Edukasi Sains Anak | Mau Mengenalkan Sains ke Anak? Yuk, Coba 3 Cara Asyik Ini!

Sumber foto: www.starweekly.com.au
Edukasi Sains Anak | Ketika menjadi guru sains untuk anak-anak SD, aku beberapa kali mendapatkan pertanyaan dari teman-teman. Inti pertanyaannya: “Gimana sih cara mengenalkan sains ke anak usia dini dengan cara yang asyik?” Hmm, ada yang punya ide apa jawabannya?😏
Nah, pertanyaan ini juga pernah “menghantuiku” di tahun pertama menjadi guru sains. Mungkin itu disebabkan oleh kekhawatiranku yang berlebihan karena tidak memiliki latar belakang pendidikan guru (sains). Jadi ngerasa agak kurang PeDe saat mulai mengajar anak-anak. #panicmodeON

Lah, terus kenapa mau jadi guru sains?

Karena pada dasarnya aku suka berinteraksi dengan anak-anak dan juga suka sains😍. Latar belakang pendidikanku Kimia (FMIPA), dan kayaknya ini kesempatan berbagi ilmu dan wawasan yang sayang banget untuk dilewatkan. 
Harapanku adalah agar semakin banyak anak-anak Indonesia yang tertarik sama sains, syukur-syukur nantinya mereka akan jadi ilmuwan kan! Aamiin.
Gara-gara pertanyaan itu, aku jadi flash back. Bagaimana akhirnya aku menjalani peran guru sains selama 3 tahun dengan enjoy, Alhamdulillaah, dan menemukan cara yang seru untuk mengenalkan sains pada anak-anak.😎

Sebelum aku menjelaskan cara-caranya, kalian tahu gak kenapa sains anak harus dikenalkan sedini mungkin?

Eits, jangan membayangkan sains dalam bentuk rumus-rumus fisika/matematika, gambar-gambar struktur kimia, atau istilah-istilah biologi dulu ya!
Sains anak belum semenjelimet dan seabstrak itu.😜
Sains bagi mereka adalah dunia sekitar yang dapat dengan mudah mereka lihat, raba, cium, dengar, dan rasakan.
Dengan mengenal sains di usia dini, mereka akan lebih peka dan peduli pada lingkungan.💚 
Karena bisa kita lihat sendiri kan di zaman sekarang banyak banget masalah lingkungan yang kita hadapi, dari masalah sampah plastik hingga pemanasan global😩. Kita membutuhkan generasi penerus yang mau menjadi bagian dari solusi masalah-masalah itu.

Oiya, ada yang pernah memperhatikan anak-anak ketika asyik sendiri di taman biasanya ngapain?

  • Ada yang jongkok sambil meremas-remas tanah,
  • ada yang serius memperhatikan air yang mengalir, 
  • ada yang memetik berbagai bunga terus dicium-cium,
  • ada yang loncat-loncat terus lari ngikutin burung yang terbang,
  • ada yang naik pohon lalu iseng nyodok-nyodokin serangga yang lewat.
Aaah, seru banget ya emang masa kanak-kanak itu!
Sesungguhnya yang mereka lakukan itu adalah observasi.
Observasi itu bagian dari metode saintifik pada sains.
Jadi bener banget nih quote ini: “Every child is a scientist.”

Karena setiap anak default-nya adalah seorang saintis (ilmuwan), maka sebenarnya kita (orangtua dan guru) gak terlalu susah kok untuk mengenalkan sains pada mereka.

Mereka pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengeksplor lingkungan di sekitar mereka. Nah tugas kitalah, para orang dewasa di sekitar mereka, untuk mengarahkan ketertarikan mereka ke dalam bentuk kegiatan yang bermakna (dan harus seru!).

Jadi, seperti apa cara untuk mengenalkan sains ke anak?


1. Kenalkan Sains sebagai Permainan!

Siapa sih yang gak suka belajar sambil bermain? Eh atau bermain sambil belajar yah? Hehe. 
Intinya kalau suatu materi pelajaran disampaikan dengan cara bermain, pasti gak kan kerasa deh kalau udah 2 jam pelajaran berlalu.
Biasanya setelah diberi peringatan “Time is up!” anak-anak langsung komentar, “Yah kok udahan, Bu? Masih mau lagiii.” atau “Kapan lagi kita belajar sains, Bu?”

