Belajar dari Bella, "Sekolah Tak Perlu Air Mata"


Seneng banget pas buku ini dateng😍, jazakillah khairan katsiran, Bu Yulia💐💐💐
Niat awal mau minjem, eh malah dibeliin, terharuuu😭

Bagi bu Yulia, buku ini membuat dia memutuskan untuk "terjun" ke dunia pendidikan meski gak ada latar belakang pendidikan. Kalo bagiku, buku ini membuatku makin jatuh hati dengan dunia pendidikan meski juga gak ada latar belakang pendidikan.💖

📚Pengarang: Munif Chatib

📚Penerbit: Kaifa - Mizan

📚Jumlah halaman: 200 hlm

📚Ulasan singkat tentang buku ini:
Kisah perjuangan sebuah keluarga kecil (Alwan, Salma, dan putri tersayang mereka, Bella) untuk melawan sistem pendidikan yang umumnya tidak menerima anak dengan kebutuhan khusus, yang tidak manusiawi. Be patient and persistence, itulah kata-kata azimat yang diucapkan berkali-kali oleh pasangan itu.

Betapa beratnya untuk mempertahankan sebuah keyakinan bahwa setiap anak memiliki harta karunnya masing-masing, dan tugas orangtua adalah menjadi penyelam untuk menemukan harta karun dalam diri anak-anak mereka. Buku ini mengingatkan kita, para pembaca, bahwa tidak ada ciptaan Allah yang gagal, teruslah berusaha menemukan bintang dalam anak-anak Anda. Tumbuhkan kepercayaan bahwa setiap anak terlahir unik!

Selain itu, kisah lain yang tidak kalah menarik adalah kisah sosok-sosok guru yang tidak mau terjebak dalam pusaran sistem sekolah yang seperti robot tersebut, guru-guru yang masih mau mendengarkan hati nuraninya dan ikut memperjuangkan sekolah yang memanusiakan manusia. Sekolah inklusi. Yang akhirnya mendukung Bella untuk menemukan bintang di dalam dirinya.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk orangtua, pendidik, dan para petinggi pemerintahan! Agar sistem pendidikan kita lebih ramah pada setiap manusia.

🌻🌻🌻
📚Hal yang paling berkesan dari buku ini:
Bahasa Pak Munif di novel ini sangat membumi. Entah kenapa seperti bisa merasakan langsung bagaimana perasaan keluarga ini dalam berjuang untuk pendidikan Bella. Betapa pentingnya makna keluarga sangat ditonjolkan dalam novel ini. Saling percaya, kerja sama, dan komunikasi yang baik antara kedua orangtua berkali-kali ditunjukkan pada lembaran-lembaran novel ini.
Hampir di setiap akhir bab ada puisi pendek atau curahan hati Alwan, yang membantu kita menyerap kembali nilai yang ingin disampaikan penulis pada setiap bab.😭
Hmm berharap semoga ada kelanjutan dari kisah Bella, karena kisah ini berdasarkan pengalaman pribadi Pak Munif dengan anaknya, jadi sosok Bella itu nyata! Dan kini di kehidupan nyatanya, Bella sedang menjalani apa yang dia cita-citakan, persis seperti ucapannya ketika wisuda kelas 6 SD di bab terakhir buku ini.😍

Bagiku bagian yang paling berkesan dari buku ini adalah di halaman 43.
Lirik lagu “Gundul-gundul Pacul” beserta artinya.
Masya Allah, rasanya pernah baca tapi kali ini lebih ngena rasanya, karena kalimat selanjutnya…
“Kita yang sudah dewasa ini, biasanya tidak pernah mendengarkan jika diingatkan oleh orang yang sama-sama dewasa. Buntut-buntutnya, pasti berbantah-bantahan, Namun, kalau diingatkan oleh anak-anak kecil tanpa dosa, biasanya akan masuk memori jangka panjang.”

Aku merasa “disentil” oleh lagu anak-anak yang kesannya riang ternyata maknanya dalemmm.
Bener ya, kadang orang dewasa emang seperti itu, lebih jleb kalo dikasih tahu anak kecil yang masih polos dan suci dibandingkan kalo dikasih tahu sesama orang dewasa.

🌻🌻🌻
Selain bagian itu, ada banyaaak banget pelajaran lain yang menyentuh hati dan pikiranku, hampir setiap bab ada highlight-nya!
Beberapa diantaranya:

🌱Tidak ada produk Allah SWT yang gagal. Setiap anak yang dilahirkan, bagaimanapun kondisinya dia adalah karya agung Allah SWT.

🌱Anak adalah amanah yang harus diperjuangkan. Orangtua harus menjadi penyelam, untuk menemukan harta karun dalam diri anaknya. Resep menemukan harta karus itu: be patient and persistence.

🌱Terkadang, kita, para guru terjebak dengan model jawaban tunggal, yaitu dengan menulis di atas kertas. Cobalah memberi kesempatan pada mereka untuk menjawab dengan cara berbeda sesuai kemampuan masing-masing anak, bisa dengan bercerita, gambar, gerakan lincah, dan mungkin ada sejuta cara lagi. Maka percayalah, setiap anak itu cerdas.

🌱Bukankah sekolah itu hak setiap anak... Bagaimanapun kondisi makhluk yang bernyawa itu. Setiap anak harus punya hak belajar.

🌱Kita harus mendidik anak kita sesuai dengan kebutuhan pada usia perkembangannya. Yang membuat anak TK harus bisa membaca adalah kebutuhan orangtua, bukan kebutuhan anak.
Usia TK >> yang dibutuhkan anak adalah suasana bermain, berinteraksi dengan teman-temannya, bebas bergerak memainkan apa saja. Bukan membaca, menulis, apalagi menghitung.

🌱Salah satu cara menemukan harta karun dalam diri seorang anak adalah temukan pintu masuknya = gaya belajarnya. Dari situlah segalanya dimulai.

🌱Kala satu saja kesukaan anak kita hargai. Maka, rasa suka itu akan tumbuh menjadi tunas. Kala tunas itu dirawat dan disiram akan menjadi pohon besar. Yang bermanfaat untuk dirinya dan banyak orang.

🌱Guru itu harus menjadi contoh manusia pembelajar. Guru tidak boleh berhenti belajar. Guru yang selalu belajar adalah guru yang berhak untuk mengajar!

🌱Jangan sampai semua sekolah seperti sekolah robot. Sekolah seperti mesin pencetak batu bata, yang menjadikan semua siswanya punya bentuk dan warna yang sama. Padahal mereka berbeda satu sama lain. Kita harus menyelamatkan anak-anak kita, sebelum mereka menjadi robot-robot yang tak punya hati.

🌱Untuk membentuk konsep diri yang kuat pada anak, tugas orangtua adalah memberikan crystallizing experiences (pengalaman-pengalaman positif) setiap hari pada anak, bukan sebaliknya yaitu paralyzing experiences (pengalaman-pengalaman negatif). Selalu mendukung dan memberikan apresiasi terhadap apa saja yang anak pelajari.

🌱Anak-anak adalah karya agung Sang Maha Pencipta. Lalu mengapa banyak orang yang tidak menghargainya? Yang sering mengumpat, sering memberi label-label negatif, apalagi sampai memukul fisik dan hatinya yang lembut...
Astaghfirullaah, sadarkan dan ingatkan, ya Allah... Kuatkan kami, ya Allah...

🌱Sekolah unggul itu adalah sekolah yang mampu menjadi agent of change. Mengubah yang negatif menjadi positif dan mempertahankan yang positif untuk terus baik selamanya. Anak-anak dididik dari yang tidak bisa menjadi bisa. Bukan hanya menerima yang bisa di awal penerimaan lalu mengadakan seleksi untuk menyingkirkan yang tidak bisa. Itu namanya tidak manusiawi! Beda dengan perusahaan harus diseleksi dengan ketat. Tapi sekolahan kan bukan perusahaan. Sekolah itu kan tempat belajar.

🌱Sekolah inklusi. Pendidikan untuk semua. Bagaimanapun kondisi anak tetap berhak sekolah! Termasuk yang memiliki hambatan tidak dipisahkan atau dikucilkan. Hanya ada satu tes masuk sebuah sekolah yaitu tes denyut nadi😅. Sekolah inklusi = sekolah untuk semua.

🌱Kuncinya adalah fokus pada kecerdasan, jangan pada hambatan!
Tidak ada anak yang bodoh. Tidak ada! Yang ada adalah manusia punya hambatan sebab stimulus yang tidak tepat.

💙Puisi seorang anak "spesial":
Wahai orangtuaku
Percayalah, anakmu ini bukan beban
Anakmu ini adalah berkah
Jika kami nakal, maafkan kami
Jika kami membuat kesulitan Ayah Bunda, maafkan kami
Sesungguhnya, kami akan berubah menjadi kemudahan buat orangtua kami
Sungguh, anak-anakmu adalah kemudahan, bukan kesulitan

Setelah membaca buku ini, aku semakin yakin ada banyak bibit-bibit kebaikan yang sedang tumbuh menuju perbaikan pendidikan di Indonesia, cerita di buku ini hanya salah satu contohnya. 
Semoga siapapun yang membaca novel ini atau buku-buku Pak Munif Chatib yang lain menjadi bagian dari barisan orang-orang yang yakin, optimis, dan mau bergerak untuk memperbaiki pendidikan di negeri tercinta ini.
🌻🌻🌻
Tags: Book Review

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama