Belajar Free Writing! - menulis TANPA tekanan, hambatan, dan beban
Catatan Kulwap Spesial di Akhir Sesi 1 ODOPfor99days
Bersama Bapak Hernowo Hasim
Jumat, 27 April 2018


“Hmmm, free writing itu sama tidak ya dengan menulis buku harian. Karena kalau menulis buku harian kan bebas ‘free’ mengalirkan unek-unek yang ada di kepala dan emosi-emosi dalam hati yang tak terungkapkan, tidak perlu mengikuti aturan baku seperti EYD atau sekarang namanya sudah berubah menjadi PUEBI. Intinya mah bebas aja mau menulis apa ‘FREE!!!’ Lagian itu untuk ‘dikonsumsi’ diri sendiri kan, bukan untuk dibaca orang lain, hehehe.”

Kata-kata di atas adalah kata-kata yang pertama kali terlintas dalam pikiranku ketika mendapatkan info akan ada kulwap spesial (penutup sesi 1 Komunitas Belajar Menulis #ODOPfor99days di tahun 2018) dengan judul “Free Writing”.

Nah, yang membuat penasarannn banget seperti apakah “Free Writing” ini adalah kata-kata teh Shanty (teteh founder komunitas menulis #ODOPfor99days) di grup >> insya Allah teknik ini dapat membantu teman-teman ODOPers dalam meningkatkan kemampuan menulis dan agar lebih DISIPLIN dalam menulis. Duh, sesuatu banget! Sesuai yang lagi dibutuhkan. Alhamdulillaah…

Kulwap ini berlangsung di hari Jumat (hari kerja), jadinya saat kulwap berlangsung aku cuma bisa ‘curi-curi waktu’ buka sebentar dan baca sekilas. Niatnya akan di-scroll di waktu yang santai (Sabtu atau Minggu). Ternyata masya Allah menarik banget diskusinya (seperti biasa ada ratusan chat, sampe 300-400 kayaknya). Walaupun nanti akan ada resume-nya di https://www.ibuprofesional.com/, tapi aku udah greget duluan mau bikin resume ala aku sendiri, hehe. Setelah manjat ratusan chat, akhirnya aku memutuskan untuk ‘selektif’ memilah mana bagian yang benar-benar ‘penting’ (baca: yang benar-benar aku butuhkan sekarang). Jadi ini catatannya tidak berurutan sesuai di grup ya, tapi berdasarkan rasa penasaranku yang butuh jawaban.


Berikut poin-poin penting dari kulwap “Free Writing” bersama Bapak Hernowo Hasim:
*untuk selanjutnya “Free Writing” disingkat FW


🍁GAGASAN FW
3 gagasan utama:

1. Dr. James W. Pennebaker (ini psikolog penulis buku “Opening Up” dan periset tentang menulis yang dapat menyembuhkan tekanan atau stres). Pak Hernowo kemudian menyebut teknik menulis yang ditemukannya sebagai teknik menulis untuk MEMBUANG. Membuang apa? Membuang emosi-emosi negatif.

2. Peter Elbow (ini penulis buku “Writing without Teachers”). Seorang akademisi dan pengajar menulis di MIT. Elbow mengembangkan teknik FW dari penemunya, Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia yang meriset tentang pengaruh bahasa terhadap pikiran. Vygotsky menamakan temuan FW-nya sebagai “menulis dalam proses”. Ketika melakukan FW, hasil menulis itu tidak dipedulikan. Yang dipedulikan adalah prosesnya. Elbow sendiri menamakan FW sebagai “menulis TANPA sensor dan editing”.

3. Natalie Goldberg (ini seorang penulis yang menekuni Zen). Pak Hernowo sangat suka dengan cara dan gaya menulisnya. Goldberg menulis buku yang sangat beliau kagumi. Judulnya menarik, “Writing Down the Bones”. Goldberg menyebut FW sebagai “menulis tanpa bentuk”.

Selain dari ketiga gagasan utama di atas, Pak Hernowo juga melakukan studi tentang FW dari banyak pakar menulis. Ini gara-gara ketika bekerja di Penerbit Mizan, beliau diserahi tanggung jawab mengelola Penerbit Kaifa—sekitar tahun 2000-an. Buku-buku awal Kaifa tentang “learning”. Ada buku yang fenomenal berjudul “Quantum Learning”, “accelerated learning”, lalu tentang “multiple intelligences”, dll.
Nah, di setiap buku tentang “learning” itu beliau pasti menemukan metode menulis yang unik. Beliau menamakannya sebagai metode menulis berbasis cara kerja otak (brain-based learning). Salah satunya ya tentang FW. “Quantum Learning” menamakan FW sebagai “FAST WRITING” atau menulis dengan otak kanan. Lalu ia juga tertarik dengan teknik “mind mapping” yang ditemukan Tony Buzan dan dikembangkan oleh Joyce Wycoff dan Gabriele Lusser Rico.

Teknik-teknik itu pun ia padukan dengan tiga gagasan utama tadi. Jadilah bukunya, Free Writing, yang bertujuan untuk membuat para penulis atau calon penulis untuk mampu menulis TANPA tekanan, hambatan, dan beban.


🍁CARA MEMULAI FW
Pak Hernowo menganjurkan untuk mencobanya selama satu bulan dan dilakukan setiap hari selama 10 menit.

Rumusnya kemudian berbentuk angka ini: 1-10-7-4.
🍀Setiap hari (angka 1),
🍀Lakukan FW selama 10 menit (angka 10) —dengan menggunakan alarm—
🍀Selama sedikitnya seminggu (angka 7) dan
🍀Lebih bagus jika dapat mencoba 4 model atau melakukannya selama sebulan (angka 4).

Rumus itu mengikuti saran dan gagasan Malcolm Gladwell dalam the Outliers. Bill Gates dan Beatles sukses karena berlatih hingga 10.000 jam. Nah, 1-10-7-4 itu jumlah waktu berlatih FW agar sukses.
Insya Allah, kemampuan menulis apa pun akan meningkat pesat. Dan ketika menulis untuk ikut lomba tidak akan terbebani serta kepercayaan diri dapat meningkat pesat. Lewat FW, seorang penulis juga akan dimudahkan dalam mengalirkan gagasan dan keunikan tulisan yang berkarakter —apa pun yang ditulisnya. Begitulah promosi dari beliau, hehehe.


🍁TUJUAN FW
Tujuan utama FW adalah untuk menghilangkan BEBAN, TEKANAN, dan HAMBATAS menulis. Dari tujuan ini, Pak Hernowo kemudian menciptakan aturan-aturan FW.

Misalnya:
🍀Dari Elbow muncul aturannya begini: “Menulislah tanpa sensor dan editing.
🍀Dari Goldberg muncul kredo: Keep your hand writing dan menulislah tanpa bentuk”.
🍀Dan hampir semua penganjur FW memberikan aturan yang jelas dan tegas: “Pakailah alarm (pembatas waktu) ketika sedang FW”.

Tujuan lain atau khusus tentu saja ada juga. Misalnya tujuan khusus itu, antara lain, untuk membuka dan mengalirkan pikiran dengan mudah. Lalu untuk mengatasi kemacetan menulis. Yang lain, misalnya, untuk melatih keterampilan fisik menulis atau menyinkronkan keterampilan fisik (mengetik dengan jari) dan keterampilan nonfisik menulis (mengendalikan emosi—misalnya kegalauan [kemrungsung] atau ketidak percayaan diri [karena takut salah atau tidak yakin dengan apa yang ingin ditulisnya, dsb.].


🍁KONSISTENSI DALAM FW
Bagaimana kalau kita tidak konsisten. Misalnya 3 hari pertama rajin free writing. Terus liburnya 2 hari. Lanjut rajin lagi 5 hari. Malas lagi 1 minggu. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Menurut Pak Hernowo soal konsistensi: bersungguh-sungguhlah ketika melakukannya dan berdisiplin itu TIDAK BOLEH DITAWAR jika ingin efektif atau berhasil melakuan FW. Menurut Daniel Coyle, dalam “The Talent Code”, hal-hal yang beliau sebutkan itu penting saat kita melakukan “deep practice” (latihan yang disertai kesungguhan dan berulang-ulang).
*Duh, jadi ‘tercambuk’ saat membaca kata-kata iniii!!!


🍁PERBEDAAN & PERSAMAAN BUKU HARIAN DENGAN FW
🍀Perbedaan mendasar ada pada tujuannya. FW menggunakan alarm, buku harian tidak kan?
🍀Persamaannya adalah sama-sama pake emosi!
FW itu menuliskan semuanya, apa saja yang berseliweran di kepala dan meresahkan hati, tentu muncul emosi apa saja yang dirasakan. Sama ya dengan menulis buku harian. Kita punya 2 jenis emosi: - dan +. Keduanya sangat berpengaruh saat kita menulis. FW dapat membuang emosi - dan menghimpun emosi +. Menulis yang baik itu perlu emosi. Emosi memberi warna pada tulisan kita. Warna itu bagaikan pelangi.
Buku tentang buku harian rekomendasi Pak Hernowo:


🍁MANFAAT FW BAGI PENULIS PEMULA
Penulis pemula akan menjadi TIDAK TAKUT menulis. Dia juga akan menulis dengan penuh percaya diri. Lalu, bisa jadi berbagai hambatan menulis (writer’s block) akan dapat dimusnahkan. Kemudian, jika dapat dibiasakan, FW akan meningkatkan berbagai writing skills.

Dengan berlatih FW sesuai aturan, writing skills Anda insya Allah akan meningkat. Writing skills itu, salah satu contohnya, adalah dalam merangkai pikiran (merangkai kata dan kalimat). Hanya latihan menulis yang teratur dan terstruktur yang membuat kemampuan menulis kita meningkat. Kalau kemampuan menulis meningkat, tulisan pasti menjadi menarik, unik, dan enak dibaca. Kalau tak berlatih, ya kemampuan menulis tak meningkat.
Kalau berdasarkan notes Pak Hernowo di facebook, 3 manfaat FW yaitu membantu seorang penulis atau calon penulis untuk membuka, mengalirkan, dan merangkai pikiran.


🍁KETERIKATAN ANTARA FW DENGAN MENULIS MENGIKAT MAKNA
Mengikat makna ini merupakan model ke-2 dalam konsep FW di buku beliau. Pak Hernowo menciptakan 4 model dalam FW. Salah satu model ya memadukan FW dengan mengikat makna. Tujuannya agar setelah membaca, kita bebas menyampaikan pikiran kita yang sudah diisi dengan membaca. Beliau merumuskannya begini: membaca itu MEMASUKKAN sesuatu yang penting dan berharga, dan menulis itu MENGELUARKAN sesuatu yang masuk ke dalam pikiran yang sudah diolah dengan cermat dan baik.


🍁DAMPAK FW BAGI PAK HERNOWO
Dampaknya terhadap Pak Hernowo adalah dapat melejitkan kemampuan menulis yang luar biasa. Beliau mampu menulis 24 buku dalam 4 tahun (2001-2005). Padahal, beliau dari teknik (kuliah di Teknik Industri ITB) dan merasa tidak punya bakat menulis.


🍁KONSEP MENULIS
Menurut Pak Hernowo, konsep menulis juga ada syaratnya: harus membaca.
Habis baca, beliau pasti mengikat atau menuliskan HASIL membacnya.
Ini mengikuti petunjuk berikut ini:
"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya".
"Ilmu itu seperti binatang buruan. Jika setelah mendapatkannya, ilmu tak kau ikat, ia pun lepas."


🍁BUKU KARYA PAK HERNOWO
Ada yang sudah pernah membaca buku-buku beliau?
Kalo belum, tos dulu sama aku, hehehe.
Intinya setelah tahu buku karya beliau berjumlah puluhan, jadi bingung mulai baca dari buku yang mana.
Tapi tenaaang, Pak Hernowo memberi saran:
“Bacalah dari buku yang terakhir. “Flow di Era Socmed”. Ini yang perlu dibaca. Juga “Free Writing”. Itu 2 buku terakhir saya.”



🍁UCAPAN PENUTUP DARI PAK HERNOWO
“Saya sudah bekerja di penerbitan buku selama hampir 30 tahun. Berkarier sebagai penulis selama 20 tahun. Sudah menghasilkan 30 buku dan ratusan tulisan lepas di Facebook.
Saya tidak berlatar pendidikan bahasa. Saya juga tidak merasa punya bakat menulis. Saya bukan berdarah atau keturunan penulis. Saya dapat menulis karena membaca tulisan orang lain "yang bergizi".
Saya sangat selektif dalam memilih penulis. Saya setiap hari pasti membaca. Hanya, saya tak mau membaca teks yang tidak bergizi. Membaca teks yang tidak bergizi membuang-buang waktu saja.
Jadi, saran saya, membacalah sebanyak dan sesering mungkin teks--artikel pendek atau buku--yang bergizi jika ingin menjadi penulis yang baik. Bagi saya, membaca=belajar menjadi penulis.”


🍁PROFIL NARASUMBER - HERNOWO HASIM
Hernowo, lahir di Magelang, 12 Juli 1957. Hingga lulus SMA pada 1975 tinggal di Magelang, 1976 masuk ITB dan kuliah di Teknik Industri.
Tahun 1984 bekerja di Penerbit Mizan hingga tahun 2012. Di Mizan, sempat mendirikan Penerbit Kaifa pada 1999 dan Penerbit MLC (Mizan Learning Center).
Kini menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung dan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (Stfi) Sadra, Jakarta. Juga telah menulis 38 buku.
Konsep-konsep membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan dikembangkan adalah (1) mengikat makna, (2) quantum reading, (3) quantum writing, (4) flow atau menulis mengalir bebas, dan (5) free writing.
Yang sedang dirumuskan dan ingin dijadikan buku ke-39 dan 40 adalah tentang writing toolbox dan pentingnya gagasan dalam menulis.
Tokoh-tokoh penulis yang menjadi idolanya, antara lain, Stephen R. Covey, JK Rowling, Malcolm Gladwell, Jalaluddin Rakhmat, Emha Ainun Nadjib, Dan Brown, Andrea Hirata, Dee Lestari, Rhenald Kasali, Ratna Megawangi, dan Haidar Bagir.


Ssttttt, yang penasaran lebih jauh dan lebih dekat dengan beliau atau mau coba ikut kursus off-line bisa menghubungi beliau via email.
Email Pak Hernowo: hernowo.mengikatmakna@gmail.com
Bagi yang berminat, ada 3 kursus menulis: 30 Hari FW, 20 Hari MM, dan 50 Hari FW+MM


Terima kasiiiih banyak Pak Hernowo, jadi memberi hujan semangat lagi untuk terus membaca dan menulis, serta menebar kebaikan melalui keduanya!


Miranti Banyuning Bumi
-forever learner-
Tags: ODOPfor99days

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama