BundSay Game 10 (day 2): Belajar Mengokohkan Sayap dari Kupu-kupu


Bismillahirrahmanirrahiim...

“Aaah aku ga bisa, Bu….”
(Sambil menatapku dengan mata memelas tanda memohon bantuan)

Pernah mendengar kalimat seperti ini dari seorang anak?

Maka apa yang akan kita lakukan setelah mendengar pernyataan dan ‘tatapan merayu’ tersebut?
A. Langsung membantunya.
B. Memotivasinya untuk berusaha sebelum membantunya.
C. Memarahinya agar jangan cepat menyerah.

Hmmm, aku tidak akan membahas mana jawaban yang benar, karena terkadang jawaban bergantung pada situasi dan kondisi anak, latar belakang anak yang mengatakan itu bisa berbeda-beda. Ada anak yang suka ‘usil’ menguji apakah kita mau langsung membantu, ada anak yang sebenarnya ingin didampingi dan diberi kata-kata positif sebelum akhirnya mencoba sendiri, ada anak yang kita sudah tahu bahwa ia memiliki keterbatasan fisik, dan lain sebagainya.

Nah, tapi yang biasanya sering aku lakukan adalah pilihan B. 
Karena anak-anak biasanya lebih butuh perhatian dan dukungan yang membuanya yakin bahwa ia sebenarnya bisa!
Ada suatu cerita yang mengingatkanku bahwa ketika seorang anak merasa kesulitan jangan langsung dibantu, karena itu adalah perjuangannya untuk menjadi lebih mandiri.

Cerita itu adalah kisah metamorfosis kupu-kupu.

Ada seorang ibu yang sedang bersantai di taman. Lalu ia tidak sengaja melihat kepompong yang bergerak-gerak di bawah ranting salah satu pohon di dekatnya. Ia lantas mendekati dan mengamati baik-baik kepompong tersebut.
Rupanya ia melihat seekor kupu-kupu yang berusaha keluar dengan merobek-robek cangkang kepompong dari dalam. Lama sekali ia perhatikan kejadian ini. Sungguh kupu-kupu itu sangat kesulitan dengan usahanya.

Sang ibu merasa kasihan dengan kupu-kupu yang terlihat benar-benar kepayahan. Maka ia mengambil sebuah gunting, kemudian membantu merobek cangkang kepompong tersebut sampai terbentuk bukaan yang cukup besar.


Kini kupu-kupu itu berhasil melenggang keluar dengan mudahnya. Sayapnya terlihat indah. Tetapi apa yang tampak berikutnya sangat mengejutkan!

Setelah dicermati dengan seksama, kedua sayapnya terlalu kecil, dan ternyata kupu-kupu itu tak bisa terbang! Ia hanya berjalan-jalan saja di permukaan tanah.

Mengertilah sang ibu bahwa sejatinya perjuangan kupu-kupu merobek cangkang itu berguna untuk mengokohkan kedua sayapnya!


Inilah dia pelajaran dari alam ciptaan Allah. Bahwa setiap manusia harus berjuang. Mau tidak mau anak-anak kita harus merobek cangkang kepompongnya sendiri. Mau tidak mau kita sebagai ibu harus 'tega' membiarkan kepayahan demi kepayahan yang sudah semestinya ditempuh oleh anak-anak kita. Ada batasannya ketika kita ingin membantu. Bisa dengan do’a atau dengan motivasi kata-kata positif, selalu siap mendengarkan ketika mereka membutuhkan kita.
Sejatinya kita sedang mengokohkan sayap-sayap kita sendiri! Begitu pula dengan anak-anak kita!
*Tulisan ini terinspirasi dari tulisan Ust. Arafat di channel telegram beliau, kemudian saya edit dengan sedikit penyesuaian


#level10 #day2 #Tantangan10Hari #GrabYourImagination
#KuliahBunsayIIP #BundaSayang #InstitutIbuProfesional #IIP

Bandung, 2018
Miranti Banyuning Bumi

Tags: Kuliah Institut Ibu Profesional

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama