca terjemahan di Quran-mu.
1. Kisah 2 orang pemilik kebun
Allah tidak memberitahukan kita tentang nama kedua orang ini, lokasi kebun tersebut, Nabi yang mereka ikuti, kapan terjadinya kisah ini, karena bukan hal-hal detail itu yang menurut Allah harus kita pelajari. Allah ingin kita fokus pada apa yang diceritakan di Quran.
2. Kisah Nabi Musa dengan Khidir
Allah bahkan tidak menyebutkan nama Khidir dalam Quran, tidak dijelaskan apakah ia manusia atau malaikat, siapakah nama pembantu Nabi Musa yang menemaninya, dimanakah lokasi sebenarnya “pertemuan dua laut”, kemanakah mereka pergi. Allah tidak menceritakan hal-hal detail tersebut, tapi apakah kita terobsesi pada pertanyaan-pertanyaan tersebut? Ya! Kita penasaran pada hal-hal itu. Kita terobsesi pada hal-hal yang Allah tidak ingin kita fokus pada hal tersebut.
3. Kisah Zulkarnain
Di kisah ini kita penasaran dengan: “Siapakah sebenarnya Zulkarnain?”, “Apakah ia adalah Alexander the Great?”, “Apakah Yakjuj dan Makjuj berada di belakang tembok China?”. Kita terobsesi atas hal-hal yang tidak disampaikan Quran.

Ust. Nouman menyimpulkan bahwa kita harus belajar mengabaikan rasa ingin tahu kita yang berlebihan “silly curiosity”. Rasa ingin tahu itu memang penting, tapi ada juga “useless curiosity”.
Kita harus menekankan FOKUS kita pada apa yang benar-benar ingin Allah sampaikan pada kita.
Inilah korelasi kisah-kisah pada surat al-Kahf dengan fitnah Dajjal, untuk menghadapi fitnah yang sangat besar nanti maka kita harus memiliki hubungan yang kuat dengan Quran, berpegang teguh pada Quran.
Kita harus berpegang teguh dengan tujuan yang jelas. Kita harus FOKUS pada apa yang ingin Allah sampaikan pada kita, pada apa yang Allah ingin kita tahu, pada apa yang Allah ingin kita pelajari dari kisah-kisah di Quran.
Kapan kamu mengatakan "Rabbii ‘alam = Allah lebih mengetahui.”?
Ketika “Kita tidak mengetahui apa-apa, Allah yang mengetahui.”, maka tinggalkan hal tersebut, tidak perlu diperdebatkan. Berhentilah berdebat!

Seperti pada kisah Ashabul Kahfi, akan ada banyak orang yang memperdebatkan jumlah mereka, lalu orang-orang tersebut menjadi kehilangan fokus pada kisah pemuda.

“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya." Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit." Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.” (QS al-Kahf: 22)

Semoga kita termasuk sedikit orang yang fokus pada inti kisah tersebut, yaitu kisah yang mengajarkan tentang kepahlawanan para pemuda, perjuangan mempertahankan iman, keberanian tindakan mereka untuk menyelamatkan iman, dan keinginan kuat mereka untuk hidup dengan iman kepada Allah.

KESIMPULAN
Seperti tadi yang telah dijelaskan di awal bahwa para pemuda Ashabul Kahfi belum memiliki pedoman, Quran “the Greatest miracle of Allah”, kemudian Allah tidurkan mereka, dan keajaiban yang terjadi setelahnya adalah Allah bangunkan para pemuda tersebut ketika semua orang pada saat itu tidur ‘tidak beriman’.

Analoginya seperti kita hidup di era sekarang ketika begitu banyak hal-hal yang mencampur adukkan haq dan bathil, semoga Allah golongkan kita orang-orang yang terbangun dengan Quran.
Jangan sampai kita menjadi pemuda yang hanya memikirkan berapa banyak likes yang kita dapat di medsos, berapa banyak gaji kita, berapa banyak penghargaan, atau disibukkan dengan selfie dari berbagai angle kemudian sibuk mengeditnya untuk terlihat bagus (tapi menipu) lalu di-posting dengan caption “yang menarik” untuk mendapat banyak respon (pujian), jangan sampai kamu kehilangan jati diri (jiwa) kamu yang sebenarnya di era digital sekarang, jangan sampai kamu menjadikan gadget sebagai “jiwa” kamu, itu artinya kamu menghancurkan diri kamu sendiri!

Maka jadilah muslim yang transcendent “Beyond or above the range of normal”.
Maksudnya normal di sini adalah tekanan sosial yang sering kamu rasakan seperti contoh-contoh di atas.
Misalnya?
Jangan biarkan orang-orang di luar sana menganggap rendah hijab yang kamu gunakan. Justru seharusnya kita yang mengasihani mereka yang belum Allah berikan petunjuk. Itulah yang seharusnya kita tanamkan menjadi mindset kita.

Untuk generasi muda, daripada kamu mengkhawatirkan orang-orang di luar sana yang bisa bebas melakukan apa saja, bebas makan/minum apa saja, kamu seharusnya bersyukur Allah telah memuliakan kamu, bisa hidup dengan petunjuk-Nya sehingga menjadi manusia seutuhnya, bukan seperti “hewan” (tanpa aturan).

Pahlawan yang sebenarnya adalah generasi muda yang beriman. Kamu adalah orang-orang yang telah Allah pilih untuk zaman sekarang. Jadi berhentilah mengeluh dengan sering mengatakan “Aku tidak kuat lagi dengan ujian hidup ini”.

Allah pasti memilih orang-orang yang tepat di zaman yang tepat pula. Allah yakin bahwa kamulah yang akan menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya di generasi sekarang.
Berhentilah bersembunyi dengan membuat begitu banyak alasan. Di zaman sekarang, kamu tidak perlu lari ke dalam gua seperti para pemuda di kisah Ashabul Kahfi, tidak perlu menyembunyikan keyakinan kita, sekarang kita harus tetap tegak berdiri dengan keyakinan kita!
Kita harus yakin dengan petunjuk yang Allah telah berikan pada kita.
Semoga Allah mudahkan perjalanan kita untuk kembali terhubung dengan Quran.
Sumber tulisan: video "The Secrets of Surah Al Kahf- Nouman Ali Khan"


Barakallahu fikum
Wallahu a’lam bishshawab
Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama