Observasi beda loh dengan menilai👦👧

Sebentar lagi akhir semester... Huwaaaa😩😩😩
Kenapa gitu???
(Bagi seorang guru) Semakin dekat dengan rapotan!!!😟, waktunya rekap nilai, cek tugas anak-anak, dan yang selalu paling bikin kepikiran adalah bikin narasi rapot!!!😵😵😵

📌Apa itu narasi rapot?😏
Oke, rapot "kids zaman now" itu beda!, ga kayak rapot generasi kita dulu yang hanya rapot angka.
Hmmm jadi semacam laporan observasi guru gitu terhadap anak-anak didiknya selama pembelajaran berlangsung.
Keren loh sebenarnya, jadi orangtua bisa tahu perkembangan anaknya lebih detail tidak hanya dari segi akademik.😍😎

Nah bagi gurunya (baca: saya) ini tantangan yang (sangat) berat (awalnya).😤😤😤
Kebayang yaa...pertama kali saya jadi guru, terus tau tentang ini... bikin langsung lemes, membayangkan harus memperhatikan (dengan seksama) anak satu-satu, terus diinget-inget, terus nanti akan menulis narasi buat 8 kelas, sekitar 160 anak.😟😟😟
"Bisa ga yaaa"

Alhamdulillaah-nya narasi rapot tersebut hanya terdiri dari beberapa kalimat saja untuk setiap anak *sajaaa? Yakin...

Intinya (saat itu) saya masih belum menemukan 'flow' membuat narasi rapot ini...
Masih mepet-mepet baru bikin, kata-katanya belum mengalir selancar menulis biasanya...
Masih harus berjuang cari cara yang tepat biar bisa menikmati bikin narasi rapot dengan menggunakan kata-kata yang detail & spesifik untuk setiap anak!
*Superrr ya tantangannya! Tapi harus belajar menikmati proses

Idealnya sih yaaa, kalo kata temen-temen yang udah senior, yang bikin narasi udah tinggal ngedipin mata #eaaa, yang tetep bisa tidur nyenyak menjelang rapotan (eh kalo ini mah saya juga Alhamdulillaah tetep bisa tidur nyenyak walau pas bangun langsung degdegan gara-gara narasi rapot belum beres hhehe).

Tipsnya adalah bikinnya harus dicicil, setiap masuk kelas bikin target observasi beberapa anak, terus bikin catatan sementara di notes gitu, nanti catatan ini lah yang 'diramu' menjadi laporan observasi di rapot!
Aaah itu idealnyaaa, semoga pelan-pelan bisa diikhtiarkan

Oke, tulisan yang di atas hanya 'kata pengantar' untuk tulisan utama di bawah ini
Hahaha maaf yaa kalo kepanjangan...
Sebenarnya tulisan ini lebih ingin membahas tentang kata "OBSERVASI"

Observasi itu bagi saya menarik banget
Bagi saya mengobservasi sebenarnya sudah kerjaan sehari-hari, tapiii observasi benda mati
*dulu kuliahnya di kimia, jadi akrab banget dengan laboratorium dan ekperimen yang pastinya saya harus mengobservasi dan menganalisis, misalnya observasi plat KLT, spektrum NMR (hanya yang pernah ngambil mata kuliah berbau kimia yang tahu ini, hehe)

Naaah tapi sejak menjadi guru...yang diobservasi kan beda! Makhluk hidup loh (walaupun di kimia pernah mengobservasi makhluk hidup juga sih... tapi bakteri), tapi sekarang ini makhluk hidup yang diobservasi adalah makhluk hidup yang penuh energi dan rasa ingin tahunya luarrr biasa, ANAK-ANAK!

Alhamdulillaah 2 hari yang lalu (4-5 November, sabtu dan minggu) di acara yang berbeda tapi koq ya setema yaitu tentang OBSERVASI
Jadiii intinya saya mau berbagi ilmu tentang "OBSERVASI"

🌻Acara pertama adalah acara Temu Pendidik (mudik) #3 Bandung
Ceritanya kami berbagi ilmu dari Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2017, salah satu pembicaranya adalah Miss Thasya (Kinderland Bandung).
Beliau menjelaskan tentang "Observing Young Children for Early Childhood Educators"
Berikut resumenya:
"A good teacher is a good observer"
Ketika sedang mengobservasi sesuatu, kita tidak boleh langsung melabeli (disebut paman atau ayah atau pengasuh, emangnya sudah tahu kalo itu paman/ayah/pengasuhnya?). Sebut saja sesuai dengan apa yang kita amati: ada seorang laki-laki dewasa menggunakan baju lengan pendek sedang melihat bayi yang matanya terpejam (karena belum tentu juga bayi itu tidur).
Saat mengobservasi anak, kita harus hati-hati membuat pernyataan.
Contoh:
📌Hindari kata "menikmati", gunakan kata yang lebih detail seperti "memperhatikan dengan cermat" atau "mendengarkan dengan baik".
📌Kata "antusias" itu persepsi/opini/asumsi, bisa digantikan dengan "menyelesaikan dengan cepat". 
📌Kalimat "menyelesaikan tugas art-nya dengan baik" bisa diganti dengan "bisa memotong lingkaran dengan rapi".
📌Ada seorang guru yang menulis catatan observasi: "Anak ini sudah mampu menulis dengan baik." Menulis apa? Harus detail, misalnya: "menulis 'makan nasi' dengan sangat baik".
Karena jika dalam catatan observasi tertulis "menulis dengan baik" ada kemungkinan ortu mengganggap anaknya sudah bisa menulis kalimat kompleks dengan baik juga.

