BundSay Game 9 (Aliran Rasa): Creativity and Exploration
Kreativitas itu dapat kita analogikan seperti bibit pohon, yang akan tumbuh dengan baik jika memenuhi persyaratan.
Apa sajakah persyaratannya?
🌹Disiram dengan teratur
🌹Cukup mendapat sinar matahari
🌹Cukup mendapat nutrisi
>> 3 poin di atas bisa kita artikan dengan memberi stimulus yang tepat pada anak
🌹Dan yang mungkin sering dianggap aneh tapi sudah terbukti kebenarannya & bahkan ada penelitiannya: diajak 'ngobrol' (diberikan kata2 positif/dido'akan)
>> poin ke-4 ini bisa kita artikan dengan mengajak diskusi anak setelah stimulus diberikan, tentang apa yg ia lakukan, bagaimana perasaannya, apa yang terlintas dalam pikirannya
Intinya setelah menanam, kita harus bersabar. Ga bisa nanam hari ini, besok sudah tumbuh tinggi, apalagi berbuah. *Kecuali di filmnya Jack and the Trees😂
Tanyakan pada diri sendiri: sudah memberikan stimulus yang cukup dan tepat belun pada anak?
Begitu pula dengan kreativitas. Menurutku ga bisa kita langsung menuntut kreativitas yang fokusnya pada hasil yang memiliki manfaat dan fungsi. Hellooo! Anak-anak itu masih dalam tahap mengeksplor sekitarnya. Mereka masih menganggap semuanya itu seperti bermain, yang sesungguhnya mereka sedang belajar mengenali dan memahami lingkungan sekitarnya.
Biarkan mereka mengeksplorasi, menuangkan sifat alamiah rasa ingin tahu mereka!
Jadi ketika menghadapi anak-anak, kita harus meluruskan pola pikir kita bahwa kreativitas pada anak-anak adalag kreativitas yang fokusnya pada proses. Proses ini bentuknya merupakan eksplorasi yang dilakukan anak-anak.
Nah, di sanalah masalah utama kadang berasal. Para orang dewasa yang terlalu suka ikut campur ketika anak-anak sedang melakukan eksplorasi. Kata-kata yang sering keluar dari para orang dewasa adalah:
🚫"Awas nanti jatuh!"
Mungkin ia sedang bereksplorasi seberapa tinggi ia bisa memanjat pohon.😅
🚫"Awas nanti rusak!"
Mungkin ia sedang bereksplorasi untuk memperbaiki barang/mainan tersebut.😅
🚫"Awas nanti berantakan!"
Mungkin ia sedang bereksplorasi membuat rancangan keren yang ada di imajinasinya dari mainan dengan barang-barang lain yang ada di ruang tamu/kamar tidurnya.😅
🚫"Awas nanti sakit!"
Mungkin ia sedang bereksplorasi memainkan perahu buatannya di aliran air yang lebih deras saat hujan.😅
🚫"Awas nanti basah!"
Mungkin ia sedang bereksplorasi membuat ombak-ombaknya kemudian ia mengamati dampak ombak buatan tersebut pada benda-benda di pinggir bak.😅
Aaah anak-anak seringkali imajinasi kalian membuat para orang dewasa geram, seolah-olah mereka lupa bahwa mereka pernah kecil juga!😝
Tentu saja semua eksplorasi itu ada batasannya, antara aman dan bahaya, di sinilah tugas para orang dewasa untuk mengawasi agar eksplorasi tidak terlalu berlebihan.
Percayalah! Bibit kreativitas itu akan tumbuh menjadi pohon kreativitas yang semakin kuat jika diberi stimulus yang tepat. Serta insya Allah akan menghasilkan buah yang baik dan manis yaitu kreativitas yang berfokus pada hasil yang memiliki nilai fungsi.
Tapi lagi-lagi kita harus ingat bahwa itu butuh latihan. Latihan yang berupa berbagai macam aktivitas, baik di dalam ataupun di luar ruangan.
Dalam setiap aktivitas pasti ada instruksi.
Terkadang instruksi itu penting, tapi bukan segala-galanya.
Jika instruksi terlalu detail, jangan-jangan itu yang membuat tidak ada ruang bagi anak-anak untuk melakukan eksplorasi.
Terkadang kita harus mengingatkan diri sendiri untuk memberi waktu pada anak-anak agar bereksplorasi setelah berekperimen, berikan bahan-bahan dan alat-alat, lalu tentang tahap-tahapnya >>> let's them find out by theirself!
Tentu dengan syarat dan ketentuan berlaku, kalopun mentok ya mau ga mau dikasih clue, hehe.
Insya Allah suasana akan lebih hidup, mungkin terlihat chaos bagi yang tak terbiasa melihatnya, mungkin itu pula yang aku lihat ketika aku masih versi 3 tahun yang lalu.
Akhirnya lambat laun akupun mulai bersahabat dengan barang-barang yang berantakan, ruangan acak-acakan, karena aku di awal sudah ada kesepakatan dengan anak-anak konsekuensi dari setiap aktivitas, eksperimen adalah merapikan dan membersihkan kembali.
Salah satu contoh yang pernah aku coba saat mengajar adalah saat materi tentang sistem peredaran darah manusia.
Sebelum melakukan eksperimen model jantung, anak-anak diberi challenge!
Bagaimana cara mengeluarkan air dari gelas?
*S&K berlaku
Apakah S&K itu?
Air yang di dalam gelas tidak boleh dituang dan harus menggunakan alat bantu: sedotan, balon, dan gunting.
Lalu apa yang anak-anak lakukan?
Ada yang berusaha meniup dengan keras air di dalam gelas sehingga air ada yang muncrat keluar gelas.
Ada yang meniup balon di dalam gelas sehingga air terdorong ke atas dan akhirnya keluar dari gelas.
Ada menyedot air dengan sedotan lalu ditahan lalu dikeluarkan keluar gelas.
Ada yang meniup balon cukup besar lalu berusaha memecahkan balon di atas gelas, dalam imajinasinya nanti udara dari balin yang pecah akan mendorong air keluar gelas. Haha! Brilliant!
Kemudian aku mengingatkan anak-anak bahwa semua bahan dan alat yang tadi diberikan harus digunakan secara bersamaan yaaah😁
Maka beberapa eksplorasi yang anak-anak lakukan selanjutnya adalah
Ada yang meniup balon di dalam gelas dengan menggunakan sedotan, tapi sebelumnya sedotannya dipotong terlebih dahulu, "yes bu udah dipake ni semua bahan dan alat!"
Akhirnya dipancing lagi dengan ingat ya guntingnya dipake karena benar-benar harus digunting bukan sekedar dipake memotong sesuatu yang tidak perlu😂
Lalu akhirnya ada juga anak yang keidean memotong balon kemudian balon itu dipake untuk menutup gelas, nah bagian lubang pada balon lalu dimasukkan sedotan. Setelah itu dipompa deh sehingga air akan keluar muncrat-muncrat *happy banget mereka ngeliatnya karena berhasil menemukan cara dengan usaha mereka sendiri😆😆😆
Jadi berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama berinteraksi dengan anak-anak, bukan kreativitas anak-anak yang harus kita khawatirkan tapi orang dewasa di sekitar merekalah yang berpotensi besar dapat merusak bahkan mematikan kreativitas itu [bahan refleksi diri].
Miranti Banyuning Bumi
Forever learner
Fitrah Based Education - Ust. Harry Santosa
Fitrah Based Education (FBE) “Menjadi Orangtua Hebat, Mendidik Anak Sesuai Fitrah” Ust. Harry Santosa Wisuda dan Seminar Parenting - IIP Banten Kebon Kubil Serang Sabtu, 18-08-2018 Allah Maha Baik… Alhamdulillahirabbil’alamiin… Ceritanya aku baru pindah ke Serang, terus gak lama kemudian ada seminar parenting ini, Alhamdulillah dimudahkan untuk bisa datang dan mendapatkan pencerahan ilmu dari ust. Harry… Pertama kali tahu tentang ust. Harry Santosa dan buku Fitrah Based Education -nya dari salah satu materi kuliah saat Matrikulasi Institut Ibu Profesional . Sejak saat itu penasaran banget pengen denger konsep FBE langsung dari beliau atau baca bukunya. Tapi sampe sekarang belum punya bukunya, harus nabung dulu karena harganya lumayan, tapi emang sebanding dengan isi bukunya yang luar biasa bergizi .😍 ✏✏✏ Oke, berikut catatan seminar beberapa hari yang lalu, semoga bisa bermanfaat ya (boleh banget di- share )! 🌱Fitrah anak >> suka bergerak >>
0 Komentar