Berbagi Ilmu dan Rasa dari TPN 2017 (2/2)

Bismillahirrahmanirrahiim…

🌸🍀💛Menemukan orang-orang yang se-frekuensi adalah berkah.💛🍀🌸

Maksudnya se-frekuensi?

🌸Itu loh orang-orang yang saat baru kita kenal terus langsung nyambung gitu obrolannya, karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diceritakan ke semua orang, tapi kalo se-frekuensi jadi bisa ngobrol tek-tok! (hehe, begitulah kurang lebih, intinya pasti dapet kan yaa)

🌸Biasanya kita (baca: saya) temukan hanya beberapa orang di sekolah, tempat kuliah, atau tempat kerja...
Nah biasanya yang lebih banyaak itu bisa ditemukan di komunitas!

🌸Alhamdulillah itulah yang saya rasakan ketika bergabung di Komunitas Guru Belajar, terutama ketika pertemuan-pertemuan yang biasanya di dunia maya menjadi di dunia nyata!
Luarrr biasaaa!

Pertemuan itu adalah acara 🍀Temu Pendidik Nusantara🍀
Jujur saya bingung mau nulis dari mana tentang pengalaman di Temu Pendidik Nusantara sabtu-ahad 4 bulan yang lalu (14-15 Oktober 2017), terlalu banyak inspirasi, ilmu, kisah, dan emosi yang membuncah hadir selama 2 hari itu...
Tulisan ini pun sempat menjadi draft dari bulan Oktober, akhirnya bisa mejeng juga di blog, hehe.

🌿🌻🌿
Apa itu Temu Pendidik Nusantara (TPN)?
Temu Pendidik Nusantara adalah konferensi yang mempertemukan guru-guru dari berbagai daerah se-Indonesia untuk berbagi inspirasi dan kisah dari sekolah masing-masing.
Bersyukur bisa berkumpul dengan teman-teman baru yang se-frekuensi.
Kenapa saya sebut "se-frekuensi"?
Iya karena saya merasa di sini hati kami satu tujuan, mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Walaupun baru pertama kali bertemu mereka, tapi sangat terasa antusias dan energi yang saling menular dan begitu mudahnya saling berbagi senyum dan berbagi kisah😍😍😍
Jujur saya bukan tipe orang yang suka/bisa memulai pembicaraan dengan orang baru, tapi di sini saya merasa setiap ketemu orang baru bawaannya pengen senyum dan ngobrol bertukar cerita gitu…hehe
Bertemu dengan teman-teman baru yang se-frekuensi dari berbagai daerah se-nusantara! yang bisa langsung nyambung ngobrol padahal baru pertama kali bertemu tuh rasanya sesuatu banget.

🌟 Aura positif saling menular dan masih terasa hingga detik ini, Masya Allah, Alhamdulillaah🌟

🌿🌻🌿
Aaah intinya pulang dari sana saya merasa keranjang kosong yang dibawa jadi penuuuh sampe meluberrr, jadi butuh beberapa hari *dan tak terasa sudah 4 bulan yang lalu yah!* untuk menata oleh-oleh itu sebelum akhirnya dibagikan!
Yup PR besar dari pulang TPN adalah membagikan apa yang didapat selama TPN dan mengajak setiap guru di manapun ia berada untuk kembali belajar lagi, untuk suka dan menikmati proses belajar,
Sesuai kalimat yang sering terdengar dalam pertemuan-pertemuan kami:
Menjalankan amanah menjadi seorang guru artinya menyiapkan diri untuk terus belajar, belajar, dan belajar.

🌿🌻🌿
Dan akhirnya –Alhamdulillaah– saya selesai merapikan catatan belajar dari kelas-kelas yang saya ikuti waktu itu...hehehe

Selamat menikmati dan diambil manfaatnya🌟🌟🌟

Catatan belajarnya bisa di klik di masing-masing link nama kelas:
🌸Resume Belajar - TPN 2017
🌸Sesi 1 – Kelas Kemerdekaan 1: Ragam Strategi Belajar Sains
🌸Sesi 2 – Kelas Kemerdekaan 2: Menciptakan Lingkungan Positif di Sekolah
🌸Sesi 3 – Kelas Kompetensi 3: Pengembangan Karier Guru
🌸Sesi 4 – Kelas Kompetensi 4: Menulis Buku dengan Mudah, Murah, dan Menyenangkan
🌸Sesi 5 – Kelas Kolaborasi: Serunya Menjadi Penggerak Komunitas

Sekilas tentang Kelas Belajar
Ini adalah konsep yang saya sukai di Temu Pendidik Nusantar (TPN)
Bentuknya bukan seminar massal di ruangan besar macam kuliah umum *yang bisa-bisa bikin saya ngantuk, hehe*, tapi bentuknya kelas-kelas paralel yang ternyata jumlahnya mencapai 100an kelas.
Nah kelas yang dipakai ini ada adalah salah satu SD dan SMP di daerah Ragunan. Yap! Kami menggunakan ruang kelas yang biasanya dipakai oleh anak-anak, aaah sejenak memori masa sekolah SD-SMP menyeruak kembali.

Di setiap kelas belajar, kerasaaa banget betapa uniknya negeri ini...
Berbagai logat bicara dari berbagai daerah, berbagai usia pula *bahkan ada yang berusi 60 tahun, aaah saluttt sama semangat belajar beliau*, yang menyatukan kami di sini adalah sama-sama memiliki niat yang sama ingin belajar.

Jujur malu sama temen-temen yang dari jauh-jauh dari luar pulau Jawa untuk datang ke sini, ada yang dari Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Lombok, terlihat semangat belajarnya tinggi bangettt, yang berangkatnya beberapa hari sebelum, menempuh belasan bahkan puluhan jam untuk dateng ke sini, meramaikan grup dengan foto-foto dan cerita. Masya Allah.
Menyimak sharing cerita di kelas-kelas belajar, membuat diri ini merasa jadi "butiran debu" eh "partikulat" sepertinya kata yang lebih tepat.
Aaaah ternyata orang-orang yang baiiik banget itu banyak looh, tapi sayangnya sering kalah terekspos dengan orang-orang yang hanya sekedar cari sensasi di media...

Banyaaak banget orang-orang hebat yang rendah hati di sini...
Kalo kita tidak mau membuka diri untuk up-grade diri dan belajar, aaah bisa-bisa semakin jadi serpihan partikulat *udah partikulat, serpihan pula, huhuhu*...



Catatan dari Penutupan Temu Pendidik Nusantara

Bu Najeela Shihab (Pendiri Sekolah Cikal)

"Saya jadi guru karena saya suka menjadi guru."
Saya percaya guru-guru yang datang ke sini bukan karena untuk sertifikat atau sekedar intensif.
Menjadi guru itu mulia, tapi mengapa menggurui itu terkesan menakutkan (negatif)?
Belajar itu menyenangkan, tapi mengapa pengalaman sekolah tidak menyenangkan?
Pasti ada yang salah dengan pendidikan kita…

Guru seringkali merasa dan memilih menjadi korban.
Seringkali kita merasa kesulitan untuk mengajak rekan-rekan seperjuangan kita untuk belajar lagi, menyalakan kembali api dalam dirinya...

Tapi cobalah melihat ke dalam diri anak-anak didik kita...
“Anak-anak itu punya sinar yang lebih kuat, jadi ketika kita tidak bisa menemukan api dari teman-teman guru, kita bisa menyalakan api dalam diri anak-anak, yakinlah anak-anak adalah sekutu utama kita dalam pendidikan.”

Mereka mengajarkan kita tentang merdeka belajar.
Dimulai dari belajar berjalan, apakah dapat sertifikat, dapat instruksi, dapat intensif?
Belajar dari anak membuktikan bahwa kemerdekaan belajar adalah bagian dari fitrah manusia.

Dalam dunia pendidikan kita begitu banyak terjadi salah kaprah, tapi mengapa kita susah sekali belajar dari kesalahan-kesalahan itu?
Perubahan itu dimulai dari hal yang sangat sederhana, mulai dari punya cita-cita.
Cita-cita untuk merdeka belajar.

Walaupun itu fitrah tapi tetaplah sulit untuk menyebarkan virus kemerdekaan belajar.
Pendidikan seringkali diwarnai ketegangan.
Konflik itu bagian dari fitrah belajar dan dunia pendidikan.
Konflik terjadi antara tradisi vs inovasi.

Perubahan pendidikan tidak dimulai dari kebijakan.
Karena kurikulum berubah begitu banyak, tapi perubahan tidak terjadi.
Perubahan pendidikan dimulai dari praktik baik guru di lapangan yang disebarkan.
Syarat: lakukan dan sebarkan.
Perubahan pendidikan tidak dimulai dari pimpinan, tapi dimulai dari siapapun, yang mengendalikan percakapan
"Guru adalah penggerak perubahan pendidikan. Saya percaya dengan sepenuh hati."



Bu Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019)

Berapa jauh kita mau maju ke depan?
“Untuk memberikan kesukaan belajar pada anak-anak. Tunjukkan dulu kalo kita sebagai guru juga suka belajar.”

Kelemahan bangsa kita salah satunya malas membaca.
Walaupun beliau hanya lulusan SMA, tapi beliau sangat suka membaca.

Bagaimana cara membangun curiousity anak untuk membaca?
Tugas kitalah untuk menumbuhkan curiousity.

Karena sesungguhnya itu ada sejak lahir.
Belajar tanpa paksaan akan muncul kalo ada minat, minat itu dididik oleh guru oleh ortu.
Freedom to ask, to know, to learn.

Kita pula yang bertugas mendidik kebebasan itu agar terarah, tidak melanggar norma-norma. 
Tapi jangan sampai norma terlalu membatasi.
Punya keberanian itu penting agar bisa hidup mandiri, tidak bergantung pada negara lain.
Anak-anak harus punya determination/kekeuh kalo punya keinginan.
Manner is matter.
Pendidikan budi pekerti.

Zaman digitalisasi, perubahan terjadi di mana-mana, tenaga kerja akan semakin dikurangi.
New perspective, new paradigm.
Guru-guru, pendidik-pendidik, lembaga instansi pendidikan, juga harus ikut berubah kalo tidak mau jadi an alien in the earth. Padahal tinggal di planet yang sama.



PENUTUP (dari saya)
Dua hari ini saya merasakan betapa luar biasanya negeri ini...
Bertemu teman-teman baru, dari berbagai wilayah di Indonesia, dari Sabang-Merauke, mendengar perbedaan gaya bahasa membuat saya terbangunkan tentang betapa kayanya bangsa ini...
Ditambah lagi perbedaan usia & pengalaman, dari yang masih newbie (seperti saya) sampai yang expert, tapi di atas segala perbedaan itu ada persamaan yang membuat kami berada di sini, sama-sama mau mengosongkan gelas, duduk bareng, belajar bareng!

Berkali-kali merasa bersyukur...selama menyimak materi atau ketika ngobrol berkenalan atau memperhatikan wajah-wajah yang berseri-seri dan mata yang berbinar-binar, Alhamdulillaah...
“Allah mengumpulkan orang-orang yang se"ide", se"frekuensi", se"visi", se"hati" dalam dunia pendidikan di sini!”

Betapa suatu pengalaman yang terasa biasa-biasa saja, tapi kalo dikemas dengan apik dan dibalut dengan hikmah-hikmah bisa menjadi suatu yang sangat luar biasa, bermakna...

Masya Allah, berkali-kali juga merasa malu sama teman-teman yang dari jauuuh bela-belain dateng ke sini, yang melalui perjalanan darat ditambah udara, yang melalui jalar darat hingga lebih dari 10 jam bahkan ada yang 20 jam! Orang-orang macam apa yang begitu rela menggunakan waktunya di saat week-end untuk belajar? jadi tersentil untuk meluruskan niat kembali.. Untuk terus belajar meng-upgrade diri...

Di setiap sesi TPN mengajak kita untuk melakukan refleksi...
🌱Setelah ini apa yang akan kita lakukan?
🌱Setelah ini apa yang ingin kita pelajari lebih dalam?
🌱Setelah ini inspirasi apa yang akan kita bagikan?
Betapa refleksi itu penting...
“Sebelum mengajarkan ke anak-anak, yuk dimulai dari diri sendiri...”
#CatatanTPN2017
#SampaiBertemuDiTPN2018
Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Masya Alloh ... Membaca ini seperti kembali lagi di TPN 2017 atau seperti ikut merasakan aura semangat yg menggema d setiap sudut ruangan di kala itu (bagi yg belum sempat hadir di sana).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaah... Terima kasiiih, semoga nanti bisa merasakan aura yang sama atau bahkan lebih luar biasa di TPN 2018 ya! :)

      Hapus
  2. Bu Miranti ... Salam kenal saya Afni dari KGB Kab. Cirebon , boleh saya share tidak pengalaman TPN nya utk teman2 guru di kabupaten cirebon?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooo salam kenal bu Afni, silahkan boleh banget buuu, semakin banyak yang baca >> semakin banyak yang ingin merasakan energi positif TPN, semoga nanti kita bisa bertemu di TPN2018 ya bu Afni! :)

      Hapus

Langsung ke konten utama