BundSay Game 9 (day 8): Be Creative – Islam and Creativity (Part 2)

Bismillahirrahmanirrahiim...

Tulisan kali ini masih tentang hubungan antara Islam dengan kreativitas.

Jika yang di tulisan sebelumnya membahas kutipan ayat di al-Qur’an, maka kali ini yang menjadi perhatianku adalah:
Apakah Rasulullah memberikan contoh untuk berpikir kreatif?

Jawabannya adalah….
Iya ada! Rasulullah SAW memberikan teladan untuk menyelesaikan masalah dengan solusi yang kreatif dan inovaif dalam berbagai aspek kehidupan.

Seperti apa saja contoh yang Rasulullah lakukan?

Peristiwa pertama (bidang politik):
Pemasangan kembali Hajar Aswad. 
Saat Ka’bah direnovasi ulang setelah terjadinya banjir, maka Hajar Aswad pun dipasang ulang. Nah masalahnya adalah Hajar Aswad hanya satu, sedangkan kabilah yang membantu renovasi Ka’bah ada banyak. Maka terjadilah adu mulut mengenai siapa yang paling berhak untuk memasang Ka’bah, bahkan hampir saja terjadi adu pedang. Hingga akhirnya Rasulullah memberikan usul untuk memberikan peran memasang Hajar Aswad kepada siapa yang besok datang paling awal ke sini. Ternyata keesokan harinya yang datang paling awal adalah Rasulullah. Masya Allah. Tidak hanya sampai di situ, Rasulullah kemudian memberikan sehelai kain yang kemudian di tengahnya diletakkan Hajar Aswad lalu setiap perwakilan Kabilah memegang ujung-ujung kain tersebut hingga dibawa ke dekat Ka’bah, lalu setelah dekat, Hajar Aswadnya dipasang kembali oleh Rasulullah.

Peristiwa kedua (aspek perang):
Rasulullah menerima saran Salman al-Farisi pada Perang Khandaq. 
Ketika umat Islam berdiskusi saat sedang menghadapai kaum kafir Quraisy di salah satu peperangan, ada salah seorang yang memberikan saran kepada Rasulullah. Orang ini adalah Salman al-Farisi, yang berasal dari Persia. Saran ini dianggap asing bagi siapapun yang mendengarnya, karena strategi tersebut belum pernah dilakukan di Arab, yaitu menggali parit di sepanjang perbatasan Makkah. Namun Rasululllah menerima dan melakukan saran tersebut. Ini menunjukkan Rasulullah berpikiran terbuka terhadap ide dan solusi baru. Hasilnya Alhamdulillaah dengan seizin Allah, peperangan tersebut dimenangkan oleh kaum muslim.

Peristiwa ketiga (aspek ekonomi):
Posisi pasar dengan masjid. 
Rasulullah melarang terjadi jual beli di dalam masjid, begitu pula lokasi pasar tidak boleh berada di area yang sama dengan masjid. Tapi seperti yang kita ketahui bersama, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat melakukan jual beli sebagai pekerjaannya. Oleh karena itu Rasulullah mengizinkan lokasi pasar yang tidak terlalu jauh dengan masjid. Tujuannya adalah agar aura kebaikan masjid terasa sampai ke pasar, dan agar memudahkan orang-orang yang berada di pasar mendengar suara adzan sehingga hatinya merasa terpanggil untuk shalat berjama’ah di masjid.

Peristiwa keempat (aspek keluarga):
Cara Rasulullah menjawab pertanyaan istri-istrinya. 
Rasulullah pernah mendapat pertanyaan dari istri-istrinya tentang siapakah istri yang paling beliau cintai. Maka yang beliau lakukan setelah itu adalah mendatangi istri-istrinya secara bergantian lalu masing-masing diberikan cincin dan beliau mengingatkan untuk tidak memberitahu pada istri yang lain. Kemudian di suatu hari, Rasulullah mengumpulkan semua istrinya dan menjawab pertanyaan tersebut: “Yang saya paling cintai adalah ia yang saya berikan cincin.” Maka semua istrinya pun ‘senyum-senyum’ berpikir bahwa ialah yang paling Rasulullah cintai. *So sweet yaaa…. Siapa bilang Rasulullah tidak romantis, ini buktinyaaa…

Peristiwa kelima (aspek sosial):
Berbagi kepada sahabat. 
Rasulullah pernah mendapat hadiah jeruk saat ia sedang bersama dengan sahabat-sahabatnya. Lalu beliau menghabiskan sendiri jeruk-jeruk tersebut tanpa berbagi. Kemudian ada yang bertanya mengapa beliau habiskan sendiri jeruk-jeruk tersebut, mengapa tidak berbagi. Beliau menjawab karena jeruk-jeruk ini sangat masam dan beliau tidak mau sahabat-sahabatnya berpikir bahwa Rasulullah tega memberikan jeruk yang masam tersebut.

Peristiwa keenam (aspek agama):
Ijtihad. 
Ijtihad refers to the intellectual struggle – critically and legally – in search of answers to new problems. It is inherently creative and dynamic, and is considered as an indispensable religious duty. In his capacity as a prophet and religious leader of the Muslims, the Prophet (pbuh) also practiced ijtihad in many instances throughout his life. For example, at the dawn of Islam in Mecca, the Prophet (pbuh) has carefully strategized his method of propagating Islam to his people. *kalo yang ini aku agak susah mengartikannya khawatir salah makna, yang penasaran bisa baca jurnal lengkapnya di link:

Peristiwa ketujuh (aspek mengajar dan belajar):
Metode yang efektif dalam mengajar yang diajarkan oleh Rasulullah adalah 
two-way communication
Rasulullah menggunakan kata-kata yang menarik untuk ‘mencuri’ perhatian pendengarnya. Kata-kata yang sering beliau gunakan seperti:
Ala adullukum (Shall I show you),
Ala Ukhbirukum (Shall I tell you),
Ala Unabbi’ukum (Shall I deliver to you) and
Atadruna (Did you know).
Penggunaan kata-kata di atas menunjukkan pentingnya active-listening dan attention-attracting technique ketika memberikan pesan penting kepada penyimak. Selain melalui catchy-words, sebaiknya juga diimbangi dengan bahasa tubuh (ekspresi wajah dan gerak tubuh) juga. Tujuannya agar proses pendidikan tidak terasa ‘kering’ dan membosankan.

Alhamdulillaah bener banget loh! Untuk yang cara kreatif dalam mengajar yang Rasulullah contohkan, sudah aku praktikkan di kelas. Bener banget kalo di awal belajar kita memberikan pertanyaan yang memancing diskusi, yang memancing anak-anak berpikir menghubungkan pengalaman sehari-hari atau pelajaran sebelumnya, yang memancing anak-anak berimajinasi, maka biasanya Alhamdulillaah proses belajar jadi terasa lebih hidup dan menyenangkan.

Masya Allah (kali ini) jadi merasa tertampar untuk lebih dekat dengan sirah Nabawiyah, betapa banyak yang bisa kita pelajari dari sirah, bahkan termasuk kreativitas!



#level9 #day8 #Tantangan10Hari #ThinkCreative
#KuliahBunsayIIP #BundaSayang #InstitutIbuProfesional #IIP


Bandung, 2018
Miranti Banyuning Bumi

Tags: Kuliah Institut Ibu Profesional

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama