TPN - Kelas Kompetensi 2 - Menulis Buku dengan Mudah, Murah, dan
Menyenangkan
Pembicara: Sri Sulistiyani
“Mengapa ingin menulis buku?”
Itu adalah pertanyaan yang Bu Sulis lontarkan saat membuka kelas
belajar ini.
Semua peserta kelas menuliskan jawabannya di _post it_, lalu
membacakan ke semua yang ada di kelas dan menempelkannya di papan tulis.
Jawaban-jawaban dari pertanyaan itu sungguh luar biasa dan mulia😍, beberapa diantaranya
karena ingin menyebar inspirasi, ingin dikenang dengan sesuatu yang baik
setelah tidak ada lagi di dunia ini, ingin berbagi praktik baik di kelas, ingin
menjadi orang yang bermanfaat, dan ingin belajar menggali hikmah dalam kehidupan
sehari-hari.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah: “Terus kenapa sampai sekarang
belum menulis?”
Hmmm jawaban yang muncul berbeda tapi intinya hampir sama, yaitu
merasa tidak sempat atau tidak tahu mau memulai dari mana.
Pada dasarnya seseorang yang bisa bicara tentu bisa menulis. Seseorang
yang bisa berpikir dan merasakan, pasti bisa menulis!
Ada analogi menarik yang beliau sampaikan kepada kami:
_"Kalo kita makan, makan, dan terus-terusan makan, maka nanti kita akan muntah...
Kalo kita baca, baca, dan terus-terusan baca, maka nantipun akan terasa penuh dan ingin 'memuntahkan' kata-kata. Maka 'muntah'kanlah kata-kata itu dengan menulis."_
Setelah itu Bu Sulis mengajak kami melakukan praktik teknik _auto
writing_
Di sini kami diingatkan untuk:
🌱"maen
feeling, bukan maen logika"
🌱Gunakan
alam bawah sadar
🌱Terima
diri apa adanya
🌱Terima
orang-orang di sekitar, orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita...
🌱MOVE ON!
dari yang tidak menulis menjadi mulai menulis
Kemudian kami diminta untuk:
🌸Cari
posisi yang nyaman, harus santaiii...
🌸Rasakan
nafas kita...boleh sambil memejamkan mata...
🌸Ketika
kita mulai tersenyum itulah tanda bisa mulai menulis...
Praktik yang kami coba adalah:
🌻Belajar
menulis apa yang dirasa dan dipikir (bentuknya bebasss, tidak ada yang salah,
semua pasti bisa menulis)
🌻Belajar
menulis puisi (bentuknya bebassss syaratnya tulis 1 bait dulu, tidak selalu
panjang/pendek, intinya ikuti irama hatimu)
🌻Belajar
menulis liputan (kami dipersilahkan keluar selama 15 menit, mengamati
lingkungan sekitar, boleh melakukan wawancara dalam pikiran, mendeskripsikan
apa yang dirasa dan dilihat, boleh tentang para panitia yang sedang sibuk,
abang bakso yang berjualan di depan gerbang, para peserta yang terlihat
antusias, dll)
🌻Belajar menulis
narasi (ini dijadikan PR dan proyek kolaborasi bersama untuk membuat buku!!!
insya Allah, tentang perasaan dan pikiran selama #TPN2017)
Selanjutnya adalah materi yang saya tunggu-tunggu (bangettt): *Cara Menerbitkan Buku*
1. _Major Label_ (Gramedia, Mizan, proU Media, dkk)
Di sini Bu Sulis mengajak temannya yang merupakan penulis langganan
Mizan untuk berbagi, yaitu Mbak Lina (nama pena: Lina Sellin).
Dunia menulis adalah dunia bersenang-senang dan berbagi.
Menulis bisa di mana saja dan kapan saja, termasuk dalam perjalanan.
Siapkan note dalam bentuk buku kecil atau aplikasi note di hp untuk
menangkap ide yang berseliweran "_catching the ideas_", yang nantinya
akan dikembangkan di waktu lain.
Menulis itu ga bisa instan ya!, harus dilatih terus.
Dunia perbukuan itu sangat luas, banyak tulisan yang masuk, tentu
terjadi persaingan antara penulis langganan vs penulis amatir/calon penulis.
Tentu para editor lebih melirik para penulis langganan untuk diikutkan
ke tahap selanjutnya.
Jadi apa rahasianya agar tulisan kita (penulis amatir) juga bisa
dilirik oleh para editor?
Bikin PROPOSAL!!! 1 lembar aja, isinya apa?
✨Judul
buku
✨Sasaran
pembaca yang spesifik, misalnya para guru/pendidik, orang tua, anak-anak usia
tertentu, dsb
✨Format
buku yang spesifik dan sesuai dengan penerbit buku yang kita ajukan, misalnya
jenis kertas cover, isi buku hitam putih/warna
✨Alasan
pembuatan buku harus diterbitkan, misalnya kenapa buku itu penting untuk para
orang tua
✨Akan
dijual kemana, misalnya ke komunitas atau organisasi tertentu karena biasanya
pembeli potensial buku kita adalah orang-orang terdekat kita (keluaga, rekan
kerja, teman sekolah/kuliah, komunitas), jadi pintar-pintarlah membuat
jaringan, hehe. Boleh juga disertakan rencana penjualan/tour.
Tahap selanjutnya adalah kita harus mencari tahu lalu menentukan
naskah mau dihargai berapa?
Ketika naskah kita diterima editor jangan keburu seneng dulu, ada
tawar-menawar naskah, bisa jual putus/royalty (jangan mau di'permainkan' oleh
penerbit yah)
Untuk royalty itu sekitar 5-10%, kalo pemula banget bisa 5%
royaltynya.
Biaya yang harus diperhitungkan: biaya cetak, biaya pajak, penulis,
editing, cover, dan illustrator.
2. _Indie Label_
Menerbitkan buku pada penerbit-penerbit kecil. Kadang penerbit kecil
ini juga membantu untuk pemasaran.
3. POD (_Print on Demand_)
Menerbitkan buku hanya ketika ada permintaan.
4. _Self publishing_
Menerbitkan buku sendiri. Sekarang memasarkan buku sudah lebih mudah,
salah satunya dengan memanfaatkan media sosial dan jaringan komunitas.
Ingin menjadi penerbit sendiri? Bisa koq! Caranya:
🍀Daftar
jadi penerbit >> ada link ke perpustakaan nasional. Syaratnya adalah bagi
yang sudah punya akta notaris lembaga (membuat akta ini tidak lebih dari 500rb)
>> isbn.perpusnas.go.id/Account/Register
🍀Memiliki
naskah
🍀Daftar
buku yang akan diterbitkan >> ada ISBN (_International Standard Book
Number_) artinya diakui internasional bahwa buku itu ada >> bisa
_searching_ di google prosedur pembuatan ISBN, mudah koq😊
🍀Cetak
🍀Jual
🍀Pasarkan
Terakhir adalah mari membuat program menulis!
Bisa program menulis buku sendiri atau menulis buku kolaborasi,
misalnya tentang TPN 2017, praktik baik di kelas, celotehan anak-anak di kelas,
melihat dari sudut pandang anak, special moments bersama murid, dll.
Kata-kata penutup dari Bu Sulis:
*"Berbahagialah!!! Menulislah dengan bebas! Menulis membuatmu
abadi... Menulislah minimal 1 buku sebelum mati."*
0 Komentar