[Kelas
Menulis FLP Banten] 4. Mengapa harus PUEBI dan KBBI?
Perpustakaan Prov.
Banten
Minggu,
30 September 2018
Materi pertemuan kali ini sebenarnya tidak
sesuai dengan jadwal Kelas Menulis yang dibagikan sebelumnya. Jika mengacu pada
jadwal, kami akan belajar tentang novel! Nah, itu termasuk salah satu materi
yang ditunggu-tunggu. Tapi ternyata berdasarkan pertimbangan para
panitiaꟷsetelah memeriksa tugas-tugas kami yang bikin geleng-geleng kepala dan
sakit mata, ups, maafkan kami yaaꟷakhirnya
diputuskan materi PUEBI dan KBBI sangat penting untuk disampaikan.
Oiya, mungkin ada yang bertanya-tanya, mana catatan materi Kelas Menulis pertemuan
ketiga? Huhu, maafkan, pertemuan yang lalu aku nggak datang. Kalau dari cerita teman yang datang, kayaknya seru
banget bagaimana narasumber mengajarkan cara membuat puisi dengan metode yang
kreatif. Para peserta diminta mencari kosa kata dengan syarat tertentu,
kemudian kumpulan kata-kata tersebut harus ada di dalam puisi yang dibuat. Kebayang, bingungnya, hehe.
Oke, kembali ke topik.
✎Narasumber
pertemuan kali ini adalah Mas Tatang Ade Chandra.
Cara beliau menyampaikan materi ini nggak kayak guru-guru konvensional zaman
sekolah dulu, hehe. Jadi kita gak merasa bosan.
Kalau mendengar KBBI pasti sudah familiar
banget ya, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jangan ngaku
orang Indonesia kalau belum pernah mendengar/membaca bahkan memegang kamus
tersebut!
✎Nah,
kalau PUEBI apaan?
Itu nama barunya EYD.
Tahukan kalau EYD merupakan singkatan dari Ejaan
yang Disempurnakan.
Ternyata kalau PUEBI merupakan singkatan dari Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jadi
ceritanya EYD disempurnakan lagi, lalu berubahlah ia menjadi PUEBI!
Loh koq
asa baru denger? Iya, sama aku juga baru 1-2 tahun belakangan ini kayaknya.
Kita
semua pasti sudah belajar cara menulis sejak SD. Bener nggak?
✎Tapi
koq, kenapa masih saja salah?
Jangan menyerah karena melakukan kesalahan ya.
Belajar menulis itu memang gak akan pernah
berhenti.
🌸Yeay! Happy to be lifelong learner! 🌸
✎Bagaimana
cara untuk terus belajar menulis?
Belajarlah
menulis dari membaca!
Coba tulis ulang cerita yang kamu suka dari
suatu bukuꟷyang pastinya sudah pernah kamu baca tuntas!
Cara menulisnya gak plek-plek sama banget yaꟷitu namanya plagiatꟷ, tapi diubah-ubah
sedikit.
Pernah nggak dilakukan? Kalau belum, silahkan
dicoba.
Nanti kamu akan merasakan sendiri bagaimana menghasilkan
tulisan yang enak dibaca.
Jadi, gunakan konsep ATM (Amati-Tiru-Modifikasi)!
TIPS
MEMBACA!
✎Pilihlah buku bacaan yang anti-mainstream.
Contohnya (kami ditunjukkan buku koleksi
pribadi narsum): Hukuman Seumur Hidup, Insiden Anjing, lanjutannya lihat di
foto ya.
Jadi teringat quote Haruki Murakami yang terpampang di booth Gramedia saat ke Indonesia International Book Fair (IIBF) di JCC beberapa pekan yang lalu:
“Kalau engkau hanya membaca buku yang dibaca semua orang, engkau hanya bisa berpikir sama seperti semua orang.”
Baca
juga: Notes from IIBF, ada 3 workshop menarik yang aku ikuti di sana!
Selanjutnya kami membahas beberapa kesalahan PUEBI yang sering muncul di sebuah tulisan.
Iya, tenang aja, cuma beberapa koq, gak semua, hehe, bisa satu kelas
khusus kalau mau dibahas semua!
📌Ku jual seharusnya kujual atau aku jual.
📌Kau jual seharusnya kaujual atau engkau jual.
📌Elipsis (titik tiga) didahului dengan spasi
dan diakhiri dengan spasi juga, kalau di akhir kalimat ada tambahan satu titik
sebagai penutup kalimat. Contohnya: “Iya, tapi ….”
📌Tanda pisah (ꟷ) tidak didahului dan diakhiri
dengan spasi. Contohnya ada beberapa di postingan
ini ya.
📌Partikel -pun ditulis terpisah dengan kata
yang mendahuluinya, kecuali untuk kata penghubung (meskipun, adapun, walaupun).
TIPS
Cara Mengoreksi Tulisan
Kadang kalau kita melihatnya di layar laptop
>> kayaknya sudah bener semua deh.
✎Jadi cobalah
di-print dulu >> cek lagi
>> biasanya mah jadi kelihatan
kalau masih ada yang salah, hehe.
Saat di-print
jangan lupa gunakan kertas bekas ya. Kasihan pohon-pohon yang sudah
berkorban untuk kita.
PEMBAHASAN
TUGAS CERPEN
📌Kekuatan
cerpen adalah alur yang tidak tertebak. Kalau
inti cerita kita mudah ditebak dan dimengerti, yah nanti gak ada diskusi. Jadi,
jangan sampai cerpen/novel kita tertebak isinya hanya dengan membaca bagian
depan dan akhir tulisan tersebut.
📌Hati-hati
mubazir kata dan tanda baca!
Misalnya: gunakan huruf kapital pada judul, tidak perlu lagi diberi tanda
kutip; kalau sudah di-italic tidak
perlu diberi tanda kutip; ada pengulangan kata yang berlebihan, seperti: amat
sangat.
📌Tetap
menggunakan SPO/SPOK ya.
📌Jangan
lupa menggunakan tanda titik dalam kalimat.
Panjang kalimat sekitar 1-1,5 baris. Jangan sampai pembacamu kehabisan napas,
karena tanda titik hanya berada di akhir paragraf.
📌Untuk
penekanan kata, boleh menggunakan
tanda seru tiga atau pengulangan huruf 3 kali, misalnya “Takuttt.” atau
“Takut!!!” It’s okay. Jangan lebay,
misalnya “Takuttttttttttttt.” >> mubazir tinta.
📌Nama
tokoh dalam tulisan jangan sampai membuat pembaca distract dengan hal lain,
unik boleh tapi tetap harus mempertimbangkan dari sudut pandang pembaca.
📌Boleh
menambahkan deskripsi tentang hal-hal yang kita kuasai atau istilah asing untuk
memperkaya wawasan pembaca. Misalnya:
inklusi, picky eater, kadaver, dll.
PEMBAHASAN
TUGAS RESENSI FILM
Apa
yang menjadi alasan pemilihan film Murder
on the Orient Express?
✎Kekuatan karakter dan alur yang tidak mudah
ditebak.
Bener banget!
Baca juga: Resensi Film Murder on the Orient Express - New Version of Hercule Poirot
Pesan
dari Narasumber Tentang Menulis
Menulis itu merupakan skill.
Jadi perlu dilatih terus!
Jangan lupa pelajari PUEBI, install deh KBBI dan PUEBI biar lebih
mudah untuk diakses.
Setelah
menulis, coba baca tulisanmu.
Lalu tanyakan pada diri sendiri:
✎Sudah pas dan enak dibaca belum?
✎Sudah menggunakan kata dan tanda baca dengan
baik dan benar belum?
Konklusi
Catatan Pertemuan ke-4 Kelas Menulis FLP Banten
Kata-kata ini aku ambil dari apa yang
disampaikan narasumber di awal penyampaian materi, untuk menjawab pertanyaan
yang juga sekaligus judul tulisan ini:
📌“Mengapa
harus PUEBI dan KBBI?”
Karena
siapa lagi sih yang mau berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, selain aku,
kamu, kita!
Ini
sesuai dengan isi Sumpah Pemuda, poin ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Jadi,
sudah benar-benar dijunjung belum bahasa persatuan kita?
✎Salam
literasi!
Serang,
Oktober 2018
Miranti
Banyuning Bumi
0 Komentar