Catatan Perjalanan: Malang & Batu (2/3)
Cerita sebelumnya bisa dibaca di sini.
🐾Jumat, 29 juni 2018🐾
🍀01.00: berangkat ke Bromo
Bangunnya telat jam 00.37 (aku dan
yuk Nia aja karena kami sekamar), langsung kaget terbangun dan agak pusing
denger pintu diketok-ketok *sama siapa
ya? Kayaknya sama ceceu, hehe. Untungnya meski dikasih tahu mau dijemput jam
00.30, tapi Alhamdulillaah jam 1 baru
dateng hardtop-nya.
Setelah basa-basi ditanyain “udah
ke mana aja di Malang?” kami terdiam menikmati jalanan yang sepi sambil mengumpulkan
energi dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Setengah jam pertama aku masih
bertahan terjaga mengamati sekeliling, baca setiap penunjuk jalan mencoba
mengingat jalanan yang dilewati. Eh, setelah setengah jam, rasa kantuk mulai
datang, saat itu udah memasuki jalanan antar kota/desa yang kiri-kanannya
hutan, jalanan makin sempit, maunya masih terjaga tapi mata udah ga bisa diajak
kompromi. Sukses tertidur beberapa menit…
Mas Fajar (guide + driver kami)
cerita, katanya sekarang di Bromo lagi rame karena ada festival loh
(“lebaran”nya orang Tengger).
Nama festivalnya adalah Yadnya Kasada (Kasodo) ritual ucapan
syukur pada dewa umat Hindu. Festival ini diadakan selama tiga hari pada tengah
bulan ke-sepuluh di Pura Agung Luhur Poten oleh masyarakat Tengger. Yang mereka
lakukan adalah “mengirim” sesajen ke para dewa dengan cara melemparkan berbagai
macam hasil tani dan ternak ke kawah Bromo.
Btw,
info lengkap festival ini baru kami dapat saat di kereta pulang menuju Bandung,
hasil googling, haha! Penasaran… “Kemaren mas driver cerita tentang festival
yah, apa yah namanya.” Soalnya saat mas-nya cerita serasa di-nina-bobo’-in
gitu, ngantuk banget padahal itu hardtop lagi gujlak-gujlak karena jalanan gak rata.
🍀02.03: sampe gerbang tiket Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
Kami melewati desa tertinggi di Pulau
Jawa (Desa Ngadas) 2.150 mdpl.
Mas Fajar cerita lagi, ini dulu
gunung yang besar terus meletus jadi kaldera. Sisa letusannya adalah ini, kawah
Bromo dan Bukit Batok (sambil menunjuk ke kegelapan). Terus mas Fajar juga
memberitahu kami bahwa yang kami lewati saat itu adalah lautan pasir dan
savanna. Tapi karena masih ngantuk berattt, mana gelappp (meskipun di luar
bulan purnama tapi tetep aja kalo sambil jalan, pemandangan sekitar kurang
jelas), jadi kami cuma memberi respon: "ooo"
aja. *Gak kelihatannn mas, masih ngantuk,
dan hardtop semakin gujlak-gujlak.
🍀03.10: sampe titik pendakian, brrr langsung mati rasa pas keluar dari hardtop
Kata mas driver, kemaren-kemaren bisa sampe 6 derajat loh. Brrr.
Dari atas sini pemandangan kota
Malang indaaah banget, lampu kelap-kelip *walaupun
sebenarnya (kalo kata anak Astronomi) ini polusi cahaya yaaa.
🍀03.25: start mendaki buat
menikmati sunrise
Ada 4 point untuk menikmati sunrise di Bromo: puncak pananjakan 1,
pananjakan 2/Seruni, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong. Yang dipilih adalah Seruni!
Btw,
lagi-lagi kami mengetahui bahwa lokasi menikmati sunrise kami kemaren adalah puncak
Seruni juga berdasarkan googling,
membandingkan foto-foto di internet mana yang mirip dengan lokasi yang kami
datangi, haha! Quro yang ingat melihat kata Seruni di gerbang saat di puncak. Entah
kenapa kemaren koq gak nanya ya sama mas Fajar, nurut aja kami dibawa
kemana-mana…😂
Ketika keluar dari hardtop, selain diserbu dengan udara
yang dingin menggigit, kami juga diserbu oleh bapak-bapak berkuda *yaaah bukan pangeran berkuda putih ya, eh
ada kuda totol-totol (dicat sih kayaknya, heu). Beliau-beliau menawarkan, “Naik kuda aja mbak, jauh loh” dan aku
menjawab, “Makasih pak, kami ke sini emang mau jalan kaki koq.” Bapak-bapak
berkuda masih kekeuh ‘merayu’ kami
hingga 100-150 meter, tapi kemudian menyerah turun lagi mungkin karena
mendengar aku bilang “Gpp pak, kami mau berusaha jalan dulu.” *Bye, Pak! Kalo ada pangeran berkuda putih
mungkin kami akan mengiyakan tawaran naik kuda, hwehehe.
Kalo diperhatikan, para bapak
berkuda itu pake kain/sarung dengan motif khas yang unik, suka deh! Tapi koq
gak nemu para penjual souvenir khas Bromo yaa, semacam kain bermotif yang
dipake bapak-bapak itu (bisa buat oleh-oleh untuk Papa dan Adan) atau gantungan
kunci/tempelan kulkas dengan gambar Bromo kayak di Jatim Park gitu
(harapannya). Adanya malah mas-mas penjual edelweiss, sediiih itukan bunga
langka yang dilindungi dan gak boleh dipetik seharusnya!
Fyi,
mencabut dan membawa edelweis turun dari gunung adalah tindakan yang melanggar
kode etik pendakian gunung, mencabut edelweis pun bisa terancam hukuman sesuai
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati
Ekosistem pasal 33 ayat 1.
“Keindahan bunga edelweis yang sebenarnya adalah ketika melihat tangkainya bergoyang tertiup angin pegunungan, bukan ketika edelweis berada di tangan kamu.”
Sepanjang perjalanan ternyata
banyak ranjau darat (baca: poop-nya
kuda), tapi karena malem ya ga terlalu kelihatan, yang terlihat yang terkena
cahaya senter aja. Baru pas turunnya kami menyadari “Wow, banyak kali ranjaunya!”
Untuk menikmati sunrise, kami menyusuri 6 kelokan jalan
beraspal terus mendaki lewat tangga yang sebagiannya sedang dalam renovasi jadi
berpasir banget. Luar biasa langsung bikin ngos-ngosan
di awal, berapa derajat ya itu kemiringannya... *Ketahuan deh kurang olahraga.
🍀04.25: Sholat Shubuh di salah satu warung
Setiap naik gunung dan berhasil
sampai puncak pasti segala capek dan keraguan langsung hilang. Plooong. Alhamdulillaah...
“Naik gunung itu bukan tentang menaklukkan gunung yang didaki, tapi tentang menaklukkan diri sendiri yang sering suka merasa sombong, yang masih suka ragu sama kekuasaan dan keputusan Allah, manusia tanpa-Nya bukanlah apa-apa.”
Saat sholat, perasaan itu berkumpul
jadi satu, masya Allah, terima kasih
ya Allah, Engkau izinkan aku sampai di bagian lain bumi-Mu, untuk menyaksikan
keagungan karya-Mu. Bener-bener beda yaaa perasaan saat sholat di atas gunung. Eh sayangnya lupa bawa alas sholat😂
🍀05.00: sunrise, masya Allah!
Mataharinya sama, tapi jika dilihat
dari tempat yang berbeda, selalu menumbuhkan rasa syukur💗💗💗. Tapi emang ya keindahan yang sebenarnya
hanya bisa direkam oleh mata (kamera buatan-Nya).
Setelah puas menikmati sunrise, akhirnya kami bergerak perlahan
turun menyusuri jalan yang tadi. Eh ternyata bener lagi direnovasi, terlihat
ada police line, bahkan karena udah terang gak nyangka jalan yang tadi malam dilewati
sebenernya kurang layak untuk mendaki. Pas pulangnya pun ada mbak yang mengaku
orang dinas bilangnya ini proyek perbaikan belum selesai, tapi Alhamdulillaah kami lulus bisa
melewatinya😂
🍀07.00: eksplor Bromo dsk >>> Kawah Bromo, Bukit Batok, Pasir Berbisik
(Segara Wedhi = lautan pasir), Bukit Teletubbis, Savanna
Yeay!
Akhirnya kami berhasil selamat turun ke bawah, Alhamdulillaah…
Baru sadar donk selain bulan
purnama, kami jalan-jalan di malam Jumat. *loh
terus (?)
Perjalanan pun dilanjutkan dengan
mengeksplorasi area Bromo lebih dekat.
Tapi ketika ditawarkan sama mas
Fajar untuk berhenti dan menikmati (baca: foto-foto) di pasir berbisik dan savanna
kami memilih untuk skip, cukup melihat
dari dalam hardtop. *sama kan dengan yang dari tadi kami lewati,
bedanya lebih luas areanya, hehe
Paradox lainnya dalam perjalanan
kali ini adalah saat wisatawan lokal dan asing berduyun-duyun datang untuk
melihat festival, kami malah sebaliknya buru-buru pulang karena masih ada
tempat lain yang menanti untuk dieksplor atau karena udah capek, hehe, kayaknya
sih karena alasan kedua.
*Tapi kami bersyukur pulang lebih cepat karena dari arah yang berlawanan tampak kendaraan semakin padat untuk mengunjungi festival, gak kebayang kalo pulangnya semakin siang, macet di gunung nanti...
Saat di bukit Teletubbis, kami
sarapan bakso Malang (bakso alus dan bakso kasar) campur nasi semalem dan sebagai
makanan pembuka ayam bakar yang dibeli tadi malem juga. Alhamdulillaah…
Dalam Bromo Tour kali ini…
🍄Yang masih jadi misteri: Bukit Widodaren
& Bukit Kingkong itu di mana yaaa? *kenapa
kemaren gak nanya sih…
🍄Yang paling berkesan: pisang goreng
special Bromo “pisgor Seruni”, yang
dijual hanya di lokasi menikmati sunrise,
pas ke bawah gak nemu lagi donk! Nyesel belinya kurang banyak, hehe. Masih kebayang rasa pisangnya yang enak banget dimakan dingin-dingin *efek suasana membuatnya terasa lebih enak
🍀08.30: balik ke Malang
Lagi-lagi di perjalanan pulang kami
tertidurrr… Pas terbangun tiba-tiba ada di jalan masuk ke dalam suatu rumah! EH di mana ini? Kata mas Fajar mau ganti
mobil (karena stirnya bermasalah >> dijelaskan kenapanya setelah di dalam
rumah). Awalnya aku mengira: oh ini mungkin rumah pemilik travel Bromo Tour kami. Tapi ternyata kami "diajak" mas Fajar
ke rumahnyaI *kami terkaget-kaget sama
rumahnya yang WOW gede bangets, apa yah kemaren bahasa Korea yang disebut-sebut
Quro dan ceu Lia, "Chaebol"?
Jadi ternyata mas Fajar mau
memesankan grab car untuk kami
(menggantikan mobilnya yang bermasalah), tapi grab-nya ga dateng-dateng karena di area sini termasuk red zone, bahkan grab-nya udah di-cancel sebanyak
6x! *aneh ya koq masih bisa tetep mesen,
bukannya biasanya 3x jadi ga bisa mesen lagi, trus mas Fajar kayak nelpon ke
costumer care langsung, bukannya ke driver… Hmmm misteri lain dalam perjalanan
kali ini.
Akhirnya diputuskan secara sepihak
(kami setuju-setuju ajah) tetep pake hardtop
yang tadi, tapi jalannya pelan-pelan aja. Eh tapi setelah jalan, masih ngebut-ngebut aja tuh, dan anehnya kami
ga ada yang protes, malah lagi-lagi tertidur pulasss. *ini emang kami kecapekan semua atau ada “sesuatu” sama mobil/driver-nya?
😅
Ternyata gujlak-gujlak-nya masih berlanjut karena polisi tidur di depan homestay… “Perjalanan kali ini ditutup dengan
‘meriah’ kata mas Fajar.” Epic banget
deh ini hardtop yang bikin tertidur
pules di kala off-road!
🍀11.00: sampe Omahku Asri
Mandi, balur kaki pake krim anti
pegal, tidurrr, bangun-bangun hampir adzan ashar, laperrr, makan siang
menjelang sore (Alhamdulillaah…jatah
sarapan bisa diganti jadi jatah makan siang/sore).
🍀17.00: Jalan-jalan Sore sampe Malem
Untuk ke lokasi pertama kami
menaiki grab car (23k). Tempat yang
kami eksplor adalah Toko Oen, Alun-alun Merdeka, sholat Maghrib di Masjid Jami'
Agung, RM Inggil (eh, ternyata masih tutup libur ampe 2 juli), food court Sriwijaya seberang Stasiun Malang
(hot topic obrolan: our hardtop driver, mas Fajar!😁), dan malam
ini berakhir dengan membeli oleh-oleh di toko anugerah. Lalu balik lagi ke homestay dengan grab car (13k).
🍀21.00: balik ke Omahku Asri
Sebelum tidur, hitung-hitung total
pengeluaran dulu. Sesuai budget lah
yaa 1,5jt (eh tapi masih ada hari esok loh), di luar oleh-oleh, hehe. 2 hari ini
terasa cepettt & happy banget
jalan-jalannya.
[bersambung lagi⛶⛶⛶]
Catatan Perjalanan: Malang & Batu (3/3)
Heueheuheue... Cengir2 sendiri bacanya.. Eh nanti aku share link ini yaa di ig aku.. Sapa tau ada yg mau baca versi lebih beradab dripada versi tulisan aku.. 😂😂😂
BalasHapusAhahaha aku juga kalo baca ini jadi senyum2 sendiriii, berkesan banget dah bagian Bromo, hwehehe. Hihihi, boleboleee :)
Hapus