BundSay Game 9 (day 6): Be Creative – Creativity
and Science
Bismillahirrahmanirrahiim...
Tulisan kali
ini masih tentang hubungan antara kreativitas dengan sains.
Salah satu
poin yang aku dapat saat berdiskusi di WAG tentang materi ini adalah kreativitas itu tidak melulu berhubungan
dengan art dan craft loh!
Yap!
Kreativitas itu maknanya bisa sangat luas, kemampuan untuk berpikir di luar
dari biasanya itu disebut kreatif. Nah kalo maknanya seperti itu, maka semua
bidang bisa berhubungan dengan kreativitas, ini menunjukkan bahwa kreativitas
itu tidak selalu berhubungan dengan art
dan craft.
Ada kutipan
menarik dari salah satu artikel yang baru saja aku baca:
Creativity, it turns out, is not only the domain of painters, singers and playwrights, says Robert DeHaan, a retired Emory University cell biologist who now studies how to teach creative thinking.
“Creativity is the creation of an idea or object that is both novel and useful,” he explains. “Creativity is a new idea that has value in solving a problem, or an object that is new or useful.”
“A lot of kids think that science is a body of knowledge, a collection of facts they need to memorize,” says Bill Wallace, a science teacher at Georgetown Day School in Washington, D.C.
That approach to learning about science, however, emphasizes only facts and concepts. It leaves little room for the creative thinking central to science, Wallace says.
“If instead, you teach science as a process of learning, of observing and of gathering information about the way that nature works, then there's more room for incorporating creativity,” Wallace says.
Source: https://www.sciencenewsforstudents.org/article/how-creativity-powers-science
Alhamdulillaah begitu pula yang selalu aku lakukan
ketika mengajar sains. Aku selalu berusaha untuk di awal materi tidak langsung
memberikan fakta dan konsep materi, tapi berusaha mengajak anak-anak
berimajinasi, memikirkan “Kenapa ya seperti ini?” melalui beberapa pertanyaan
yang memicu rasa penasaran mereka. Dengan begitu mereka akan berusaha berpikir
dan menemukan jawaban melalui observasi lingkungan sekitar mereka atau dengan
berusaha mengingat hal-hal yang sudah pernah mereka pelajari/amati sebelumnya. Intinya aku mengajak mereka untuk berpikir
kreatif.
Salah satu
contohnya adalah saat mengajar tentang
siklus air. Ketika masuk ke sub-materi tentang penjernihan air, aku
mengajak anak-anak melakukan eksperimen penjernihan air di lab sains.
Sebelum
memulai penjelasan tentang eksperimen, aku memberikan pertanyaan: “Menurut
kalian, bagaimana cara bumi memjernihkan air di bumi?”
Rata-rata
ekspresi anak-anak terlihat kebingungan, aku pun memberikan beberapa clue untuk membantu mereka berpikir.
“Apakah
kalian ingat kesimpulan di eksperimen sebelumnya ‘the Water Cycle in the Jar’?”
Beberapa anak
menjawab: “Iya ingat Bu, eksperimen tersebut menunjukkan simulasi siklus air di
bumi sehingga membuktikan bahwa jumlah air di bumi itu tetap.”
Oke kalo
begitu coba kita ingat lagi jawaban dari salah satu pertanyaan di tugas membaca:
“Apakah air yang diminum oleh dinasaurus jutaan tahun yang lalu sama dengan air
yang kita minum sekarang?”
Ada anak yang
menjawab: “Samaaa, Bu!”
“Berarti
pipis-nya dinasaurus jutaannya tahun yang lalu masih ada donk di air yang kita
minum….”, langsung ekspresi anak-anak berubah “Hiiiiiiiiii….”
Nah kalo gitu
ada suatu proses yang bumi lakukan untuk kita yaaa sehingga air yang tadinya
bercampur sama pipis-nya dinasaurus bisa layak kita minum. “Hmmm, apa yaaa
prosesnya?”
Alhamdulillaah akhirnya di setiap kelas ada anak
yang berhasil menghubungkan clue
dengan apa yang diamati sehari-hari di lingkungannya, mereka menjawab: “Lewat
tanah, Bu!”
Masya Allah yaaa ternyata tanah dan pasir punya
peran penting dalam menjaga kebersihan air yang kita gunakan. Coba bayangkan
kalo tanah yang kita injak itu tidak berupa butiran-butiran seperti itu, lalu
airnya bisa bersih lagi ga yaaa….
“Hiiiiiii…..serem
ya membayangkannya.”
Kemudian
anak-anak membuat sistem penjernihan air sesuai instruksi. Masing-masing
kelompok membuat dua sistem, yaitu: menggunakan botol besar dan botol kecil.
Apa tujuannya?
Agar mereka dapat menganalisis perbedaan hasil penyaringan keduanya, karena
hasilnya seharusnya yang botol besar lebih jernih daripada botol kecil. Mereka
menyadari bahwa tanah dan pasir berperan seperti penyaring bagi air kotor.
Semakin banyak jumlah tanah dan pasir yang tersedia maka insya Allah hasilnya semakin bersih.
Kenapa
semakin bersih? Karena semakin banyak partikel-partikel pengotor yang tertahan
oleh tanah dan pasir. Ohiya selain itu ada bakteri-bakteri baik juga loh yang
tinggal di dalam tanah yang berfungsi untuk menetralisir racun yang ada di
dalam air. Nah ini termasuk menetralisir racun dari pipis-nya dinasaurus, hehe.
*Terimakasiiiih yaaa bakteri baik
Ohiya, ternyata
apa yang dilakukan bumi menginspirasi kita, manusia, untuk membuat teknologi
membran penjernihan air (ini nanti ada hubungannya sama nanoteknologi *hah nano apa? aku mah taunya permen
nano-nano). Membran ini bahkan ada yang bisa mengubah air laut menjadi air
yang siap diminum. Teknologi membran ini mengalahkan teknologi sebelumnya,
yaitu dengan cara pemanasan, karena teknologi membran lebih hemat energi!
Yang
penasaran bisa baca artikelnya di:
Apakah kunci
penemuan membran tersebut? Yap! Benar sekali! Kreativitas yang diaplikasikan dalam sains. Bener yaaa, sesuai gambar
di postingan ini, ternyata kreativitas
dan sains adalah pasangan yang sempurna *uhuk
*cieee
#level9 #day6
#Tantangan10Hari #ThinkCreative
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang #InstitutIbuProfesional #IIP
Bandung, 2018
Miranti
Banyuning Bumi
0 Komentar