[Kelas
Menulis FLP Banten] 2. Cerpen = Fakta + Imajinasi
Perpustakaan
Prov. Banten
Minggu, 2
September 2018
Awalnya aku termasuk yang berpikir bahwa
cerpen itu identik dengan imajinasi, tapi ternyata tetep ada data fakta juga
ya! Yap itulah yang kemaren dikatakan oleh narasumber di Kelas Menulis FLP
Banten pertemuan kedua: “Cerpen = Fakta
+ Imajinasi”
Di pertemuan kali ini, kami belajar tentang cerpen bersama Mas Ade Ubaidillah. Jangan
tanya berapa jumlah karyanya, banyak! Yang aku ingat, salah satunya berjudul
“Air Mata Sang Garuda” Mas Ade yang pernah diundang di acara keren Ubud Writers and Readers Festival 2017😍 ini ternyata memiliki latar
belakang pendidikan yang tidak berbau Sastra, tapi jurusan yang dia ambil adalah
Sistem Komputer *wah ternyata (kadang
atau sering yah?) untuk menemukan passion, harus pake salah jurusan dulu,
fenomena di negeri ini😐
Mas Ade cerita bahwa dia datang ke sini dari
Pandeglang, belum sempet pulang ke rumah (Cilegon), jadi materinya gak dibawa. “Maaf ya materinya gak dibawa, tapi tenang
aja kepalanya dibawa koq.” begitu kira-kira kata Mas Ade *haha iya isinya udah ada di dalam kepala
kan ya, Mas…😁
Jadi walaupun gak pake slide powerpoint, materi cerpen Alhamdulillaah
tetap tersampaikan dengan baik dan suasana belajar kemaren tetap seru.😊
Pertemuan kemaren diawali dengan perkenalan (lagi),
hehe. Berhubung narasumbernya berbeda dan orang-orang yang datang juga beberapa
berbeda dibanding pertemuan pertama. *Emang
sih ya kalo kegiatan hari minggu itu, saingannya sama acara keluarga atau acara
weekend lainnya, jadi siap-siap aja mengalami dinamika kehadiran, hehe
Kalo kata temen-temen panitia, bakal terjadi
seleksi alam *Hwaa semoga bisa istiqomah
yaaa 😊
Perkenalannya
selain memperkenalkan nama, juga menceritakan buku-buku yang suka dibaca,
penulis favorit, karya yang telah dihasilkan, dan perjalanan di dunia
tulis-menulis. Menarik sekali
menyimak cerita dari teman-teman yang lain. Ada yang karyanya sudah banyak, ada
juga yang masih newbie seperti aku.
Ada yang bacaannya sudah spesifik ke genre/penulis tertentu, ada juga yang masih
random. Rata-rata kalo suka nulis, emang suka baca ya, apapun genre bacaannya. Seperti kata Mas Ade: “Bekal menulis adalah membaca.” Jadi,
kita juga harus tahu mana bacaan yang cocok untuk diri kita sendiri.
🍁Sekilas perkenalan dariku 🍁
Alhamdulillaah sejak kecil sudah sangat akrab dengan buku,
rumahku adalah tempat yang sangat mendukung untuk menumbuhkan rasa suka pada
buku, membaca, dan menulis. Kalo ditanya buku-buku yang suka dibaca,
berubah-ubah sih seiring dengan waktu. Saat kecil sukanya komik Donal Bebek,
Paman Gober, Tintin, Asterix-Obelix, Pasukan Mau Tahu, dan Lima Sekawan. *saat aku menyebutkan buku-buku bacaan masa kecil, yang lain rame menimpali, hehe, emang seru yaa kalo membicarakan bacaan masa kecil😍
Kemudian saat remaja, SMP-SMA, beralih ke fiksi, kayak Harry Potter series,
Eragon series, novel-novelnya Agatha Christie, novel-novel yang lagi booming kayak Ayat-Ayat Cinta, (kayaknya ada lagi tapi yang inget baru
segitu). Saat kuliah beralih lagi ke buku-buku motivasi, kisah nyata
inspiratif, dan self-help, dan akhirnya
sekarang ke tema-tema Islami, pendidikan, dan parenting. Kalo penulis yang kusuka, ada Salim A. Fillah, Hanum
Rais, Kiki Barkiah, A. Fuadi, dan Rene Suhardono (baru inget sekarang, kemaren
yang disebut cuma Salim A. Fillah dan Kiki Barkiah).
Media yang sering
kugunakan untuk menulis awalnya lebih sering diary/journal (jadi
bener-bener menulis dengan menggunakan tangan, sensasinya emang gak tergantikan
yah), tapi kemudian beralih ke media sosial, salah satunya instagram, dan 2
tahun terakhir mulai rajin nge-blog.
Awalnya mulai nge-blog itu karena
ngerjain tugas Matrikulasi Institut Ibu Profesional, dan akhirnya ketagihan
buat ngisi blog dengan lebih banyak tulisan (kebanyakan sih catatan belajar dari ikut kajian/seminar/workshop/kelas belajar
seperti ini).
Kalo ditanya karya, hmm belum banyak nii… Alhamdulillaah pernah ikut project buku Jurnal Ibu Pembelajar
bareng temen-temen di Institut Ibu Profesional, pernah jadi kontributor buku Merdeka Belajar dari Kampus Guru Cikal, dan sekarang lagi jalan project 100 Guru Menulis bersama Mbak Deka Amalia, do’akan yaa bisa
konsisten menulis dan menebar manfaat!
Sttt yang mau ikutan juga project 100 Guru Menulis, dibuka kesempatan buat batch 2, batch
terakhir loh! Infonya di gambar berikut:
Setelah
perkenalan, Mas Ade memberikan materinya, berikut resume-nya:
📌Menulis
itu harus melakukan riset, bukan
mengkhayal belaka. Terutama untuk fiksi yaaa, banyak yang menyangka bahwa
karena fiksi, yaudah modalnya mengkhayal doank… Ups, salah besar! Riset dibutuhkan untuk menuliskan hal-hal detail dan menjadi kekuatan cerita. Aku jadi teringat bagaimana J.K. Rowling mendapatkan inspirasi dalam menulis Harry Potter, kalo kita baca bukunya luar biasa yaa imajinasi yang disajikan di sana! Imajinasi itu ternyata tidak muncul begitu saja tapi berasal dari kebiasaan Rowling membaca dongeng, mitos, bahkan ensiklopedia tumbuhan! Ada lagi cerita di balik Jodi Picoult dalam menuliskan bukunya yang berjudul Leaving Time. Ternyata dia benar-benar melakukan observasi selama beberapa bulan di Afrika untuk mengamati gajah. Wow, selalu salut sama orang luar, mereka serius banget melakukan riset sebelum menuliskan karyanya!
📌Carilah
komunitas menulis. Gunanya
komunitas adalah sebagai wadah untuk sharing,
biar gak pusing sendiri. Komunitas menulis sekarang bertebaran banget, ada yang
online/offline bahan keduanya seperti
FLP ini, tinggal pilih mana yang cocok.
📌Tentukan
tujuan menulis versi diri sendiri!
Kamu mau menulis untuk apa? Cek niat!
📌Bagi
Mas Ade, menulis itu untuk diri sendiri, karena dapat membahagiakan. Setujuuu
banget, Mas!
📌Cara
untuk belajar menulis: ATM (Amati - Tiru
- Modifikasi), jadi kita harus menentukan bacaan yang cocok untuk diri sendiri,
gak asal ikut-ikutan yaa…, begitu juga dengan penulis, pilih yang sesuai dengan
minat kita.
📌Bagian
yang paling penting dalam sebuah tulisan,
cerpen khususnya: judul dan paragraf
pertama. Karena itulah yang biasa dicek sama juri ketika ada perlombaan, kan
capek kalo harus baca semuanya.
📌Ide
isi paragraf pembuka yang menarik:
konflik, suasana perasaan, suasana lingkungan.
📌Perhatikan
pembaca tulisan kita! Kalo kita senang
saat menulis, yakinlah aura itu akan menular ke pembaca.
📌Buatlah
outline (kerangka cerita) agar tidak
meleber kemana-mana. Tapi ini sih
pilihan yaah, kalo buat Mas Ade sendiri bilang dia lebih suka gak pake outline, hehe. Outline terdiri dari awal (pengenalan), tengah (konflik), dan akhir
(penyelesaian).
📌Intinya
tulislah apa yang ingin kamu sampaikan,
soal amanat/pesan moral/hikmah/inspirasi dari tulisan tersebut serahkan pada
pembaca.
📌Salah
satu ciri tulisan yang bagus
= bisa menghasilkan banyak tafsir/pesan.
Review “Pelajaran SD”😝,
unsur intrinsik dalam sebuah cerpen:
✎Tema
✎Tokoh: laki-laki dan perempuan.
✎Penokohan: antagonis, protagonis, tritagonis, figuran
>> sifat, watak, penampilan.
✎Alur/plot: maju, mundur, dan campuran.
✎Sudut
pandang: pertama (aku/saya), kedua (kamu,
kau), ketiga (dia, nama orang).
✎Amanat/pesan: eksplisit/implisit.
Cerpen biasanya terdiri dari 800-2000 kata. Untuk
judul standarnya 4-8 kata.
Cerpen
= kombinasi dari fakta dan imajinasi.
Maksudnya imajinasi adalah penggambaran keadaan suasana dan adanya efek dramatisir!
Cerpen bisa juga menjadi cara untuk mengkritik kejadian/isu-isu terkini, secara implisit.
Terkadang
kita malu untuk membaca karya kita sendiri *Aaah iya banget, tapi di kelas
menulis ini kita selalu “dipaksa” setelah menulis langsung membacakan karya
kita sendiri loh! Jadi latihan mental juga biar berani.😎
Mungkin kita malu karena takut dianggap tokoh
dalam cerpen yang kita tulis adalah diri kita sendiri. Jadi harus dibedakan ya antara
narator dengan pengarang. *Tapi menurutku
gak masalah juga sih kalo tokoh tersebut ternyata adalah diri kita sendiri,
seperti yang dilakukan oleh A. Fuadi dan Andrea Hirata dalam karyanya! Karya
yang keren dan menginpirasi banyak orang.
✎Apa
definisi dari karya yang baik?
Karya
yang baik adalah karya yang bisa menggerakkan
karya-karya lainnya.
Contoh:
Laskar
Pelangi - Andrea Hirata, dari buku
lalu menjadi film, bahkan museum dan objek wisata Belitung menjadi semakin
terkenal.
Negeri
5 Menara - A. Fuadi, dari buku lalu
menjadi film, bahkan menjadi sumber bacaan kuliah di kampus luar negeri, karena
tema budaya khas yang diangkat dalam novel tersebut dijadikan bahan kajian
mahasiswa di sana yang ingin mempelajari lebih dalam tentang Indonesia.
Agenda selanjutnya adalah langsung praktik menulis cerpen, hwaaa degdegan, udah lama banget gak bikin
cerpen, jangan-jangan terakhir pas SD.
Kira-kira
kami diberi waktu 15 menit, kemudian langsung dibacakan dan dibahas satu per
satu!
Berikut
resume pembahasan latihan membuat
cerpen:
📌Paragraf
pertama jangan klise! Tunjukkan
sesuatu yang baru dan istimewa. Contoh yang klise: matahari mengintip dari
balik awan, hujan rintik-rintik membasahi jendela kamarku, …. Sama seperti kalo
diminta menggambar pemandangan, maka yang digambar biasanya adalah dua gunung
yang di depannya ada hamparan sawah, lalu di tengahnya ada matahari dan jalan
berkelok-kelok. Bener atau betul?😅
📌Kurangi
penggunaan kata yang mendayu-dayu,
karena akan menghilangkan fokus cerita. Karena cerpen itu dibaca 1x duduk,
makanya harus padat berisi.
Bukalah cerpen dengan sesuatu yang membuat pembaca penasaran.
📌Bagus
juga loh kalo judul memberi 2 makna,
seperti “Ada apa dengan Cinta?” Cinta di sini adalah perasaan dan juga
sekaligus nama orang.
📌Sisipkan
gerakan/suasana lingkungan di antara dialog.
Jangan menyajikan dialog-dialog panjang nanti pembaca akan bosannn lalu
meninggalkan cerpen kita.
📌Tulis
aja dulu, jangan berhenti, mengedit mah nanti belakangan. *Nah
ini PR besar buat aku!
📌Untuk
sebuah cerpen, 3 tokoh cukup,
kalo kebanyakan nanti hilang fokus, kecuali kalo menulis novel.
