[Kelas Menulis FLP Banten] 5. Outline Novel
Perpustakaan Prov. Banten 
Minggu, 14 Oktober 2018

Wah, akhirnya sampe juga ke materi tentang Novel!

Kali ini pemateri kami adalah Pak Rahel. *eh namanya kok “unik” ya. 
Ternyata “Rahel” adalah singkatan dari “Rahmat Heldy HS”.😊
Kalau ditanya: “Apa karya beliau?” 
Aaah udah banyaaak bangets, kemaren kita ditunjukkan berlembar-lembar file di Ms.Word tentang karya beliau, bikin iri! 
*Iri dalam arti positif ya, membuatku bertanya-tanya, kok bisa sih seproduktif itu, dan Alhamdulillaah beliau mau berbaik hati menceritakan resep rahasianya!

Beberapa poin yang aku ingat dari CV narasumber adalah: 
2 dari sekian banyak karyanya, berjudul: Ada Surga di Kerudung Ibu dan Guruku Sayang Dibuang Jangan
Beberapa karyanya menjadi bahan penelitian skripsi/tesis *penasaran kok bisa? Baca terus ya tulisan ini
Aktif di Rumah Dunia dan kegiatan sastra serta kebudayaan
Duta Baca Banten 2018!

INTRO
Sesungguhnya apa yang kita lakukan sehari-hari itu tidak lepas dari menulis.
Sebenernya belajar menulis gak perlu waktu yang lama, waktu yang singkat bisa kok! 
*Ah, masa?
Eits, belum selesai.
Waktu yang lama itu diperlukan untuk membangun kebiasaan. 
*Nah, ini setuju banget.
“Menulis bisa membawa saya kemana-mana, terbang kesana-kemari pake pesawat. Jadi teruslah menulis!” Rahel
OUTLINE NOVEL
Bagi seorang pemula, membuat outline itu penting!
Kenapa?
Agar ceritanya fokus, gak keluar jalur. Membantu kita melaju pada cerita yang sudah digariskan.
Memudahkan penulis untuk mencari materi pendukung.
Tidak terjadi pengulangan tapi berbeda makna.

APA SIH OUTLINE ITU?
Kerangka, rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan, rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, dan terstruktur.
Outline menjamin suatu tulisan kontekstual.

Novel itu berbeda dengan cerpen. 
Butuh napas yang lebih panjang untuk mengerjakannya.
“Butuh energi yang lebih banyak untuk membuat novel, untuk menggerakkan para tokoh, menghidupkan suasana, bermain dengan waktu.” ―Rahel
Saran beliau bagi kita yang mau membuat novel:
Buatlah cerpen dulu sebelum novel, buktikan dulu cerpen buatanmu diterima dan memiliki pembaca, misal dikirim ke media massa. 
*Atau sekarang juga bisa nulis lewat wattpad ya.

Ketika kamu membuat karya, jangan takut dikritik!
“Buku tidak lepas dari kritik, sebagus apapun pasti ada aja pihak yang mengkritik.” ―Rahel
BAGAIMANA CARA MEMIKAT PEMBACA?
Buatlah konflik.
Puncak konflik = klimaks.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks, buatlah subklimaks yang berbeda-beda, inilah yang akan memikat pembaca.

RAHASIA “DAPUR” PAK RAHEL
Bagaimana agar bisa produktif banget?
Buat cerpen lalu kirim ke media.
1 cerpen = 3-4 halaman. Nah, ini bisa dikembangkan menjadi 10 halaman.
Buat cerpen yang banyak!
Misalnya sudah ada 10 cerpen, ini bisa digabungkan menjadi 1 novel, disambung-sambungin gitu antar cerpen. Jadi deh novel! 
*Nah, ada yang mau mencoba resep beliau?

Tiap penulis emang punya caranya masing-masing ya untuk menghasilkan karya.

APA CIRI SEBUAH CERPEN/NOVEL DIBILANG BAGUS?
“Cerpen/novel yang bagus itu akan terus diingat berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.” ―Rahel
“Cerpen/novel yang bagus itu akan memberikan perubahan dalam diri pembaca.” ―Rahel
Pak Rahel menceritakan bahwa beliau sering mengangkat tema yang “unik” seperti kebudayaan, ketimpangan sosial, dan kritikan sosial.
*Hmm bisa jadi inilah yang membuat karya-karya beliau sering “dilirik” untuk menjadi juara serta jadi bahan penelitian di kampus-kampus.

Quote menarik yang (semoga) memotivasi kita para penulis newbie:
Tulisan-tulisan itu akan menemukan pembacanya sendiri, jadi teruslah menulis!
Kata-kata akan menemukan dimana rezekinya, jadi teruslah menulis!
Menulis hari ini = menabung untuk masa depan, jadi teruslah menulis!

Siapapun yang ingin menjadi penulis, harus tahu fase ini:
5 tahun pertama: banyak baca buku referensi
5 tahun kedua: mengirimkan karya
5 tahun ketiga: menikmati hasil

*Hmmm tapi menurutku sebenernya gak harus nunggu 5 tahun untuk menjalani tiap fase itu, kita bisa sambil jalan juga mengirimkan karya, dan kalau rezeki hasilnya juga bisa langsung dinikmati! Jadi, kuncinya adalah komitmen dan kerja keras! Rezeki udah ada yang ngatur.

SESI TANYA-JAWAB
Beberapa pertanyaan yang menarik adalah:

“Bagaimana caranya menulis agar gak bentar-bentar gatel mau ngedit, jadinya malah gak maju-maju tulisannya?” 
*hwaa ini aku juga sering mengalaminya.
Jawaban (beliau ngutip dari penulis luar, tapi aku lupa namanya siapa):
Kalau kamu hendak menulis, tulislah sesuai kata hatimuNANTI setelah selesai semuanya, perbaiki tulisan tersebut dengan pikiranmu.
Inget ya, yang perlu di-bold dan digarisbawahi adalah kata NANTI! 
Kalau tulisannya sudah selesai, jadi jangan baru setengah jalan nulis, udah gatel mau ngedit, hehe. *Selfnote banget ini! 

“Bagaimana cara menentukan nama tokoh yang tepat dalam suatu cerita?”
Jawaban: 
Sesuaikanlah dengan karakter/kepribadian tokoh tersebut. Misalnya: Roy (cocok buat nama anak kota, yang gaul, cowok kekinian). Jangan pilih nama yang ndeso tapi latar belakang tokoh anak orang kota. Bisa juga angkat lokalitas suatu daerah, kalau ini bisa pilih nama yang ndeso, itu yang akan menjadi daya tarik dan bakal diingat pembaca.

“Bagaimana cara membuat resolusi dari sebuah konflik dalam cerita?”
Jawaban: 
Resolusi terbagi jadi 3 macam, yaitu: happy ending, tragis (misal tokoh utama terbunuh atau sesuatu yang bikin perasaan ngenes), dan dibiarkan menggantung sebagai perenungan ke para pembaca.

“Bagaimana cara membuat deskripsi?”
Jawaban: 
Lakukan riset!
Hubungkan dengan deskripsi pada paragraf pembuka (buat yang berkesan, agar pembaca lanjut bacanya), tapi jangan sampai isinya “kosong” tidak sebanding dengan paragraf awal ya, kita harus hati-hati menyeimbangkan bobot tiap paragraf.
Pilihlah ide yang tidak klise.

Pada novel, biasanya yang ditonjolkan adalah latar tempat dan suasana.
Jadi, sebelum membuat novel, pahami detail tempat dan momen terbaik yang akan digunakan sebagai latar cerita.
Bagusnya sih merasakan langsung, datang ke tempat yang akan dituliskan, tidak sekedar googling.
MUSUH DAN PENYAKIT PARA PENULIS ADALAH KETAKUTAN DAN KEMALASAN!
Ketakutan akan ditertawakan, tidak ada yang mau baca, dikritik, juga ada rasa malu.
Yuk, harus dilawan rasa takut dan malas itu!

“Bagaimana cara agar menulis bisa produktif banget? Ada waktu khusus gak?”
Jawaban: 
Kapanpun dimanapun selalu menulis!
Caranya adalah gunakan teknologi, bisa pake aplikasi speechnotes.
Sediakan tempat yang nyaman di rumah untuk menulis, kemaren narasumber bercerita kalau punya gazebo di belakang rumah yang deket dengan kandang ayam peliharaannya terus ada meja dan kertas untuk menulis.
Kalau waktu khusus mah gak ada, tapi kalau untuk mengedit tulisan, waktu yang paling oke itu pas habis sholat shubuh, biasanya fresh! *Bener banget ini!

Salah satu hal yang aku suka ketika mengikuti kelas offline seperti ini adalah bisa berinteraksi langsung dengan para penulis, bahkan bisa dapet cerita behind the scene selama menjadi penulis. Seperti kemaren dapet beberapa cerita “unik”:
Pengalaman beliau selama menjadi Duta Baca Banten, banyak yang ngerubungin karena dianggap seleb *kalau “Duta” kesannya gitu kan yaaa, apalagi sekarang zaman visual banget, jadi penampilan fisik sangat diperhatikan, sempet mau di”dandanin” gitu, hehe

Pengalaman beliau yang memelihara ayam di belakang rumah, bahkan diajak ngobrol, dirawat dengan baik, biar berkah gitu menulis di belakang rumah sambil ditemenin ayam-ayam

Pengalaman beliau yang menjadikan pohon pisang sebagai partner menulis! *Hah, kok pohon pisang? Karena bagi beliau kejar-kejaran target dengan sesama penulis udah terlalu mainstream kali ya, jadi sekarang kejar-kejarannya sama pohon pisang. Buah pisangnya mateng, tulisan pun harus mateng jugak! *Luarrr biasa!

Gak kerasa udah mau jam 12 aja kita tanya-jawab, lalu tibalah yang selalu bikin degdegan, langsung latihan menulis on the spot!

Tugasnya adalah membuat paragraf pembuka novel.
Ini yang aku tulis:
Ayu menatap deretan labu erlenmeyer di dalam lemari kaca ruangannya. Tatapannya memang mengarah ke labu-labu berbagai ukuran itu, tapi pikirannya mengembara ribuan kilometer. Surat elektronik dari Rayyan belum sempat dia balas, sebuah tawaran dari Profesornya untuk melanjutkan studi di Negeri Kanguru. Sejujurnya dia sangat merindukan kembali ke negeri itu, tapi percakapan dengan ayahnya tiga hari yang lalu membuat Ayu merasa berat untuk menyetujui tawaran tersebut. Akankah ada kesempatan kedua untuknya?

*Nah, bagaimana lanjutannya? Entahlah …, hehe, kalau disuruh nulis tiba-tiba kayak kemaren, random aja nulisnya …, belum tahu nanti arah ceritanya kemana.

PEMBAHASAN LATIHAN MENULIS PARAGRAF PEMBUKA
Harus ada sesuatu yang membuat orang merasa penasaran untuk membaca lebih lanjut atau bisa membuat pembaca merasa simpati, misalnya bisa dimulai dengan masalah. Jadi jangan meggunakan deskripsi yang standar. Buatlah semenarik mungkin sebagai bahan bakar untuk paragraf-paragraf selanjutnya!

Bisa tambahkan deskripsi suasana ruangan (ini untuk paragraf pembuka buatanku yang di atas tadi)

Jika kita memutuskan untuk menggunakan metafora-metafora di paragraf pembuka, harus yakin kalau bisa mengimbangi dengan metafora serupa untuk isi ceritanya nanti. Agar pembaca tidak merasa dibohongi, di awal ada metafora keren, tapi di isi ceritanya “kosong”.

Perbarui kosa kata yang kamu miliki, ada beberapa kata yang sudah out of date, seperti: rembulan, asa, pelita. Kini kata-kata tersebut sudah jarang digunakan lagi.

Jangan sampai membuat pembaca mempertanyakan: “Ini lagi ngapain sih?” karena akan mengganggu alur cerita. Jadi jangan sampai ada “kekosongan cerita”, tiba-tiba jatuh tapi sebelumnya gak diceritain si tokoh lagi ngapain.

Cerita meskipun fiksi, tetap mengandung fakta (logika). Jadi lengkapi fakta itu dengan melakukan riset!

Salah satu cara untuk membuat cerita kita menarik adalah angkat lokalitas suatu daerah, misalnya seperti proyek menulis bareng yang diusulkan Teh Fey: “Angkat keunikan Banten dalam cerpen kita!”

Paragraf pembuka merupakan pintu untuk isi cerita, kalau awalnya bagus kamu harus bisa menjamin kalau isi cerita juga bagus ya!

Closing statement dari Pak Rahel (mengutip quote dari 2 penulis ternama):
“Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.” ―Imam Al-Ghazali
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ―Pramoedya Ananta Toer

Salam literasi!

Serang, Oktober 2018
Miranti Banyuning Bumi

Tags: FLP Banten

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama