📚Book Review - Sang Pemimpi dan Edensor📚
Sebenarnya menulis review 2 buku ini dimotivasi oleh adanya setoran #RabuBacaBuku di komunitas menulis #ODOPfor99days. Maksudnya setoran di sini bukan hanya
menyetorkan judul buku yang dibaca, tapi syarat yang telah kami sepakati
bersama adalah buku tersebut harus TUNTAS DIBACA, lalu dibuat review-nya sebagai setoran, bukan hanya
foto cover buku, hehe.
Menantang
bangetkan!
Di kala godaan membaca status di medsos sangat unstoppable, aku merasa harus memaksakan diri membaca buku-buku
yang bergizi! Di kala ada beberapa buku yang masih mengantri manis di rak
bahkan ada yang masih di plastik *ups,
aku merasa harus memaksakan diri bertanggung jawab untuk membaca dan membagikan
apa yang kudapat dari buku-buku tersebut! *syarat
sebelum membeli buku-buku baru lagi, haha!
Selain itu alasan lain kenapa mau bela-belain untuk menulis review sebuah buku adalah untuk mengikat
makna, seperti yang diajarkan (alm) Pak Hernowo Hasim dalam kulwap spesial di
grup kami dan juga dijelaskan lebih rinci di bukunya “Mengikat Makna Sehari-hari”. Kata beliau, sayang banget apabila kita tidak menuliskan hasil
membaca kita. Beliau terinspirasi dari perkataan: “Ikatlah ilmu dengan menulis.” ― Ali Bin Abi Thalib ra. Dari
buku-buku, kita dapat langsung mendapatkan tip, kiat, metode, atau konsep
filsafat tentang bagaimana hidup yang baik dan benar. Inilah yang seharusnya
kita “ikat” ketika kita membaca buku.
Bagiku, kedua buku ini memenuhi syarat buku
yang “bergizi” yang diungkapkan Pak Hernowo, yaitu: buku yang berkaitan dengan
kehidupan! Yang ketika kita membacanya maka akan terasa sekali deburan emosi,
pergulatan pemikiran, dan juga harapan-harapan yang dibawa oleh rangkaian kata yang
diciptakan oleh penulis. EUREKA!
Buku “Sang
Pemimpi” dan “Edensor” ini bukan milikku, tapi milik 🌸ayuk Nia🌸. Thank you sooo much yuk atas
rekomendasi dan pinjamannya💗💗💗. Tepat di saat aku lagi membutuhkan inspirasi untuk
terus bermimpi dan berharap Allah akan memeluk mimpi-mimpiku! *Ayo yuk, bikin blog juga, aku penasaran
membaca tulisan-tulisan yuk Nia😊
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
Judul buku: Sang Pemimpi (buku ke-2 dari
tetralogi laskar pelangi)
Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang
Jumlah halaman: 287
Harga: kalau di bukukita.com
harganya Rp 59.000,-
📚Ulasan
singkat tentang buku ini:
Buku ini merupakan karya sastra bergaya
saintifik yang mampu memesona setiap pembaca, menceritakan kisah kehidupan Ikal
dan Arai yang berjuang demi mimpi mereka.
Aaah, iri sebenarnya setiap membaca cerita tentang anak-anak yang memiliki keterbatasan ekonomi tapi itu tidak mematikan semangat mereka untuk bermimpi besar dan tinggi. Pengingat untuk terus bersyukur dan berjuang!
Tidak hanya tentang memperjuangkan mimpi, banyak
hal menyentuh hati dan menggelitik sisi humoris yang juga disampaikan oleh
penulis. Ada tentang persahabatan mereka dengan Jimbron “si polos yang sangat
tergila-gila dengan kuda”, kenakalan-kenakalan khas remaja yang disajikan
dengan apik, rasa terpesona mereka pada kepala sekolah yang sekaligus guru
sastra yang menginspirasi mereka untuk sekolah hingga ke Paris!, rasa kagum dan
sayang Ikal pada ayahnya “seorang family
man”, dan usaha tak kenal lelah Arai untuk mendapatkan perhatian dan cinta
Nurmala.
Buku ini ditutup dengan sangat manis dan haru ketika Ikal dan Arai
yang telah mendapat gelar sarjana dan kembali lagi ke Belitong lalu mendapat
kabar diterima di universitas yang sama! Universite de Paris, Sorbonne,
Prancis! Padahal mereka sempat terpisah ketika berkuliah, kehilangan kontak,
dan tidak janjian mendaftar beasiswa di kampus yang sama. Benar-benar
membuktikan bahwa:
Semesta mendukung! Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan Allah!
📚Hal
yang paling berkesan dari buku ini:
Aku jatuh hati dengan tokoh Arai!
Dengan
semangat hidupnya untuk bermimpi, dengan pola pikirnya, dengan keluasan dan
kelembutan hatinya yang unexpectable!
Menurutku, Andrea Hirata mendeskripsikan tokoh Arai dengan sangat cerdas dan
nyata, sampai-sampai kalau aku bisa ketemu Bang Andre (lebih enak menyebut
beliau dengan nama ini karena lebih memberi kesan nama laki-laki, hehe), hal
yang paling ingin aku tanyakan adalah: “Siapa
yang menjadi inspirasi beliau untuk menciptakan tokoh Arai? Atau apakah sebenarnya
Arai itu sesosok yang nyata?” Eh tapi setelah blogwalking, ada yang berpendapat tokoh Arai ini tidak nyata, dia
adalah sosok fiksi kreatif yang katanya menampilkan sisi “sempurna” Bang Andre!
📚Hal
yang kurang disukai dari buku ini: kurang tebal kalo dibandingkan Laskar
Pelangi, hehe.
📚Nilai:
⭐⭐⭐⭐⭐
📚#RabuBacaBuku Juni 2018📚
Judul buku: Edensor (buku ke-3 dari tetralogi
laskar pelangi)
Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang
Jumlah halaman: 294
Harga: kalau di bukukita.com
harganya Rp 44.500,-
📚Ulasan
singkat tentang buku ini:
Buku yang tidak kalah memikat dari 2 buku pendahulunya.
Isinya menceritakan kisah Ikal dan Arai menjalani mimpi, kuliah di Paris dan
menjelajah Eropa sampai Afrika! Membaca buku ini seperti diajak berkontemplasi
bahwa kehidupan yang kita jalani ini seperti puzzle, terdiri dari mozaik-mozaik
yang menghubungkan peristiwa dulu, sekarang, dan masa depan, semuanya berkaitan
jika kita mau memaknainya!
Seperti yang tertulis di bagian awal buku:
“Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan.” -Diinterpretasikan dari pemikiran agung Harun Yahya-
Buku
ini terdiri dari 5 bagian utama mozaik:
📌Bagian
pertama. Bagian yang mengajak kita flash back pada sosok Ikal di masa
kecil. Apa-apa yang terjadi di masa kecilnya itulah yang membentuk ia sekarang.
Pengalamannya dengan Weh “sang pembaca bintang”, kisah ibunya yang keras kepala
bahkan saat melahirkannya, perasaannya saat bertemu Arai “partner in crime”, kisah di balik namanya yang berganti-ganti (dari
Aqil, Wadudh, dan akhirnya Andrea!), kenangannya di kelas bersama Pak Balia yang
sangat menginspirasi ia dan Arai untuk berkelana, jelajahi Eropa, jamah
Afrika!, pengalaman wawancara dan pekerjaan pertamanya dengan Arai, dan
akhirnya keberangkatannya dengan Arai yang diiringi keharuan ayahnya.
📌Bagian
kedua. Bagian yang menceritakan awal
perjuangan mimpi Ikal dan Arai di Paris. Pengalaman pertama mereka bertemu
wanita bule (yang awalnya dikira seorang wanita gendut khas petugas administrasi
ternyata yang datang seorang calon super model) yang menjemput mereka di Bandara
Schippol, kemudian disambut dengan ketidakramahan pengelola apartemen yang
membuat malam pertama di Eropa terlunta-lunta di saat musim dingin hingga Ikal
hampir kehilangan nyawa. Perasaan saat pertama kali bertemu Nyonya besar (baca:
Eiffel Tower), paradoks pertama
tentang pendapat orang Eropa tentang memiliki anak, keseharian terjebak
rutinitas (kuliah, menonton pertunjukan seni, dan belajar di apartemen). Tentang
Anggun C. Sasmi dan Jim Morisson yang masing-masing menempati hati Ikal dan
Arai, serta yang paling menarik adalah deskripsi Ikal (ia menyebut dirinya life observer) tentang teman-teman sekelasnya
dari beragam bangsa “Kelasku bukan sekadar ruang untuk belajar science tapi juga university
of life.”
📌Bagian
ketiga. Bagian yang semakin menarik. Ketika
akhirnya Katya “sang primadona” memilih pacar! Ini menyingkirkan semua
kemungkinan teori “tipe pria yang pantas mendampinginya”. Euforia Ikal dan Arai
menuntut ilmu di Sorbonne yang semakin menjadi perjuangan dan petualangan
intelektualitas yang semakin berat, harapan dalam surat dari ayahnya yang
menimbulkan kegelisahan *tapi sayang ini
tidak diceritakan lebih dalam di halaman-halaman selanjutnya. Dan akhirnya
tibalah liburan musim panas yang mengetuk-etuk mimpi untuk menjelajah Eropa
sampai Afrika, yang berujung ide rencana Europe
traveling dengan misi "semakin banyak negara yang didatangi maka
itulah pemenangnya” menjadi menular ke teman-teman yang lain bahkan menjadi
pertaruhan nama bangsa!
📌Bagian
keempat. Bagian yang paling ditunggu-tunggu
karena tentang traveling! Hasil part-time tidaklah cukup untuk membiayai
Europe traveling tapi semesta
mendukung Ikal dan Arai, tiba-tiba ada tawaran bantuan dari wanita bule yang
menjemput mereka saat tiba pertama kali di Eropa, yaitu dengan melakukan street performance sebagai ikan duyung *jadi teringat salah satu cerita di buku “Sang
Pemimpi”. Penampilan mereka laku keras di negara-negara Eropa Barat tapi
tidak di Eropa Timur, bahkan mereka pernah tidak memiliki uang sama sekali sehingga
harus makan buah dan daun Plum yang tumbuh liar, mereka juga pernah dicampakkan
polisi dalam keadaan lapar dan terluka, pernah melamar kerja membantu petani
memetik buah zaitun demi upah beberapa kentang, dan semakin terperosok ke
pedalaman semakin mereka menemui hal aneh. Mereka juga pernah dibuntuti oleh
seorang yang mencurigakan yang ternyata orang tersebut menyelamatkan mereka
dari perampokan di pelosok Rumania, lalu yang mengejutkan adalah bapak itu orang
Purbalingga! Menurutku kisah yang paling menyentuh adalah ketika Ikal dan Arai
disambut ratusan brothers and sisters
dari Palestina, Sudan, Somalia, Syria, Iran, Mesir ketika mereka datang ke masjid
milik orang Afganistan, di Austria. Intinya semakin ajaib kisah yang mereka
jalani “kisah yang kata-kata tak kan cukup untuk melukiskannya & sulit
dipercaya oleh siapapun yang mendengarnya” semakin mereka takjub dengan
kekuatan mimpi-mimpi masa kecil yang membuat mereka bisa menaklukkan
negara-negara tersebut.
📌Bagian
kelima. Bagian penutup petualangan mereka:
Afrika! Meskipun tampak tak mungkin di awal, di tengah-tengah perjalanan, tapi
ada aja orang baik yang memberi petunjuk bagaimana masuk Afrika tanpa visa,
lewat Tunisia. Oiya sebenarnya misi lain dari keliling Eropa dan Afrika ini
adalah untuk menemukan A Ling *masih
ingat kan, cinta pertamanya Ikal yang diceritakan di Laskar Pelangi. Ketemukah? Pada akhirnya kalimat yang
sampai sekarang masing terngiang-ngiang di telingaku: “Jika kita berupaya
sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih
nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan apa yang kita cari dalam diri kita
sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun
keadaannya.”
Aaaah jadi penasaran membaca buku terakhirnya!
📚Hal
yang paling berkesan dari buku ini:
Aku tertular semangat dari kalimat:
“Saya ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”
Bagiku, kata-kata inilah
yang menjadi bahan bakar semangat tokoh Ikal dan Arai untuk berjuang menjalani
petualangan kehidupan yang menggetarkan sekaligus bermakna.
Pesan lain yang
juga senada dengan kalimat tadi adalah pesan dari guru SD Ikal -Bu Muslimah-
“Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga hal ini: sekolah, banyak-banyak membaca Al-Qur’an, dan berkelana.”
Aku juga sangat
menikmati bagaimana Andrea Hirata mendeskripsikan “wajah” Eropa melalui
pengalaman backpacker Ikal dan Arai,
negara yang menarik dan menantang untuk dijelajahi bagiku adalah negara-negara
Eropa Timur, karena kalau Eropa Barat sudah terlalu mainstream. Siapapun yang membaca pasti ingin mencicipi rasanya
menjadi backpacker, penuh kejutan dan
mengaduk-aduk emosi.
📚Hal
yang kurang disukai dari buku ini: kurang tebal kalo dibandingkan Laskar
Pelangi, hehe
📚Nilai: ⭐⭐⭐⭐⭐
0 Komentar