Inilah salah satu penyebab persepsi perkembangan anak menjadi salah >> terjadi perbedaan persepsi antara orang tua dengan guru karena hasil observasi tidak ditulis dengan detail dan spesifik.

Mengapa laporan observasi itu penting???
📌Untuk mengidentifikasi kebutuhan anak
📌Untuk mengetahui apakah ada masalah yang spesifik pada anak
📌Untuk memandu pembuatan kurikulum perkembangan anak
📌Untuk mendokumentasikan perkembangan anak
📌Untuk mengevaluasi program yang sudah berjalan
📌Untuk belajar lebih jauh mengenai perkembangan anak

Jadi, menyampaikan laporan observasi anak dengan detail dan spesifik akan menjadi cara untuk pendekatan anak ke depannya >> hal-hal apa saja yang harus dibantu untuk dikembangkan. Oleh karena itu berlatihlah untuk menggunakan kata yang lebih detail dan spesifik dalam laporan observasi.

🌱🌱🌱
🌻Acara kedua adalah kopdar relawan Komunitas NAK (Nouman Ali Khan) Indonesia
Salah satu materinya adalah tentang team building oleh Kang Surya Kresnanda.
Berikut resumenya:

Ada 3 poin penting dalam team building:
📌Right man on the right place
📌Kenali kepribadiannya
📌Bangun budaya belajar dan bertumbuh

Nah, tentang observasi itu ada di poin kedua. 
Ternyata cara paling jitu untuk mengenali kepribadian seseorang adalah dengan melakukan observasi.
Observasi itu netral ya... 
Bukan untuk menilai atau melabeli seseorang. 
Bukan untuk membeda-bedakan tapi untuk mengenal perbedaan.

Orang cenderung menilai orang lain dengan persepsi dia sendiri.
Misalnya: 
📌Ketika kita melihat orang yang makannya tidak bersih piringnya, persepsi yang mungkin muncul: "Iiih ga bersyukur koq makannya ga dihabiskan, di luar sana banyak loh orang-orang yang susah cari makan bahkan kelaparan." 
Padahal kalo dilihat dengan kacamata observasi, orangnya yang makannya tidak habis (tidak bersih isi piringnya) adalah orang yang tidak terlalu suka memperhatikan printilan. Sebaliknya orang yang makannya habis (bersih tak bersisa isi piringnya) adalah orang yang apabila bekerja maka harus tuntas.

📌Kasus lainnya adalah ketika ada pengemis yang meminta-minta lalu ada teman kita yang tidak memberi padahal kita baru saja melihat dia memiliki banyak receh. Mungkin persepsi yang muncul adalah: "Iiih koq kamu pelit sih". Padahal setelah ditanya ke teman yang tidak memberi tadi, jawabnya adalah "saya khawatir apabila saya memberi nanti membuat dia semakin malas, secara tidak langsung saya mendukungnya untuk terus meminta-minta seperti itu." 
*nah loh jadi su'udzon kalo buru-buru menilai tapi ternyata tidak sesuai dengan asumsi kita...

📌Sering pula dalam suatu kelompok atau tim kita melihat ada orang yang selalu protes, melihat selalu dari sisi buruknya, lalu kita berasumsi "Duh nih orang negatif mulu sih, apa-apa khawatir, apa-apa takut, kapan majunya." 
Padahal kalo dilihat dengan kacamata observasi, orang seperti ini juga dibutuhkan loh dalam suatu tim, dia adalah orang yang mampu melihat resiko. Jadi coba bayangkan apabila dalam suatu tim isinya orang optimis semua, bisa-bisa tim ini selalu nabrak tembok karena tidak ada yang mewanti-wanti. Oleh karena itu kita tetap butuh dengan orang pesimis.

Intinya adalah mengobservasi bukan menilai. 
Observasilah tanpa menilai!
Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

6 Komentar

  1. well done, Bu Miranti! senang sekali ibu bisa membuat sebuah konklusi yang baik tentang "Observasi" ini, semoga bermanfaat dan bisa menjadikan kita semua untuk menjadi PENDIDIK lebih baik *peluk hangat. salam!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasiiih miss Thasya :). Aamiin... *juga peluk hangat ^_^

      Hapus
  2. Waah, keren ya mbak. Apakah rapot sprti ini berlaku utk semua sekolah? Ato mgkn masih ada sekolah yg belum menerapkan? Barakallah ya mbak 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa mbak, keren dan menantang ya :D
      Hmmm sya kurang tau mbak, tapi untuk beberapa sekolah swasta sepertinya sudah seperti ini :)
      Aamiin...jazakillah khairan katsiran ya mbak ^_^

      Hapus
  3. Bayangin menuliskan keistimewaan 160 anak saja sudah membuat aku merinding, teh...

    Btw,
    Aku juga dari Kimia teh...
    Tapi tetap menggunakan asumsi bukan observasi.

    Hiiks...
    Ini harus dilatih.

    Haturnuhun yaa teh Miranti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhehe teh Lendy jangan-jangan membayangkan 1 anak bisa dibikin 1 buku tersendiri yaaa :D

      Ohyaa wah kita samaaa , tosss teh :)
      Iyaya teh kadang aku juga lebih ngerasa sering pake asumsi daripada observasi, cwe mah suka main feeling daripada logika...haha

      Iyaaa teh harus dilatih, sama-sama belajar kita :)
      Sami-samiii teh Lendy, terima kasiiih sudah mampir...

      Hapus

Langsung ke konten utama