BundSay Game 11 (day 1): Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak - by Growing Mommy
Bismillahirrahmanirrahiim...
Tantangan kali beda! Biasanya kita
ngerjain sendiri-sendiri, kali ini bener-bener kerasa barengannya!
Yap, tema tantangan kali ini adalah “Pentingkah
Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak?” dengan kegiatan “Learning by Teaching”.
Jadi kami dibentuk menjadi beberapa
kelompok, secara acak, lalu membuat presentasi semenarik mungkin untuk
disajikan.
Saya kebagian di kelompok 5 dan “ditembak”
jadi ketua *huwaaa, udah degdegan aja nih secara teteh-teteh yang lain udah
lebih berpengalaman, da aku mah apa atuh…
Tapiii, ternyata…
Alhamdulillaah dapet temen sekelompok
yang kooperatif, pengertian, positif aja bawaannya, jadi menenangkan untuk
mengurangi sedikit kadar degdegan dan jiper, hehehe.
Jazakillah khairan katsiran Teh Ita
dan Teh Ninik.
Berikut isi presentasi dan sesi
tanya-jawab saat giliran kelompok kami!
QnA
Teh Prita: faktor bawaan 40% disini
maksudnya terkait kromosom kah atau karena orangtuanya seperti itu juga (bawaan
psikologis)? Lalu bagaimana kita mengantisipasi faktor bawaan ini, teh? Terima kasih
😊🙏🏻
Jawaban: Sya coba jawab yaa teh☺
Sya pernah membaca buku misteri DNA
karya seorang profesor dri Jepang (Kazuo Murakami), inti yg sya tangkap dari
buku itu adalah DNA kita itu membawa semua sifat yg bisa di ON/OFF kan gitu,
nah yg membuat itu ON/OFF ada bbrapa faktor, faktor dari dalam (salah satunya.
makanan) dan luar (seperti pergaulan dan pendidikan di lingkungan).
Kalo faktor bawaan maksudnya ada
bbrapa orang yg lebih sensitif untuk lebih mudah di-ON kan sifat tertentunya,
jadi caranya harus lebih dijaga faktor2 yg memicunya.
Kalo makanan sya belum tahu apakah
untuk penyimpangan seksualitas ada makanan tertentu yg memicunya.
Tapi yg jelas dan insya Allah sudah
kami sepakati adalah penguatan dari faktor pendidikan dalam rumah☺
Tanggapan dari teh Peppy: Jadi klo di
pelajaran Biologi kelas XII itu ada satu bab tentang genetika..
Yang ppy tangkap dari bab tersebut
adalah bahwa penyakit2 sosial semacam LGBT dan yang tadi kita bahas bersama
tidak akan mempengaruhi bentukan kromosom dan kode genetik yang dibawanya
(untuk kemudian diwariskan pada keturunannya)
Klo faktor makanan yanh dikonsumsi,
itu memungkin sekali untuk terjadi perubahan genetik. Kita kenal sebagai mutasi
gen. Agak sedikit berbeda ya dari bukunya Prof. Murakami 🙈
Tapi yang jelas, untuk penyakit sosial
itu penyebabnya adalah bawaan psikologis orangtua dan orang2 terdekatnya
Tanggapan dari saya: Makanan semacam
junk food kali ya teh..., oiya baru
ingat polusi zat kimia berbahaya jika bisa menyebabkan mutasi gen
Teh Juli: Teteh2 mau tanya, apa yang
harus qt lakukan untuk melundungi anak2 qt, bila pelaku LGBT tersebut ada dekat
sekali seperti bila itu ada di bagian keluarga dekat atau tetangga dekat, yg
diluar penyimpangannya dia bersikap sangat baik secara sosial
Jawaban: Jika hubungan (bonding) antara
orang tua dan anak, lekat, dekap, dekat mereka akan memiliki imun yg kuat untuk
mencegah hal yg tidak baik.
Bekali mereka dengan ilmu dan
pemahaman agama yang cukup.
Dan yang terpenting titipkan anak2
kita pada sang pemiliknya.
Tambahan dari teh Diyah: Bekali anak
utk tdk mudah diajak ikut org yg tdk dikenali atau keluarga.. Ajarkan utk
menolak atau berkata tidak ajakan org lain, atau menerima makanan dr org lain..
Tanggapan teh Juli: Intinya teteup
bonding ya teh dan ajarkan untuk berkata tidak, nuhun pisan kelompok growing
mooms dan mba dyah😘😘
Sebenernya pertanyaan ini tercetus
dari perkataan ponakan yg notabene sudah besar dimana ada temannya ada yg
cenderung melambai tapi baik banget akhirnya dia lebih permisif terhadap LGBT
ini
Teh Lisna: teteh2 Growing Mom 😍
Dengan maraknya berbagai penyimpangan
seksual, salah satunya pelecehan seksual yang pelakunya masih dibawah umur. Sedangkan
hukum yg berlaku di indonesia sendiri membebaskan tersangka dengan usia dibawah
umur. Bagaimana menanggapi hal tersebut?
Jawaban: Pertama, untuk mengubah hukum
perlu prosedur.
Tapi kita sebagai orang perlu paham
apa penyebab itu terjadi.
Sehingga kita bisa membentengi
anak-anak kita untuk tidak menjadi pelaku atau korban.
Jikalau pelakunya dibebaskan,
semestinya ia tetap dalam pengawasan baik aparat hukum maupun pihak yang
berkompeten dalam kasus tersebut seperti psikolog/psikiater/dokter.
Closing statement dari kelompok kami “Growing
Mommy”:
Saya terinspirasi dari penjelasan
surat al-Asr oleh ust. Nouman Ali Khan pada video tsb, sekarang ini masalah
fitrah anak yang tidak tumbuh sebagai mestinya seolah-olah membuat kita
tenggelam, salah satunya adalah fitrah seksualitas.
Kita tenggelam dengan rasa khawatir,
galau, takut dengan bagaimana mendidik anak kita dengan lingkungan yang sudah
banyak penyimpangan.
Jadi apa yang harus kita lakukan?
1. WAKE UP
Kita harus sadar dulu seperti apa
permasalahannya, penyebab, akibat, bagaimana agama kita mengaturnya. Kita harus
memperkuat iman kita.
2. SWIM
Ya, kita harus berenang = bergerak =
berubah untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Dimulai dari diri sendiri.
3. TELL OTHER THE TRUTH
Masuk surga itu jangan sendirian yaaa,
jadi jangan lupa ajak pada kebaikan orang terdekat, masyarakat lingkunganmu,
semoga itu berefek lebih besar nantinya.
4. SABR
Semudah itukan tahap-tahapnya? Tidak…
Teori yang kita pelajari di sini (mungkin) terlihat “gampang”, tapi sesugguhnya
butuh kesabaran yang terus di-upgrade. Saling mengingatkan dalam kebaikan yaa
teman-teman, dan harus sabarrr☺🙏🏼
Penutup dari teteh fasil keren “teh
Diyah” pada sesi kami:
Allah menciptakan makhluknya scr
berpasang pasangan... Sdh jelas dlm Alquran, kl tdk laki2 ya perempuan... Tdk
ada abu2, maka kl smp yg mjd abu2 brarti melawan kodrat.. Kromosom x dan y sdh
mjd hak cipta Allah jelas tdk abu2..
Maka tugas kita sbg orgtua di saat byk
penyimpangan adlh mjg fitrah anak spy sesuai yg ditetapkan Allah.. Laki atau
perempuan, jauhkan dr lingkungan yg merusak.. Doakan
Terimakasih growing mommy bikin heboh
siang ini... dg kasus2nya..
Smg msh bs dikembangkan diskusi kali
ini di lain kesempatan.. 👏👏👏
#level11 #day1 #Tantangan10Hari #FitrahSeksualitas
#LearningByTeaching #BundaSayangSesi11 #KuliahBunsayIIP #BundaSayang
#InstitutIbuProfesional #IIP
Bandung, 2018
Miranti Banyuning Bumi
0 Komentar