📌Cerpen
itu dibaca dalam 1x duduk, tapi belum
tentu ditulisnya selalu dalam 1x duduk juga. Bahkan Mas Ade pernah
menyelesaikan cerpen dalam waktu 3 tahun, karena butuh riset.
📌Prinsip
dasar menulis: konsisten dan balikin lagi ke niat diri sendiri.😇
Sesi
Q&A
✎Cara
mengatasi writer’s block: lakukan hobi, bisa jalan-jalan, olahraga;
nonton film yang se-genre dengan tulisan yang kita buat untuk mencari
inspirasi; intinya tutup laptop dulu kerjakan hal lain.
✎Tips
tulisan bisa lolos di media: ikuti
syarat yang diberikan oleh media tersebut, riset tentang media tersebut (biar
tahu tipe tulisan yang dikehendakinya seperti apa), kuatkan judul dan paragraf
pembuka!
✎Cara
mengembalikan mood saat tiba-tiba ada distraction: baca ulang cerpen beserta outline-nya.
Gak
ada alasan untuk gak ada ide jadi gak nulis. Diri sendiri adalah ide. Bahkan
ketika lagi gak ada ide itu bisa menjadi sebuah ide tersendiri. *jlebbb
Kalimat yang diucapkan Mas Ade saat kelas
menulis kemaren, juga kutemukan di artikel wawancaranya dengan blogger UWRF, Putu Aruni Bayu:
“Ide itu diciptakan, ditemukan, dan
dibuat. Bukan ditunggu. Ide itu apa yang bisa kamu lihat dan rasakan. Ide itu
kamu sendiri. Atau aku(?)”
Keuntungan
menjadi penulis: penulis itu lebih
peka dalam melihat sesuatu di lingkungannya. *Iya, soalnya jadi ide buat tulisan, hehe.
💭Closing statement:
“Menulislah
agar kita bahagia, jangan karena ikut-ikutan orang lain.”
Oiya, yang masih penasaran dengan sepak
terjang Mas Ade di dunia kepenulisan, bisa mampir ke blognya: http://www.quadraterz.com
✏✏✏
Berikut hasil tulisanku saat praktik menulis
kemarin: membuat outline, judul, dan paragraf pembuka.
Terinspirasi
dari pengalaman nyata saat mengajar di Mutiara Bunda, kalo Mutbunders baca ini,
pasti tahu deh siapa yang akan kujadikan tokoh dalam cerita ini.
Outline
>>
✏Awal: suasana awal tahun ajaran baru di sekolah.
✏Tengah: ada anak yang super penasaran dengan ruang
sains.
✏Akhir: anak tersebut jadi rutin ke ruang sains
setelah jam pelajaran berakhir.
“Sang Saintis Kecil”
Hari ini adalah hari pertama anak-anak kembali
ke sekolah. Ketika jam istirahat tiba, beberapa anak kelas 1 tampak bergerombol
di depan pintu ruang sains.
“Wah, itu apa ya?” tanya salah satu anak yang
penasaran.
“Eh, coba masuk ke dalam yuk!” ajak anak yang
lainnya
“Hwaaa takuttt!” seru seorang anak lalu
kemudian dia berlari menjauh.
Itu beberapa ucapan anak-anak baru yang
terdengar oleh Rima, guru sains di sebuah sekolah inklusi. Awal tahun ajaran
baru memang selalu membuat perasaannya campur aduk, antara bersemangat untuk
mengaplikasikan ide-ide metode mengajar yang baru dan lebih seru, bahagia
karena bertemu dengan anak-anak lagi setelah liburan, serta khawatir akan
sikapnya yang perfeksionis dalam menghadapi anak-anak. Tapi kali ini, dia
bertekad untuk mengurangi rasa kekhawatirannya yang berlebihan, dan
menggantikan rasa itu menjadi perasaan yang lebih menikmati perannya sebagai
pendidik.
Nah, penasaran dengan lanjutannya?
Insya
Allah minggu depan yaaa akan release, hehe, karena emang tugasnya
membuat cerpen yang utuh sih, hwehehe. Semoga bisa konsisten dengan outline yang telah dibuat, atau mungkin
nanti di tengah jalan tiba-tiba muncul ide lain. Bisa jadi!
✎Salam literasi!📚
Serang, September 2018
Miranti Banyuning Bumi
Memotivasiku untuk bisa rajin menukis juga ka
BalasHapusYeay Alhamdulillaah :)
Hapus