New version of Hercule Poirot
Tulisan ini
adalah tugas pertama dari Kelas Menulis FLP Banten, membuat review dari film “Murder on the Orient Express”
📌Catatan belajar
pertemuan pertama kami bisa dibaca di sini.
Hmm mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa
judul tulisan ini tidak menggunakan judul film yang di-review?
Karenaaa… aku
tidak ingin ada kata “murder” di judul tulisanku, walaupun sebenarnya sempat
terlintas untuk membuat judul yang sesuai dengan isi film: “murder of murderer”
*terdengar catchy dan bikin penasaran ya,
tapi serammm!😱
Oke, ternyata
tebakanku kemaren tentang alur cerita film ini salah, haha. Gak ada sama sekali
berhubungan dengan Palestina dan konflik 3 agama. Isi ceritanya sesuai dengan
judul film (yang sebenarnya muncul di awal tapi sepertinya aku gak ngeh). Yup film ini adalah film detektif
yang memecahkan kasus pembunuhan di kereta. Ternyata latar belakang Al-Quds,
Palestina hanya sebagai pembuka yang tidak ada hubungannya dengan cerita utama.
Film ini diwarnai
aktris dan aktor berbakat, yaitu Kenneth Branagh (yang juga menjadi sutradara),
Tom Bateman, Lucy Boynton, Olivia Colman, Penelope Cruz, Willem Dafoe, Judi
Dench, Johnny Depp, Josh Gad, Manuel Garcia Rulfo, Derek Jacobi, Marwan
Kenzari, Leslie Odom Jr, Michelle Pfeiffer, Sergei Polunin and Daisy Ridley.
Tapi Johnny
Deep (entah kenapa wajahnya terlalu
melekat dengan peran pirate) di film ini hanya berperan sebagai co-star.
Film yang rilis
di bulan November 2017 ini ternyata diadaptasi dari salah satu novel karya
penulis terkenal, Agatha Christie “Queen
of Crime”😍
Aaah ini kan
salah satu penulis favoritku! Bacaan zaman SMP!
Oiya novel ini menempati
urutan kedua World’s Favourite Christie, dan bukan pertama kalinya diangkat ke
layar lebar/TV. Cerita pada novel ini telah difilmkan pada tahun 1974, 2001,
2010, dan yang terbaru di tahun lalu.
Kejelian tokoh
utama (Hercule Poirot) dalam mengobservasi seseorang dengan detail dan
seolah-olah bisa membaca pikiran mengingatkanku pada Benedict Cumberbatch😍 yang
memerankan Sherlock Holmes di BBC series *kapan
ya ada lanjutannya lagi...
Jadi tahu kan
sekarang kenapa ada nama Hercule Poirot di judul tulisanku.
Tapi, kenapa
judulnya “New version of Hercule Poirot”?
Karena ini
bukan pertama kalinya Hercule Poirot muncul di layar. Dibandingkan penampilan
Poirot di film sebelumnya, dia tampak “berbeda”. Sebenarnya Agatha Christie
menjelaskan di novel bahwa kumis Poirot berwarna hitam, tapi di film ini
kumisnya berwarna abu-abu dan di salah satu artikel disebut “out of control” = lebih panjang dan tebal😅
*Hmm, mau ganti penampilan kali yaa, hehe. Tapi menurutku masalah kumis ini tidak mengurangi kekerenan Kenneth Branagh dalam memerankan Hercule Poirot.
Ada hal menarik
lain yang kuamati di karakter Hercule Poirot. Ia super perfeksionis, hal ini
terlihat di awal cuplikan film, dia ingin sarapan 2 telur rebus dengan syarat
harus direbus selama tepat 4 menit dan ukurannya harus sama!
Selain itu sepertinya
Poirot mengidap OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), seseorang yang merasa
terganggu apabila ada sesuatu yang tidak rapi, tidak simetris, tidak teratur
berdasarkan pola tertentu, atau sesuatu tidak pada tempatnya. Ini terlihat dari
saat Poirot mengingatkan seorang polisi untuk merapikan dasinya (di awal dan di
akhir film), dan saat dia menginjak kotoran dengan kaki kanan secara tidak
sengaja lalu diikuti dengan menginjak kotoran dengan kaki kiri secara sengaja.😅😅😅
Pola yang
kutemukan saat menonton film ini sama, antara menonton film detektif dengan membaca
buku detektif, can't stop to continue.
Ada bagian yang membuatku coba-coba menebak siapa pelakunya di awal, klimaks
penasaran banget siapa sih pelakunya,
ada saat-saat "merasa pintar" kayaknya tahu siapa pelakunya, dan
akhirnya selalu diakhiri dengan konklusi tak terduga. Aaargh ini nih yang bikin ketagihan baca buku/nonton film bertema
detektif!
Film ini
menceritakan tentang Hercule Poirot yang awalnya mau berlibur ke Istanbul setelah
menyelesaikan kasus pencurian di Jerusalem, Palestina. Tapi liburannya terganggu
karena ada panggilan harus kembali ke London. Poirot melakukan perjalanan kembali
ke London dengan sebuah kereta mewah “the Orient Express”. Kereta menghadapi
cuaca badai salju yang akhirnya membuat kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Di saat menunggu bantuan datang, ada kejadian yang menguji kemampuan detektif
sang Hercule Poirot! Penumpang yang berada di kompartemen sebelahnya dibunuh! Korban
adalah pebisnis barang-barang antik yang ternyata memiliki banyak musuh. Maka
demi menegakkan keadilan ia berusaha untuk menemukan siapa pelakunya. Penumpang
yang menjadi tersangka berjumlah 12 orang. Poirot mulai menginterogasi
satu-per-satu penumpang dibantu oleh Bouc, seorang teman lama yang membantunya
bisa menaiki the Orient Express. Data-data dari setiap penumpang berusaha dia analisis,
tapi sepertinya kasus ini tidak semudah seperti biasa. Hingga akhirnya dia
menemukan pesan yang terbakar yang menunjukkan kasus ini ada hubungan dengan
penculikan dan pembunuhan seorang anak kecil bernama Daisy Armstrong beberapa
tahun yang lalu. Ternyata semua penumpang yang dia interogasi berhubungan
dengan kasus keluarga Armstrong. Ini bukan pembunuhan biasa, ini adalah pembunuhan
seorang pembunuh yang pelakunya bukan 1 orang, tapi x orang! A revenge! Penasaran siapakah pembunuhnya? Penasaran lengkapnya? Harus
nonton langsung ya filmnya!
Hmm sebenarnya
tebakanku di pertemuan kami sebelumnya tidak sepenuhnya salah. Aku menduga film
ini juga membahas tentang humanity. Dan ini ditunjukkan dengan sikap akhir Hercule
Poirot di menit-menit akhir film saat mengungkapkan analisis siapa pelakunya, dia
mengalami dilema antara mengungkapkan kebenaran dan menegakkan keadilan atau
menutupinya dengan alasan perasaan kasihan dan humanity. Dan akhirnya yang dia
pilih adalah … silahkan ditonton langsung
di filmnya.😏
Entah kenapa setelah menonton film ini,
membuatku melakukan refleksi:
📌Ayat tentang
membunuh 1 manusia artinya membunuh semua manusia.
“Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya” (QS: Al-Maidah: 32)
Di sini
terlihat efek terjadi pembunuhan 1 manusia yang menghancurkan hati semua keluarga
dan orang-orang terdekat keluarga korban. Begitu banyak yang terluka dan
menimbulkan trauma psikologis. Penderitaan dan amarah menjadi sebuah jalan bagi
racun dari duka yang mendalam.
📌Setiap menonton
film detektif selalu menyadarkanku kembali don't
judge book from the cover, don't judge people from their outwear, klise
tapi susah untuk dilakukan.
📌Ketika kita
diberikan kelebihan oleh Allah, pasti itu dibarengi dengan tanggung jawab untuk
menggunakan kelebihan itu. Seperti Mr. Poirot yang berniat berlibur tapi
tertunda lagi karena ada kasus yang membutuhkan kemampuan detektifnya yang luar
biasa.
Fakta menarik dari novel yang menginspirasi
pembuatan film ini:
📽Ide kasus Daisy Armstrong berasal
dari kejadian sebenarnya, penculikan anak Charles Lindbergh (American aviator
& hero) yang meminta tebusan, tapi ketika tebusan dibayar, anaknya tak
pernah kembali.
📽Kejadian kereta
tertunda karena badai salju juga terinspirasi dari peristiwa sebenarnya, pada
tahun 1929 the Orient Express terjebak badai salju di Çerkezköy, Turkey selama
6 hari!
📽Perhatian
Hercule Poirot pada hal detail sebenarnya lahir dari pencipta karakternya,
Agatha Christie! Ketika Christie pertama kali menaiki the Orient Express pada
tahun 1928, ia menulis naskah novel, juga sambil memeriksa tata ruang
kompartemen kereta, gagang pintu, saklar lampu, semua hal detail dia catat
untuk membuat novelnya semakin tampak nyata.
📌Pelajaran yang dapat kita ambil lainnya
adalah kalo mau jadi penulis hebat pasti harus suka membaca.
Bacaanya dari
berbagai genre, peka terhadap berita-berita yang terjadi untuk melatih daya
analisis, dan belajar berimajinasi untuk menghubungkan titik-titik tadi menjadi
suatu kisah yang utuh.
Ah jadi pengen buka kardus buku-buku lama
dan baca lagi novel-novel Agatha Christie.
Terima kasih
teman-teman panitia FLP Banten yang sudah memilihkan film yang keren ini
sebagai tugas pembuka!😊
Salam literasi!
Miranti
Banyuning Bumi
0 Komentar