Catatan Perjalanan: Malang & Batu (1/3)

Libur panjang telah tibaaa! Waktunya berpetualang!😆😍😎
Yup, salah satu kebahagiaan menjadi guru adalah waktu liburnya panjang ngikutin waktu anak-anak libur, hwehehe! Jadi bisa cari waktu yang kira-kira nanti di lokasi wisata ga terlalu bejubel orang-orang.
Sebenarnya rencana jalan-jalan bareng temen-temen Mutbunders ini udah lamaaa, wacana yang selalu dibicarakan menjelang liburan, tapiii ya gitu deh maju mundur cantik untuk merealisasikannya, hehe.
Akhirnya setelah berkali-kali diskusi (di ruang guru, playground, kantin) lalu dibuat WAG khusus, biar manas-manasin untuk menyisihkan uang demi liburan bareng, Alhamdulillaah liburan bareng jadi juga… Yeay! Walaupun ada beberapa temen yang belum jadi, hiks… Semoga next time yaaa temans😊.

Bagian paling seru sebelum jalan-jalan adalah membuat itinerary dan packing!
Setelah searching beberapa blog/web tentang travelling ke Malang (salah satu yang oke dijadikan referensi adalah ini), diskusi lagi dan lagi, gonta-ganti itinerary beberapa kali (maunya banyak tempat yang dieksplor, tapi waktunya cuma 3 hari 2 malam), akhirnya inilah itinerary kami:

Perjalanan kami ala-ala backpacker, jadi berusaha seminimalis mungkin bawaannya, walaupun tetep aja tasnya jadi gede, hehe. Apa aja yang ada di list barang-barang bawaan aku? Silahkah dilihat list-nya pada foto di bawah ini:

Dalam setiap perjalanan pasti ada aja hal-hal tak terduga yang membuat cerita jadi lebih seru dan berkesan. Hmm penasaran bagaimana detail perjalanan kami? Silahkan disimak yaaa…

🐾Rabu, 27 Juni 2018🐾
🌻15.57: naik kereta Malabar dari Stasiun Kiara Condong
Padahal aku pernah naik kereta dari stasiun ini sebelumnya, eh tapi kemaren koq aku pake acara "salah pintu"😅. Mbak driver grab-nya entah kenapa lewat jalan kecil setelah rel, aku pikir nanti ada jalan pintas ke gerbang depan, eh ternyata itu dari pintu belakang. Kalo mau ke gerbang depan, harus muter lumayan jauh dan panas. Untungnya pak penjaga gerbang keberangkatan berbaik hati mempersilahkan aku masuk dengan hanya memperlihatkan foto tiket dan KTP. Alhamdulillaah…

Sampai di dalam area keberangkatan, Sholat Ashar dulu, seneng deh! Musholanya bersih, rapi, dan wangi. Area tunggu juga terlihat benar-benar dijaga kebersihannya, salut sama manajemen kereta api yang sekarang.
Sesudah sholat, keluar, langsung ketemu temen-temen yang lain, aaah happy and excited! 😆

Di dalam kereta, setelah menemukan tempat duduk (kami duduk berhadapan, Ekonomi 1, 11A-C & 12A-C), ada drama menyusun puzzle dari tas-tas di kereta karena tempat penyimpanan tasnya terbatas. Heboh dan riweuh! (kayaknya kami dilihatin deh), lalu setelahnya keringetan semua😂

Setelah duduk dengan tenang, melihat sekeliling, baru sadar di gerbong yang kami naiki barengannya sama mas-mas santri bersarung & berpeci yang pada bawa koper-koper gede (jadi tahu kan kenapa tempat penyimpanan tas di atas kami terbatas, hehe). Kalo lihat para santri gini jadi teringat buku 5 menara karya A. Fuadi.


Apa yang kami lakukan di kereta?
Ngobrol sambil ngemil dan menikmati pemandangan sepanjang jalan sebelum gelap. Ngobrolin apa aja? Yang aku ingat tentang: memilih nama panggilan di luar sekolah, akhirnya diputuskan: ceu Lia, teh Gin, ayuk Nia, dan Quro (chan) *saat awal-awal membiasakan diri memanggil dengan panggilan berbeda pasti diikuti dengan ketawa geli...agak aneh ya kalo udah terbiasa manggil dengan sebutan bu/miss, jadi selama di kereta dipuas-puasin ketawa daripada nanti pas jalan-jalan setiap manggil terus ketawa, nanti dilihatin orang-orang.

Kami juga ngobrolin tentang rencana next trip: Bangka & Belitong (ayuk Nia's homeland, aamiin, padahal trip yang ini aja baru mulai yaa), kehidupan orang desa yang tampak damai nan tentram (bertani dan beternak, kayaknya waktu berjalan lambat ya kalo di desa, adem ayem). Pemandangan yang gak bikin bosen: hamparan sawah dan rumah khas pedesaan, kata teh Gin tentang sawah: "Indah untuk dilihat, tidak enak untuk dilewati😅." *trauma ya teh (?). Kemudian perlahan mentari hilang dari pandangan... Pengennya sih sunset-nya diabadikan dengan kamera hp, tapi ya gitu hasilnya tak seindah yang dilihat oleh mata. Quote sore itu: “Sunset yang benar-benar keren hanya bisa direkam sama mata.”

Bagiku kegiatan favorit (yang gak boleh ketinggalan) di kereta adalah membaca! Entah kenapa kalo di kereta gak pernah pusing saat membaca, itu bedanya dengan membaca di mobil. Makanya aku lebih suka naik kereta dibanding mobil atau pesawat apalagi kapal laut. Kali ini buku yang terpilih untuk dibawa adalah: Leaving Time - Jodi Picoult (buku yang direkomendasikan teh Lenny beberapa waktu yang lalu di WAG komunitas menulis #ODOPfor99days🌻). Cukup tebal sih, 509 halaman, tapi karena novel gak kan kerasa biasanya. Buku ini tentang seorang anak perempuan yang mencari ibunya yang dinyatakan hilang, bagian paling menarik dari buku ini adalah ibunya seorang peneliti gajah sehingga banyak deskripsi hasil observasi tentang prilaku gajah yang bagiku benar-benar hal baru dan menyentuh (so sweet banget ternyata ibu gajah dengan anak-anaknya, dan bagaimana gajah betina yang menjadi pemimpin kawanan berinteraksi dengan anggota kelompoknya). Ohya, ternyata penulis buku ini benar-benar melakukan riset langsung sampai Afrika loh untuk menulis buku ini! Luar biasa!

🐾Kamis, 28 Juni 2018🐾
🌻7.05: Alhamdulillaah sampe stasiun kota Malang
Yeay! Excited. Kami lulus ujian bertahan 15 jam di kereta, hehe.
Setelah cek google maps, kami memutuskan jalan kaki ke Masjid Jami' Agung Malang.
Kami melewati Alun-alun Tugu, jln. Kertanegara, jln. Majapahit, eh lewat toko Oen, katedral dan akhirnya Alun-alun Merdeka yang di depannya Masjid Jami' Agung Malang (bahkan di menit-menit pertama sampai Malang, kami sudah mendatangi 4 tempat yang ada di list!). Kira-kira sampai masjid sekitar 20 menitan jalan kaki, lumayan dengan barang-barang bawaan ala-ala backpacker. Oiya, taman-taman di sini rapi nan terawat gak kalah sama Bandung.

Ternyata gak boleh ganti baju apalagi mandi di masjid, bolehnya di toilet umum aja (ada di area Alun-alun Merdeka). Ketika kami datang, ada tulisan “Masjid lagi dibersihkan” dan pagarnya ditutup. Kata bapak penjaga masjid: “Di masjid buat sholat aja.” (Entah kenapa beliau memberi kesan kurang welcome ke kami yang penampilannya pasti kelihatan agak kucel, menunjukkan ‘orang yang sedang dalam perjalanan’). Sedihhh deh koq aturannya gitu...

Akumulasi rasa sedih, capek, dan malas berdebat dengan bapak penjaga masjid “Pak, masjid itu bukan hanya untuk tempat sholat, tapi sebaiknya ramah dan jadi tempat yang nyaman juga untuk beristirahat para musafir…” (toh bapaknya hanya menjalankan aturan dari atasannya), akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke homestay. Sambil menunggu grab car (19k) di Alun-alun Merdeka, lumayan bisa popotoan dulu. Sempat menikmati sebentar suasana alun-alun di pagi hari. Eh ada burung merpati atau dara gitu yang bebas berkeliaran, bahkan ada rumah burungnya juga. Alun-alunnya bersih, salut gak ada yang jualan di alun-alun, pemerintahnya pasti disiplin banget ini. Oiya tapi karena gak ada yang jualan, rencana kami untuk sarapan di sini gagal.


🌻9.00: sampai di Homestay OmahkuAsri
Alhamdulillaah boleh masuk ke kamar walaupun belum jam check in karena kamarnya kosong.
Tadinya kenapa kami ke masjid dulu karena khawatir belum bisa masuk kamar dan gak bisa numpang mandi, seperti waktu backpacker-an ke Semarang.

Kesan pertama sampai di sini adalah homey bangets, suka gaya modern minimalis-nya, warna dominan putih, di ruang tengah lantai 2 aku menemukan lukisan masjid Nabawi Madinah, langsung melting semoga segera dapat undangan dari-Nya untuk ke sanaaa😭😍
Di depan homestay bahkan masih banyak pepohonan yang hijau-hijau segerrr, seperti jenis tanaman tertentu yang sengaja ditanam karena terlihat 1 jenis.
Setelah cukup menikmati keadaan sekitar, langsung masuk kamar (kami menempati 3 kamar: aku-yuk Nia, Quro-teh Gin, ceu Lia-Syifa), mandi, beberes barang-barang bawaan *gak tahan kalo lihat lemari kosong bawaannya mau dimasukin barang aja, hehe. Lalu siap-siap untuk eksplor Batu!

🌻11.00: Sarapan sekaligus makan siang di pecel tumpang Pak Sun
Kami jalan kaki dari Omahku Asri ke pecel tumpang Pak Sun sekitar 15 menitan. Lumayan sambil lihat-lihat lingkungan sekitar. Kemudian pesen grab car ke Batu (97k)!

🌻11.40: eksplor Jatim park 2 (Museum Satwa & Batu Secret Zoo)
Karena sudah siang dan target kami ke Batu tidak hanya Jatim Park 2 tapi juga (maunya) ke Museum Angkut, akhirnya memutuskan Museum Satwa dan Batu Secret Zoo saja. Sebenarnya ada Eco Green Park juga dan yang bikin kami tergoda adalah penghuni barunya ada penguin! Tapi yasudah semoga lain kali bisa berkunjung lagi ke sini, aamiin.
Untuk melihat informasi tentang Jatim Park (yang perkembangannya sangat pesat!) bisa di sini

[Museum Satwa]
Di sini backsong-nya instrumental mellow gitu jadi ikutan mellow saat jalan-jalan berkeliling (baper mode: ON), muncul perasaan sedih melihat binatang-binatang yang "mati" dan dipajang di sini. Aku jadi berimajinasi bagaimana kisahnya para binatang bisa berakhir diawetkan di sini, mungkin ada yang mati karena ditembak pemburu atau dari pasar gelap binatang langka atau mati kelaparan/sakit di kebun binatang, semoga gak ada yang sengaja dibunuh yaa, hiks😭😭😭. Apalagi kalo menatap mata mereka, seolah-olah “ingin mengatakan sesuatu”. 

Tapi overall, kalo diminta me-review museum satwa, menurutku ini salah satu museum yang dikelola dengan sangat baik, display-nya seperti habitat aslinya dan menarik, koleksinya banyak banget, ada games interaktif di beberapa spot (jadi gak bosen kalo cuma melihat-lihat doank), ada tempat duduk juga buat yang udah mulai pegel-pegel, dan yang paling penting ada mushola yang bersih dan nyaman (kami kemaren Sholat Dzuhur di sini).


[Batu Secret Zoo]
Gak salah deh kalo ini disebut-sebut salah satu kebun binatang terbaik se-Asia! Rute di dalam sini dibuat menarik, gak hanya jalanan datar yang di kiri dan kanannya ada kandang jeruji kawat kotak-kotak seperti kebun binatang pada umumnya. Tapi kami akan diajak berkeliling dengan 1 jalur dengan penunjuk arah yang jelas, jadi mau gak mau kami akan menjelajahi seluruh area kebun binatang (Persiapkan kakimu ya! Berhektar-hektar loh! Totalnya kalo gak salah 14 hektar!). Ada jalanan yang naik dan turun, ada area terbuka seperti di hutan dan area dalam ruangan seperti di gua, ada yang berpencahayaan alami dan ada yang dipasangkan lampu kelap-kelip. Ada yang didesain seperti savanna di Afrika, ada yang seperti hutan tropis dengan pepohonan yang rimbun dan sungai. Intinya memanjakan mata banget untuk dieksplor, walaupun capek tapi tetep happy!

Bagiku, binatang-binatang yang paling berkesan di sini adalah:
🐘🐘🐘
Mengamati anak gajah dan para gajah dewasa, sambil membayangkan deskripsi tentang prilaku gajah yang ada di buku Leaving Time, tentang betapa protektifnya para gajah dewasa dengan anak gajah dalam kawanan mereka *gimana gak protektif soalnya gajah cuma bisa hamil 1 anak tiap 1x kehamilan dan hamilnya pun lama banget, 22 bulan! Jadi kalo mau belajar menjadi ibu yang superrr sabar, salah satu referensinya bisa dari ibu gajah loh.

🌸🌸🌸
Mengamati kerumunan flamingo yang koq bisa ya berdiri lama dengan hanya 1 kaki yang super langsing itu, badannya kan gak ringan-ringan amat ya. Hmm udah ada belum ya penelitian yang meneliti struktur kaki flamingo, atau udah ada belum ya teknologi yang terinspirasi dari keunikan kaki flamingo yang kuat. Jadi penasaran mencari referensinya. Saat di dekat area flamingo, kami sempat beristirahat duduk selama kurang lebih 20-30 menit dan selama kami duduk sepertinya ada beberapa flamingo yang belum bergerak dari posisi 1 kaki itu! Masya Allah! *Langsung keidean bisa buat bahan tulisan di web Sainspop: Apa rahasia di balik kaki flamingo yang kuat?

🐱🐱🐱
Mengamati meerkat yang super cute! Sejak pertama kali melihat meerkat di liputan salah satu film dokumenter, langsung jatuh hati sama penampilannya yang menggemaskan. Ternyata kemaren prilaku alamiahnya dari alam liar masih terbawa loh ke kebun binatang! Saat beberapa meerkat asyik leyeh-leyeh dan numplek satu sama lain dengan berbagai posisi yang bikin pengen nguselin mereka, ada satu meerkat yang bertugas berjaga di atas pepohonan dengan posisi siaga, melihat sekeliling kali-kali ada musuh mendekat!

🐪🐪🐪
Mengamati dan mengelus-elus alpaca! Sepertinya ini binatang yang paling banyak penggemarnya di sini, hehe. Soalnya mereka ga malu-malu mendekati batas pagar yang berbatasan langsung dengan jalanan yang dilewati pengunjung, hampir setiap pengunjung berhenti dan “menyapa” mereka, dan mereka ga takut sama manusia, bahkan seolah-olah memancing untuk disentuh! Kami akhirnya mencoba memberi makan alpaca dengan kersen yang berjatuhan (pohonnya ada di depan area mereka), bahkan ada alpaca yang ngemut tangan yuk Nia dan aku, geli! Mau minta lagi kayaknya, laper yaa. Betah deh lama-lama berinteraksi sama mereka.

“Apa perbedaan llama dengan alpaca?” tanya teh Gin.
Aku menjawab dari tampangnya, llama agak ‘nyebelin’ (mungkin karena sikapnya yang bisa meludah sampai 5 m) sedangkan kalo alpaca friendly face. Jawaban spontan dan gak ilmiah banget ya ini.
Tapi barusan jadi coba googling, dan ternyata perbedaannya:
  • Llama berukuran lebih besar dari ukuran Alpaca, ini menyebabkan Alpaca terlihat seperti Llama muda.
  • Llama digunakan sebagai alat transportasi sedangkan Alpaca dimanfaatkan bulunya untuk membuat kain wool.
  • Llama memiliki lebih banyak rambut di wajah dan kepala.
  • Telinga Alpaca memiliki bentuk tombak dan Llama memiliki bentuk pisang.
  • Alpaka lebih banyak diternakan daripada yang Llama yang lebih mandiri.

Oiya sebenarnya saat berkeliling Batu Secret Zoo perasaan yang muncul adalah campuran senang dan sedih. Senang karena bisa melihat (sekali-kali mengamati) bahkan berinteraksi dengan berbagai macam binatang dalam 1 tempat dengan satu kali jalan; sedih karena memikirkan keadaan beberapa binatang yang tak semuanya tampak bahagia dengan kondisi di sana, apalagi yang kandangnya sempit dan binatang yang di habitat alaminya seharusnya punya wilayah kekuasaan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kilometer, di sini mereka terkurung, terpisah dari keluarganya, dan jadi tontonan. >>>Emotion Paradox<<<

Sepertinya perasaan itu muncul dan semakin kuat karena aku sedang membaca Leaving Time juga nih. Pikiran salah satu tokoh cerita, Alice (peneliti gajah di suaka Afrika), berkali-kali terngiang di kepalaku, “Menemani orang-orang dari kebun binatang atau para donatur saat mereka berkunjung ke suaka seperti menjalani hukuman bagiku, karena aku tidak setuju dengan cara mereka memperlakukan gajah seperti tontonan. Mereka menikmati saat melihat para gajah hidup di dalam kandang.”

Selanjutnya kami memasuki area Happy land! Ini seperti Dufan versi mini. Kami mencoba permainan gurita dan tsunami, pengennya sama bom-bom car tapi antriannya panjaang. Yang gurita seremmm deh (mirip power surge di Dufan), kayak mau melayang, mana pengamannya goyang-goyang gak pakem, hwaaa. Teh Gin dan Quro sampe teriak-teriak: "Udah…udaahan". Lalu setelah bermain itu jadi agak glinyeng.





🌻17.30: eksplor Museum Angkut
Lokasi Museum Angkut lumayan dekat dengan Jatim Park 2, 11k saja dengan grab car. Ini spot yang dipengenin banget sama yuk Nia, hehe.

Apa aja isi Museum Angkut?🚀🚁🚆🚎🚍🚒🚓🚕🚙🚢🚤
Ada banyak banget mobil dan motor antik, dan berbagai angkutan lainnya (helikopter, kapal, mobil F1, bahkan sampai roket, pedati, dan becak jadul!) *membuatku berpikir ini yang punya siapa sih, kaya banget dan pasti banyak koneksi buat ngumpulin koleksi sebanyak ini. Setelah itu ada area bertema Pecinan, Europe (Italy, Jerman, Paris, dan London), Hollywood, Gangster Town, Buckingham Palace, dan Pasar Apung. *Juara banget display beserta detail pernak-perniknya! Sukaaa, lumayan buat memotivasi agar bisa menjelajah Eropa beneran, aamiin.




Setelah gempor menikmati Batu, kami membeli makan malam di resto “Warung Papatong Jengke” seberang Museum Angkut, eh pas udah duduk, baru kepikiran kenapa gak grab food aja nanti biar lebih menghemat waktu😂 haha, yasudahlah jadi pengalaman. Fyi, makanan yang kami beli termasuk murah untuk porsi ikan dan ayam sebesar itu! Alhamdulillaah, sampe bisa buat bekel untuk sarapan.
Lalu naik grab car lagi ke Omahku Asri, di perjalanan aku tertidur nyenyak…lumayan sekitar 1 jam (94k).

🌻21.30: Alhamdulillaah sampai Omahku Asri
Langsung makan, mandi, dan persiapan besok ke Bromo! Kyaa excited! Habis mandi lihat jam, eh kira-kira 1,5 jam lagi udah mau dijemput, wow!


Tags: Lifelong learner

Posting Komentar

2 Komentar

  1. bagus sekali wisata jatimpark.. banyak edukasi tentang satwa museum2 yg sangat terkonsep dengan sangat baik.. anak saya sangat suka.. sangat worthud dengan harga tiket terusan jatim 1 jatim dan ecopark. semua keren����

    BalasHapus

Langsung ke konten utama