Salah satu ide yang sederhana dan membuat anak-anak ketagihan adalah percobaan sains anak membuat Oobleck. Bagi penggemar buku-bukunya Dr. Seuss pasti familiar dengan ini. Iya, nama yang unik ini berasal dari salah satu buku Dr. Seuss yang berjudul “Bartholomew and the Oobleck”.

Oobleck merupakan sebuah benda yang dapat berubah menjadi cair dan dapat berubah pula menjadi padat. Wow, ajaib ya!
Sumber foto: seussville.com
Kok bisa? Kalian bisa membaca penjelasan fenomena sains tersebut di artikel SainsPOP: “Oobleck – Antara Padat dan Cair”.  

Caranya membuatnya pun sangat mudah, begini:

Bahan Membuat Oobleck

  • Air 
  • Pewarna makanan 
  • Tepung jagung (maizena) 

Alat Membuat Oobleck

  • Mangkok (yang terbuat dari plastik lebih aman)

Cara Membuat Oobleck

  • Siapkan air dan tepung dengan perbandingan 1:2
  • Masukkan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam air
  • Tuangkan tepung ke dalam mangkok lalu tambahkan air sedikit demi sedikit
  • Aduk-aduk menggunakan tangan (karena lebih mudah dan tentu saja lebih menyenangkan!😆) hingga campuran merata (kekentalannya seperti madu)
  • Oobleck buatanmu siap dimainkan!


Gimana cara memainkan Oobleck?

  • Cobalah untuk membentuk adonan seperti bola lalu diamkan di telapak tanganmu. Apa yang terjadi? 
  • Kemudian cobalah untuk memukul permukaan Oobleck dengan tangan terkepal. Apa yang terjadi?
  • Dan ada banyak lagi cara untuk bermain dengan Oobleck, serahkan saja pada anak-anak! Biarkan kreativitas mereka meluap, hehe.
Oiya, siap-siap dengan pertanyaan yang akan anak-anak lontarkan, hehe. Itulah serunya sains, kita tidak hanya bermain-main, tapi juga belajar memahami fenomena tersebut.
Bagi yang ingin tahu lebih jauh tentang Oobleck, bisa mampir ke artikel SainsPOP di link yang tadi ya.
Atau bagi kalian yang lebih mudah mengikuti lewat video, bisa melalui video ini:  

2. Kenalkan Sains sebagai Tantangan!

Kalau ini sih gak anak-anak saja ya, orang dewasa juga pasti semangat kalau mendengar kata “Challenge!”
Buktinya di Instagram atau Youtube pasti viral banget kalau ada video challenges gitu, entah aktivitasnya bermanfaat atau nggak #ups.
Salah satu contoh Science Challenge yang viral banget itu: Pembuatan Slime! Itu kayaknya hampir semua anak di sekolah tempatku mengajar pada demen bikin slime, dari yang wangi, warna-warni, pake glitter, dan berbagai modifikasi lainnya. Dan gurunya pun juga ikutan penasaran, hehe. #ituaku

Biasanya challenge ini aku lakukan di awal materi, sebagai apersepsi. Tujuannya selain menarik perhatian anak-anak tentang materi sains itu sendiri, juga untuk mengetahui pengetahuan yang sudah mereka miliki.

Karena anak-anak zaman now wawasannya emang suka mengagetkan. Wajar ya, karena mereka bisa dengan mudah mendapatkan informasi dari film yang mereka tonton atau games yang mereka mainkan.

Contoh tantangan yang pernah aku dan anak-anak lakukan bersama adalah membuat Spaghetti Bridge!

Itu sebenarnya untuk persiapan lomba bertema STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS) yang diadakan oleh Sekolah Taruna Bakti - Bandung.
Sumber gambar: vaaju.com
Kami ditantang untuk merancang jembatan berbahan dasar spaghetti (mentah tentunya, jadi seolah-olah spaghetti ini adalah rangka besi jembatan) yang beratnya harus seringan mungkin untuk menahan beban seberat mungkin!
Bahannya pun mudah banget untuk didapatkan, hanya spaghetti dan super glue. Nah, bagian yang paling menantang adalah saat menempelkan spaghetti dengan super glue, gak gampang karena nempel kemana-mana, haha.

Mau tahu cerita lengkap kami di lomba itu?

Bisa mampir ke tulisan “The Story of Our Spaghetti Bridge” ya! 

3. Kenalkan Sains sebagai Solusi dari Masalah Lingkungan!

Nah, cara terakhir ini emang agak lebih berat. Kita harus cukup memiliki wawasan di belakang inovasi sains dan teknologi yang akan kita ceritakan ke anak.
Kenapa? 
Seperti yang kalian tahu sendiri, generasi Z dan alpha sangat kritis dalam bertanya. Emang sih kita gak dituntut untuk tahu semuanya, karena nanti bisa jadi kegiatan mencari informasi bersama anak. Tapi baiknya sih gak blank banget, agar anak gak kehilangan kepercayaan pada kita, hehe.

Contoh percobaan sains anak yang pernah aku lakukan dengan cara ini adalah pembuatan bioplastik. Bioplastik merupakan plastik yang mudah terurai di alam.

Sebelum melakukan percobaan, kita bisa bertanya ke anak-anak, “Menurut kalian, masalah lingkungan terbesar yang sekarang kita hadapi apa ya?” 
Ketika aku mempraktikkan percobaan ini ke anak-anak, ada loh anak yang nyeletuk “Sampah plastik, Bu!” 
Keren ya, anak-anak tuh udah sadar sebenarnya kalau plastik berbahaya bagi lingkungan. Tapi kalaupun ada anak yang belum ngeh, bisa kita pancing dengan memberikan beberapa clue.
Jadi, ketika mereka tahu tujuan percobaan sains ini untuk apa, kita bisa berharap generasi setelah kita bisa lebih bijaksana dan sayang pada bumi. (Huhuhu, jadi mellow gini.)
Caranya lagi-lagi gampang banget, kemaren aku beli KIT-nya dari SHINE (Sustainable Hyper-platform of Indonesian Network of Educators):

  • Resep I: tepung + asam asetat + gliserol dimasukkan ke panci, lalu dipanaskan hingga transparan dan mengental, setelah itu tinggal dicetak.
  • Resep II: kolagen + gliserol dimasukkan ke panci, lalu dipanaskan hingga mendidih, setelah itu tinggal dicetak.

Buat yang mau tahu detail pembuatannya, harus beli KIT dari SHINE juga, hehe. #bantupromosi

T A D A A A !

Hasilnya adalah lembaran transparan seperti pada foto di bawah, masih belum sempurna memang, ada yang ketipisan/ketebelan, bolong-bolong, tapi paling nggak anak-anak sudah belajar mengenal bagaimana prosesnya dan tentu saja happy saat melakukan percobaan.

Itulah 3 cara mengenalkan sains ke anak versiku. Gimana menurut kalian, asyik semua kan? Mau nyobain yang mana dulu?
Bagi para guru, 3 cara tadi bisa banget loh dilakukan di sekolah, baik di dalam ruang kelas/laboratorium sains maupun halaman sekolah. Bagi para orangtua, cara-cara tersebut juga bisa banget dilakukan di rumah. Juga bisa dijadikan kegiatan di akhir pekan yang murah meriah nan menyenangkan!

Jangan lupa setelah melakukan percobaan, anak-anak diminta membereskan peralatan yang telah mereka gunakan, sekalian belajar tanggung jawab kan, hehe. Karena menurut aku: “Belum percobaan, kalau ruangannya belum kayak kapal pecah”.😅


Selain 3 ide percobaan tersebut, tentu saja ada banyak percobaan sains anak untuk mengaplikasikan cara-cara di atas. Mau tahu apa saja ide yang lain? 

Nantikan di tulisanku selanjutnya ya!😊

Tags: Teacher Journal

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama