BundSay Game 5 (day 8):
Iqra! Bacalah! – Menyelami
Kisah Bermakna
Bismillahirrahmanirrahiim...
Ketika orang-orang
ditanya “Kenapa suka membaca buku?” seringkali jawabannya adalah karena ingin
menambah wawasan dan ilmu. Terasa klise tapi memang itu bahasa yang umum…
Bagi saya ada hal yang
lebih spesifik dari menambah wawasan dan ilmu, saya merasa saat saya menemukan
buku yang menurut saya ‘klik’ banget dengan keadaan saya, itu adalah cara Allah
memberi jawaban atas do’a-do’a saya, Allah mendengar apa yang saya ucapkan dan
apa yang terbersit di hati…masya Allah…
Beberapa tahun belakangan ini lebih suka membaca buku yang berdasarkan kisah nyata atau pengalaman-pengalaman sederhana yang kemudian digali hikmahnya, suka merinding bacanya “aaah rencana Allah pasti yang terbaik, manusia itu gak tahu apa-apa…Allah lah yang mengetahui semuanya… Tugas manusia Cuma ikhtiar, terus awakkal… Apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan sebaliknya”.
Salah satu buku yang
berkesan tentang menyelami kisah bermakna adalah bukunya teh Kiki Barkiah
(nge-fans banget deh sama teteh yang satu ini, tulisan-tulisan beliau di fb
juga selalu bikin “iri” untuk terus berjuang menulis kebaikan-kebaikan
sederhana)
Judul buku beliau yang
terakhir saya baca adalah 5 guru kecilku (bagian II)
📖Buku ini bukan hanya untuk yang sudah jadi IBU, tapi juga bacaan yang tepat untuk yang sedang mempersiapkan diri (CALON IBU)
📖Membaca rangkaian kata-kata yang mengalir di buku ini membuat saya belajar, bahwa menulis adalah salah satu cara untuk mengubah energi negatif menjadi energi positif di tengah kelelahan
menjalankan suatu amanah (dalam hal ini tentu sebagai IRT, tapi menurut saya tidak terbatas
hanya peran itu, tapi peran-peran yang lain juga, dengan menulis maka akan memunculkan prasangka-prasangka baik lalu melahirkan energi positif🌟)
📖Kenapa saya membaca
buku ini?
Karena sejak
mendapat amanah sebagai pendidik,
maka problematika dalam menghadapi
tingkah anak-anak pun bermunculan
(tidak! Saya tidak mau menyebut
mereka 'anak nakal', mereka hanya belum bisa membedakan mana baik/buruk, mana boleh/tidak boleh). Maka
beberapa cara untuk menghadapinya: dengan belajar dari teman-teman yang sudah berpengalaman (ngobrol langsung/mengamati
mereka), serta dari buku-buku seperti ini.
Ada banyak
nilai yang bisa diambil dari buku ini, 3 yang saya highlight:
✨1. Soft and
gentle but firm
Ketika muncul
suatu hari yang lain dari biasanya (ujian kesabaran), kita harus banyak-banyak beristighfar
sambil terus berusaha menjaga nada
bicara agar tidak meninggi,
salurkan energi negatif (misal usap-usap dada & menjauh dulu dari anak-anak) agar gejolaknya tidak berubah menjadi kemarahan yang akan memutuskan berjuta neuron otak mereka. Setelah tenang, barulah libatkan mreka untuk bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah.
✨2. Tidak apa-apa ya kita sedikit berbeda
Perbedaan>>
kehidupan lebih berwarna.
Namun berbeda tidak berarti terasing, karena kita masih bisa tetap
bersama untuk beberapa hal yang sama-sama kita sepakati. Meski terkadang kita menemui kondisi di mana kita harus tegas berkata "hidupku adalah hidupku & hidupmu
adalah hidupmu", & kelak kita akan mempertanggungjawabkannya.
✨3. Bersabar untuk lebih
mendengar
Terkadang kita tidak sabar untuk menunda sedikit
pekerjaan, memberikan sejenak waktu untuk mendengar
perasaan+penjelasan anak-anak sehingga kita menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi
prilaku mereka. Dengan mendengar kita akan lebih memahami bahwa kesalahan mereka hanyalah ketidaktahuan mereka. Disinilah peran kita untuk mengajarkan mereka untuk bersikap yang tepat.
Ntah kenapa setelah baca
buku-buku dan tulisan-tulisan beliau di blog https://kikibarkiah.wordpress.com/ atau fb https://www.facebook.com/kiki.barkiah jadi semakin ingin menjadi IBU -fitrah setiap wanita- (sambil membatin “Mirrr…temukan dulu pendamping penggenap
jiwamu…”, mellow deh…)
#level5 #day8
#Tantangan10Hari #ForThingstoChangeIMustChangeFirst
#Iqra #Bacalah
#SukaMembaca #KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional #IIP
Bandung, 2017
Miranti Banyuning
Bumi
0 Komentar